Вы находитесь на странице: 1из 54

dr.

Indah S Widyahening, MS, MSc-CMFM

– Family Medicine, University of the Philippines Manila


en Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran UI,

unan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI)


Percepatan Pelaksanaan Program Dokter Layanan
DOKTER SPESIALIS LAYANAN
PRIMER
untuk Indonesia Sejahtera
Pencapaian indikator kesehatan Indonesia
saat ini
Indikator Pencapaian
Neonatal Mortality Rate (per 1000 kelahiran hidup) 14,4 (2013)
Infant Mortality Rate (per 1000 kelahiran hidup) 24,5 (2013)
Under5 Mortality Rate (per 1000 kelahiran hidup) 29,3 (2013)
Maternal Mortality Ratio (per 100.000 kelahiran hidup) 190 (2013)
Prevalensi Malnutrisi pada balita (%) 19,9 (2014)
Prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk) 272 (2013)
Prevalensi DM (%, usia>18 tahun); pria/wanita 8,5/9 (2014)
Prevalensi Hipertensi (%, usia>18 tahun); pria/wanita 24/22,6 (2014)

WHO World Health Statistic, 2015


Pencapaian indikator kesehatan Indonesia
saat ini
Indikator Pencapaian Median (Global)
Neonatal Mortality Rate (per 1000 kelahiran hidup) 14,4 (2013) 10,3
Infant Mortality Rate (per 1000 kelahiran hidup) 24,5 (2013) 15,3
Under5 Mortality Rate (per 1000 kelahiran hidup) 29,3 (2013) 17,7
Maternal Mortality Ratio (per 100.000 kelahiran hidup) 190 (2013) 69
Prevalensi Malnutrisi pada balita (%) 19,9 (2014) 11,5
Prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk) 272 (2013) 73
Prevalensi DM (%, usia>18 tahun); pria/wanita 8,5/9 (2014) 9,5 /8,8
Prevalensi Hipertensi (%, usia>18 tahun); pria/wanita 24/22,6 (2014) 26,4 /23,1

WHO World Health Statistic, 2015


Peningkatan ancaman beban ganda
diabetes dan tuberkulosis

TB Diabetes
22 negara Cina 10 negara
dengan beban India dengan jumlah
TB tinggi Brazil penyandang
(WHO); Bangladesh DM terbanyak
meliputi 80% Indonesia
kasus TB di Pakistan
seluruh dunia Rusia
(2008)
Dirjen BUK pada Jakarta Meeting in Family Medicine, Februari 2015
Dirjen BUK pada Jakarta Meeting in Family Medicine, Februari 2015
Dirjen BUK pada Jakarta Meeting in Family Medicine, Februari 2015
Dirjen BUK pada Jakarta Meeting in Family Medicine, Februari 2015
Dirjen BUK pada Jakarta Meeting in Family Medicine, Februari 2015
Dirjen BUK pada Jakarta Meeting in Family Medicine, Februari 2015
Dirjen BUK pada Jakarta Meeting in Family Medicine, Februari 2015
Dirjen BUK pada Jakarta Meeting in Family Medicine, Februari 2015
Dirjen BUK pada Jakarta Meeting in Family Medicine, Februari 2015
Deklarasi Alma Ata 1978,
“primary health care is the essential health care…”
“…calls for urgent and effective national and international action to
develop and implement primary health care throughout the world and
particularly in developing countries…”
WHO-World Health Report 2008: Primary
Health Care - Now More Than Ever,
Kesalahan primary care di negara berkembang:
• Hanya menangani masalah kesehatan yang menjadi
prioritas
• Berdiri sendiri, tidak merupakan bagian dari sistem
kesehatan
• Pelayanan bersifat satu arah
• Hanya memberi pengobatan terhadap penyakit-
penyakit tersering
• Sinonim dengan pelayanan yang kurang profesional
dan berteknologi rendah
• Pelayanan yang murah
World Health Assembly no. 62 in Geneva (2009) Resolution

