Вы находитесь на странице: 1из 32

KONJUNGTIVITIS

Truelly-406162119
Pendahuluan
• Konjungtivitis penyebab terbanyak mata
merah.
• Dapat mempengaruhi sosial-ekonomi
• 70% pasien konjungtivitis akut berobat ke
dokter layanan primer dan IGD.
ANATOMI
HISTOLOGI
• Membran basalis epitel selapis kubus  epitel berlapis
gepeng.
DEFINISI
• Peradangan pada konjungtiva.
• Tanda umum: mata merah, sekret (discharge)
• Klasifikasi
• Infeksius bakteri, viral
• Non-infeksius  alergi, toksin, trauma,dll
Konjungtivitis Bakterial
• Menular dari orang yang terinfeksi, proliferasi abnormal
dari flora normal konjungtiva.
• Jalur transmisi  jari yang terkontaminasi, okulogenital,
dan fomites
• faktor resiko : produksi air mata yang berkurang,
gangguan lapisan epitelial, struktur adneksa yang
abnormal, trauma, dan keadaan imunosupresi
• patogen  Staphylococus sp, Haemophilus sp,
Streptococcus pneumoniae, dan Moraxella catarrhalis.
Manifestasi Klinis
Bakteri Virus Alergi
Gejala Mata lengket Gejala sistemik Gatal
Riwayat Tidak ada Ada, lingkungan Ada, atopi
Discharge Mukopurulen Serosa, lakrimasi Mukoid
Injeksi konjungtiva Difus Difus Difus
Kemosis Jarang Kronis Akut
Membran Pseudomembran Pseudomembran Jarang
Infiltrat Kronis Ada, stroma Disertai dengan
anterior papil, difus putih
Folikel Jarang Ada Tidak ada
Papil Ada, kadang Ada
Limfadenopati Tidak ada, kecuali Ada, tidak nyeri Tidak ada
preaurikula gonococcal dan tekan kecuali EKC
klamidia
Rasa nyeri menetap, fotofobia, atau sensasi benda asing
menunjukkan keterlibatan kornea.
Tanda inflamasi pada konjungtiva. (A) Hiperemia (injeksi konjungtiva)
(B) Hemorajik ptekie; (C) kemosis; (D) pseudomembran; (E) infiltrat; (F)
Jaringan parut.
Perbedaan folikel dan papil. (A) Folikel konjungtiva; (B) hisotologi folikel menunjukkan
dua germinal subepitelial pada bagian tengah terdapat sel limfosit imatur dan di perifer
sel yang matur; (C) mikropapil konjungtiva; (D) histologi papil menunjukkan lipatan
hiperplasia epitel konjungtiva dengan fibrovaskular dan infiltrasi sel inflamasi pada
stroma
Konjungtivitis Bakterial
• Terinfeksi ataupun dari proliferasi abnormal dari flora normal
konjungtiva. Jari yang terkontaminasi, melalui okulogenital, dan
melalui fomites yang terkontaminasi.
• Faktor resiko : produksi air mata yang berkurang, gangguan
lapisan epitelial, struktur adneksa yang abnormal, trauma, dan
keadaan imunosupresi predisposisi konjungtivitis bakterial.[4]
• Staphylococus sp, Haemophilus sp,Streptococcus
pneumoniae, dan Moraxella catarrhalis. Infeksi Streptococcus
dan Haemophilus lebih sering pada anak-anak.[
• Bisa unilateral maupun bilateral, palpebra saling melengket,
tidak terasa gatal, dan tidak ada riwayat lingkungan dengan
keluhan yang sama  konjungtivitis bakterial
Konjungtivitis Bakterial