• to train and retrain adequate numbers of health workers, with appropriate skill-
mix, including primary health care nurses, midwives, allied health professionals
and family physicians, able to work in a multidisciplinary context, in
cooperation with non-professional community health workers in order to respond
effectively to people’s health needs;
Penelitian-penelitian di dunia sudah membuktikan
bahwa layanan primer yang kuat menghasilkan…
• Derajat kesehatan yang lebih baik
• Biaya yang lebih rendah
• Kepuasan pasien meningkat
• Angka rawat rumah sakit menurun
• Kesetaraan dalam kesehatan meningkat

Barbara Starfield
Dokter layanan primer sebagai “spesialis” di dunia

Family Physicians General Practice/


At Entry Point of Family Medicine in
care National Health
Service
Family
Family Physician Primary Care/
Physicians Family Physicians
First contact in HMOs

Family Doctors Family General Practice/


And Family Health Physicians Family Medicine
Team

MEDAN Z E Leopando 15 Dec 2013


Pendidikan Dokter Spesialis Layanan Primer di seluruh dunia
Training detail Governance
Mandatory Entry Duration Define Personal Regional University Funding source Assessment
curriculum assessment affiliation independent

Australia yes PGY 2 3 years yes yes yes Weak Government yes

New Zealand yes PGY 2 3 years yes yes No Weak Mixed yes

Hong Kong Varies PGY 2 6 years yes yes No Weak Self No

Philippines No PGY 1 3 years yes yes No Strong Self No

Malaysia No PGY 4 2 years No yes No Weak Self No

Singapore No PGY 2 1-6 years yes yes No Strong Self No

United Kingdom yes PGY 3 3 years yes yes yes Weak Government yes

Ireland yes PGY 2 4 years yes yes yes Weak Mixed No

Northern Europe yes PGY 2 3 -5 years yes yes No Weak Government Varies

Central & Southern Varies Varies Varies Varies Varies Varies Varies Varies Varies
Europe

Canada yes PGY 1 3 years yes yes yes Strong Government yes

United States yes PGY 1 3 years yes yes yes Strong Government yes

Hays, RB & Morgan S. Australian and overseas model of general practice training. MJA 2011; 194:S63-S66
DECLARATION OF THE ASEAN FAMILY
PHYSICIANS
GP/FP in ASEAN Region

• Collaborate in sharing knowledge, skills, educational and research


resources

• to establish postgraduate educational programs for primary care


doctors and to advocate the inclusion of general practice/ family
medicine in undergraduate medical programs

• Work towards common standards for quality health care, education,


training, accreditation and certification to set competencies for
general practitioners/ family physicians

• Uphold the level of professionalism to meet the public expectations

First ARPAC, Kuala Lumpur 2007


MEDAN Z E Leopando 15 Dec 2013
LANDASAN BEKERJA
• UU Praktik Kedokteran No 29 tahun 2004:
2 jenis dokter yaitu Dokter dan Dokter Spesialis
• UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN)
• UU Dikdok No. 20 Tahun 2013: tentang Dokter
Layanan Primer
• KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) dari KKI
no.12 tahun 2013
• Konsil Kedokteran Indonesia, 2012 – Standar
Pendidikan Profesi Spesialis
• Trilogi World Federation of Medical Education
(WFME) Global Standards for Quality Improvement:
1. Basic Medical Education (BME)
2. Postgraduate Medical Education
3. Continuing Professional Development of Medical Doctors
(CPD)
CONTINUUM OF LEARNING
IN MEDICAL EDUCATION –
TRILOGY WFME GLOBAL STANDARDS

DOKTER
POSTGRADUATE
EDUCATION (PGE)
• Dokter dengan • Long life learning
pengetahuan medis • Self-directed learning
• Setelah kualifikasi pendidikan • Tidak mempunyai kurun
dasar kedokteran dasar waktu tertentu
• dan keterampilan • Kurun waktu tertentu • Sesuai kebutuhan
klinis dasar (terstruktur) • Tidak di bawah supervisi
• Di bawah supervisi yang • Sertifikat
berwenang
BASIC MEDICAL • Ijazah CONTINUING
EDUCATION (BME) PROFESSIONAL
• PRE-REGISTRATION TRAINING
• INTERNSHIP DEVELOPMENT (CPD)
• VOCATIONAL TRAINING
• SPECIALIST/ SUB SPECIALIST
POSISI
PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER

• Program dokter layanan primer sebagaimana dimaksud


pada ayat (12) merupakan kelanjutan dari program profesi
dokter dan program internsip yang setara dengan program
dokter spesialis.

Sumber: UU Dikdok no. 20 tahun 2013


DOKTER

• Pendidikan S1 menghasilkan Dokter dengan pengetahuan


dan keterampilan klinik dasar
 ibarat sel, para dokter yang dihasilkan dari sebuah FK
adalah STEMCELL yang akan berdiferensiasi sesuai
dengan keinginannya untuk menjadi:
• Klinisi (akademik dan profesi):
 generalis (Spesialis di ranah Layanan Primer) atau
 spesialis spesifik (Spesialis di ranah Layanan Sekunder)
• Akademisi (Akademik saja): peneliti, magister, dll.
DEFINISI DOKTER SPESIALIS
• Dokter spesialis adalah
• Dokter yang mengkhususkan diri (ahli) dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu.
• Seorang dokter harus menjalani pendidikan profesi dokter pasca sarjana (spesialis)
untuk dapat menjadi dokter spesialis.
• Pendidikan dokter spesialis merupakan program pendidikan profesi lanjutan dari
program pendidikan dokter setelah dokter menyelesaikan wajib kerja sarjananya.

Tidak ada satu pun kamus yang menyebutkan definisi Dokter


Spesialis adalah Dokter Spesialis di Layanan Sekunder
• Pengertian generalis adalah deskripsi
cakupan layanan, tidak dibatasi golongan usia,
jenis kelamin, organologi, jenis penyakit.
• Pengertian spesialis (spesifik) adalah
deskripsi cakupan layanan, yang dibatasi oleh:
• golongan usia (mis. spesialis anak),
• jenis kelamin (mis. Obgyn),
• organologi (mis. paru, jantung, mata), dll.
• jenis penyakit (mis. penyakit-penyakit tropis dan
infeksi, penyakit kulit dan kelamin),

GENERALIS = SPESIALIS DI RANAH LAYANAN PRIMER


SPESIALIS yang dikenal sekarang = SPESIALIS DI RANAH
LAYANAN SEKUNDER
Definisi DLP

“Dokter Layanan Primer adalah dokter spesialis di bidang generalis


yang secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip Ilmu Kedokteran
Keluarga, ditunjang dengan Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan mampu memimpin maupun
menyelenggarakan pelayanan kesehatan primer.”

SUBPOKJA KOMPETENSI - DV-NA 30


Apakah arti spesialis di bidang generalis
• Dokter yang menempuh pendidikan lanjutan dengan kualifikasi sama
dengan dokter spesialis untuk menangani masalah kesehatan pada
individu, keluarga dan masyarakat, dengan tidak membedakan usia,
jenis kelamin, keluhan dan penyakit
MENGAPA HARUS ADA DOKTER SPESIALIS
LAYANAN PRIMER?
• Ilmu kedokteran di dunia berkembang pesat termasuk ilmu
kedokteran di layanan primer. Agar dokter di layanan primer dapat
memberikan pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu
terkini sesuai kebutuhan masyakat diperlukan tambahan pendidikan.
UU PRAKTEK KEDOKTERAN 2004:
HANYA ADA ISTILAH DOKTER & DOKTER SPESIALIS
SESUAI DENGAN
PENDIDIKANNYA SETARA BERDIFERENSIASI TUGAS SEBAGAI
(UU DIKDOK NO.20 THN GENERALIS DI
2013) LAYANAN PRIMER
&
SPESIALIS SPESIFIK KEBUTUHAN
(Layanan Sekunder) TEMPAT BEKERJA