Hiperakut Akut Kronis


• Onset tiba-tiba • <3-4 minggu • Lebih dari 4 minggu
• Purulen yang • Mukopurulen • Sering relaps
sangat banyak sedang • Blefaritis S. Aureus
• N. Gonorrheae • Papil di konj. tarsal & Moraxella sp.
• Limfadenopati • S. Pneumoniae &
preaurikula H. influenzae
• Orang dewasa • Self-limiting
seksual aktif • ISPA & demam
• Perforasi kornea
Konjungtivitis Bakterial. (A) Edem palpebra dan eritem pada infeksi yang parah; (B)
Hiperemia (injeksi) difusa pada konjungtiva tarsal dan fornix; (C) Discharge
mukopurulen; (D) Discharge purulen yang sangat banyak.
Manifestasi Klinis N. Gonorrheae & C.
Trachomatis
N. Gonorrheae C. Trachomatis
Onset tiba-tiba 1 minggu
Seksual aktif Seksual aktif
Puluren dan masif mukopurulen
Limfadenopati preaurikula Limfadenopati preaurikula
Tidak ada folikel Ada folikel (kasus kronis)  papil
Perforasi kornea penurunan Keratitis pungtata & infiltrat
penglihatan subepitelial perilimbus
N. Gonorrheae C. Trachomatis
Gram: diplo coccus gram negatif Giemsa: kuman basofilik
intrasitoplasmik
Kultur agar coklat atau Thayer-Martin Kultur McCoy, PCR
Tatalaksana

N. Gonorrheae C. trachomatis
Sistemik Ceftriaxone 1 g IM Azythromycin 1 g Single
Single dose dose atau doxycycline
100 mg 2x/hari 7 hari
Ceftriaxone 2-8 g/hari IV Eritromisin, amoxicillin,
5 hari ciprofloxacin
Topikal Quinolone, gentamicin, Salep eritrimosin,
cloramfenicol, bacitracin tetrasiklin
setiap 2 jam
Tatalaksana
Konjungtivitis Virus
• Virus merupakan penyebab 80% dari konjungtivitis akut.
Antara 65% dan 90% kasus konjungtivitis virus
disebabkan oleh adenovirus
• Injeksi konjungtiva, mata berair, fotofobia
• Faktor resiko
Konjungtivitis Adenoviral
Folikular akut non-
PCF EKC
spesifik
• Adenoviral varian • Adenoviral serotipe • Adenoviral serotipe
serologi 3,4,&7 8,9&37
• Unilateral • Droplet • Bentuk paling parah
• Suara serak, • Demam 38,3-40˚C, • Fotofobia menonjol
common cold sakit tenggorokan • Sering keratitis
• Folikel di (kekeruhan
konjungtiva dan subepitelial
mukosa faring numular/pungtata)
• Limfadenopati • Infiltrat pada stroma
preauricula tidak • Pseudomembran
nyeri tekan • Limfadenopati
preauricula dgn
nyeri tekan
Keratokonjungtivitis Adenoviral
Manifestasi Klinis
Herpes Simplex Varicella-Zoster
Infeksi primer tipe 1 HZV
Unilateral Dermatom nervus trigeminus cab.
oftalmika
Vesikel pada tepi palpebra Erupsi vesikular di tepi palpebra
bilateral
Keratitis herpes simpleks (dendritik) Folikel, papil