DOKTER MATERI
SETARA
WAJIB

BME SPESIALIS GENERAL


MATERI
(Layanan Primer)
PILIHAN
Ctt:
BME: Basic Medical Education
PGE: Postgraduate Education
CPD: Continuing Professional
Development PGE CPD
PROGRAM
DOKTER LAYANAN PRIMER
PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER

S1 S2 S3
MASA TRANSISI: UNTUK
LULUSAN DOKTER YANG Spesialis-1
Spesialis-2
TELAH PRAKTIK >5 TAHUN Sekunder

Magister DOKTOR
DOKTER
Pelatihan
Terstruktur

Spesialis-1
Spesialis-2
Primer

SPESIALIS: Akademik dan Profesi


MAGISTER: Akademik
BUILDING BLOCKS CURRICULUM
PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER
TAHAP METODOLOGI
PENELITIAN
KOMUNIKASI EBM
MANAJEMEN

PENGAYAAN
MANAJEMEN
KASUS -
PRAKTIK
SIMTOM

TAHAP 50
MAGANG SKS

TAHAP
PRAKTIK
Sumber: KKI, 2006 - SPPDS (Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis), Standar 2.3 – 2.4
KKI no.12 thn 2013 – Penerapan KKNI dalam Pendidikan Kedokteran, Psl.6 (3)
DLP (KLINISI) INDONESIA SAAT INI
BUILDING BLOCKS
± 6.000 LULUSAN
CURRICULUM
PROGRAM
PER TAHUN
DLP

PRAKTIK
FULLTIME
< 5 TAHUN
DOKTER
PRAKTIK
PARTIME
> 5 TAHUN
± 80.000 DOKTER
PERBEDAAN KOMPETENSI DLP

KOMPETENSI DOKTER SKDI 2012 KOMPETENSI D SP LP


1. Profesionalitas yang luhur
2. Mawas diri dan pengembangan
diri
3. Komunikasi efektif
4. Pengelolaan informasi
5. Landasan ilmiah ilmu
} Kompetensi Umum

+ Kompetensi Lanjut
kedokteran
6. Ketrampilan klinis
7. Pengelolaan masalah kesehatan } Kompetensi Dasar

SUBPOKJA KOMPETENSI - DV-NA 39


PERBEDAAN
KOMPETENSI DOKTER & Dokter Sp.LP
KOMPETENSI DOKTER SKDI 2012 KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS LP
• Profesionalitas yang luhur
• Mawas diri dan pengembangan
diri
• Komunikasi efektif
} Kompetensi Umum
1.

2.
Etika, Hukum dan profesionalisme di
pelayanan primer
Komunikasi Holistik, Komprehensif dan
Kecakapan Budaya

• Pengelolaan informasi 3. Pengelolaan kesehatan yang

}
• Landasan ilmiah ilmu berpusat pada individu dan keluarga
kedokteran
Kompetensi Dasar 4. Ketrampilan klinis
• Ketrampilan klinis
• Pengelolaan masalah kesehatan 5. Manajemen fasilitas pelayanan kesehatan primer

+ Kompetensi Lanjut
} 6. Pengelolaan kesehatan yang beorientasi pada
komunitas dan masyarakat
7. Kepemimpinan
SUBPOKJA KOMPETENSI - DV-NA 40
Area Kompetensi DLP
Manajemen
fasyankes primer
Kompetensi Umum Ketrampilan Klinik

Kompetensi Dasar
Komunikasi
Etika, hukum dan
holistik,
profesionalisme
Kompetensi Lanjut di layanan Kepemimpinan komprehensif
dan kecakapan
primer
budaya