Nodus preaurikula dgn nyeri tekan Nodus preaurikula dgn nyeri tekan

Konjungtivitis folikular, Pseudomembran


pseudomembran
Sel mononuklear, sel polimorfonuklear, Leukosit polimorfonuklear, ginst cell &
sel epitel raksasa dengan pulasan monosit
papanikolau
Pemeriksaan Penunjang
• Pulasan Gram  sel mononuklear mendominasi pada
konjungtivitis adenoviral dan multinuclear giant cell pada
infeksi herpetik.
• Amplifikasi asam nukleat teknik seperti PCR sensitif dan
spesifik untuk DNA virus.
• Kultur virus dengan isolati merupakan referensi standart.
Sensitivitasnya bervariasi tetapi spesifitasnya dapat
mencapai 100%.
• Serologi untuk IgM atau peningkatan IgG titer antibodi
untuk adenovirus memiliki keterbatasan dalam
mendiagnosis dan jarang digunakan.
Tampilan Karakteristik Konjungtivitis Bakterial dan Viral. (A) Konjungtivitis
bakterial memiliki karakteristik discharge mukopurulen dan hiperemia
konjungtiva. (B) Discharge purulen yang banyak dapat ditemukan pada
konjungtivitis bakterial hiperakut sekunder dari gonorrhea. (C) Keadaan
sangat hiperemik dan tipis-tipis, discharge berair merupakan karakteristik
konjungtivitis viral
Tatalaksana Konjungtivitis Adenovirus
• Air mata artifisial, anti histamin topikal, dan kompres
dingin  mengurangi gejala
• Kortikosteroid topikal (prednison 0.5%) 4 kali / hari pada
kasus yang parah (kemosis, edem palpebra, konjungtivitis
membranosa)
• Kortikosteroid yang memiliki kemampuan penetrasi okular
yang rendah  fluorometholone atau krotikosteroid site-
specific seperti rimexolone atau loteprednol, memiliki
kemampuan yang rendah untuk meningkatkan tekanan
intraokular (TIO) atau pembentukan katarak.
Tatalaksana Konjungtivitis Herpetik
Terapi HSV HZV
Topikal Gancyclovir 0.15% gel 3- Antiviral-steroid
5kali/hari, trifluridine 1%
solusio 5-8kali/hari
Oral Acyclovir 200mg-400mg Acyclovir 800mg 5x/hari
5 kali/hari selama 7 hari 7 hari, valacyclovir 1000
mg tiap 8 jam 7 hari
Valacyclovir 500mg 2- Famcyclovir 500 mg
3kali/hari dan 3x/hari selama 7 hari
famcyclovir 250 mg
2x/hari
Steroid KI
Non-farmako Kompres dingin
Konjungtivitis Alergi
• Reaksi hipersensitivitas tipe 1 pada.
• Temuan gejala : mata merah disertai rasa gatal pada
mata.
• Berhubungan dengan rhinitis alergi, eksema, dan asma.
Vernal Atopi
5-10 tahun (prapuberitas) 30-50 tahun

musiman Asma, eksema, KCV


Gejal dikulit lebih ringan Kulit eksematoid, madarosis, Hertoghe
sign, dennie-morgan, ektropion,
keratinisasi
Sekret mukoid kental Berair serosa
Hipertrofi papil Papil lebih kecil, infiltrat difus seperti
velvetymikropapilgiant papil, difus, susu
infiltrat

Limbus papil gelatinosa Limbus Horner-Trantas dots

Konjungtiva tarsal superior Konjungtiva tarsal inferior


Keratopati Konjungtivitis Vernal
• Erosi epitel pungtata superior
• Makrolesi epitel
• Ulkus plak
• Luka subepitelial yang tampak berwarna abu-abu dan
berbentuk oval dan mengganggu penglihatan.
• Pseudogerotoxon
• Keratokonus
Tatalaksana
• Antihistamin/vasokonstriktor topikal Obat antihistamin
yang dapat digunakan levocabastine hydrochloride
0.05%, azelastine hydrochloride 0.05%, emedastine
difumarate 0.05%, obat kombinasi antihistamin dan
vasokonstriktor yaitu antazoline dengan xylometazoline.
• Anti-inflamasi non-steroid topikal (ketorolac tromethamine
0.5% dan Natrium diclofenac 0.1%) bekerja mencegah
aktifitas enzim cyclo-oxygenase yang mengubah asam
arakidonat menjadi prostaglandin.
• Stabilisator sel mast topikal Lodoxamide tromethamine
0.1% memiliki efek lebih besar pada konjungtivitis alergi
termasuk keratokonjungtivitis vernal dibandingkan
cromolyn sodium 4.0%
• Steroid topikal (fluorometholone 0.1%, rimexolone 1%,
prednisolone 0.5%, loteprednol etabonate 0.2% atau
0.5%) digunakan pada konjungtivitis eksaserbasi berat
dan keratopati yang signifikan. lama. Sediaan yang kuat
seperti prednisolone 1% dapat digunakan tetapi memiliki
resiko tinggi meningkatkan TIO.
• Obat sistemik seperti antihistamin oral. Antibiotik
(doxycycline 50-100 mg/hari selama 6 minggu,
azythromycin 500 mg/hari selama 3hari) diberikan pada
pasien blefaritis. Agent imunosupresif (steroid,
cyclosporin, tacrolimus,azathioprine) dapat bermanfaat
dengan dosis rendah untuk kasus alergi yang berat.

Вам также может понравиться