K
Pengelolaan kesehatan Pengelolaan
yang berorientasi kesehatan yang
berpusat pada
pada komunitas dan Individu dan keluarga
masyarakat
Apakah perbedaan performa Dr. Sp.LP dengan
dokter
• Dokter (lulusan fakultas kedokteran) adalah dokter dengan
kemampuan dan ketrampilan (klinis) untuk bekerja sebagai individu
dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP),
• Sedangkan,
• Dokter Sp.LP adalah dokter yang bekerja di FKTP dengan kemampuan,
ketrampilan dan kepemimpinan klinis dalam organisasi kesehatan,
mampu bekerjasama dan berkomunikasi dengan tim, masyarakat dan
pengandil, serta mampu mengembangkan pelayanan di FKTP
Bukankah etik, komunikasi, pengelolaan kesehatan
individu dan berorientasi komunitas sudah diajarkan
pada program studi dokter?
• Memang betul, sebagaimana ilmu kedokteran lainnya, seperti
mikrobiologi, penyakit dalam, bedah, obstetri dan ginekologi, dan
sebagainya, telah diajarkan pada program studi dokter. Namun untuk
menjadi ahli pada bidangnya, dokter perlu mengambil program
pendidikan spesialis yang diinginkannya setelah menjadi dokter dan
melewati internship.
• Begitu juga untuk bidang ilmu kedokteran layanan primer, dokter dapat
mengambil program studi dokter spesialis layanan primer untuk
menjadi seorang yang ahli dalam berpraktik di layanan primer dan
mewujudkan pelayanan kedokteran di tingkat primer yang berkualitas.
Rujukan:
Kutipan kuliah Prof. Michael Kidd – President of Wonca World (Perhimpunan Internasional Dokter Keluarga dan Dokter
Layanan Primer ), Dekan Fakultas Kedokteran Flinders University Australia, Presiden Royal College of Australian General
Practitioners RACGP, kuliah pada Pertemuan Pembentukan Konsorsium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia – HPEQ 2013.
MENGAPA PROGRAM STUDI DOKTER SPESIALIS
DAN BUKAN MAGISTER?
• Dokter yang dibutuhkan menjadi spesialis dalam bidang ilmu layanan
primer bukan hanya memperdalam akademis, namun seorang dokter
yang ahli dalam melaksanakan peran sesuai profilnya di FKTP.
• Sehingga program pendidikan yang disediakan adalah program
pengembangan profesi terstruktur yang disebut sebagai Program
Pendidikan Dokter Spesialis Layanan Primer
Profil Dokter Spesialis Layanan Primer
COUNSELOR

EDUCATOR RESEARCHER
LIFELONG
LEARNER
HEALTH
CARE
PROVIDER

SOCIAL
LEADER MOBILIZER
MANAGER

Z E Leopando, Medan 15 Dec 2013


Apakah Sp.LP memperpanjang masa
pendidikan dokter?
• TIDAK
• Program pendidikan Sp.LP adalah program pendidikan profesi lanjut yang dapat dipilih seperti pilihan untuk mengikuti
spesialis lain.
• Mengacu pada World Federation of Medical Education (WFME), pendidikan kedokteran terbagi menjadi tiga tahapan:
• 1. Basic Medical Education (BME) dengan keluaran seorang Medical Doctor (MD)
• 2. Post-Graduate Medical Education (PGME) dengan keluaran seorang Spesialis
• 3. Continuing Medical Education (CME) dengan keluaran berupa sertifikat CPD

• Di negara-negara lain, termasuk di ASEAN, PGME berupa pendidikan spesialisasi selama 3 sampai 5 tahun setelah lulus
Dokter.
• Spesialisasi di Indonesia saat ini mencapai 36 jenis, belum termasuk Spesialis Family Medicine (di Amerika Serikat,
Philippines,dll) atau General Practice (di United Kingdom dan negara Commonwealth).
• Negara yang belum mempunyai Spesialisasi Family Medicine atau General Practice di ASEAN adalah: (1) Myanmar, (2)
Laos, (3) Timor Leste dan (4) Indonesia.
Apakah keuntungan bahwa dokter yang bekerja di
tingkat primer adalah seorang spesialis bidang
layanan primer?
• Meningkatkan status profesi dokter yang bekerja di layanan primer menjadi sama tingkatnya (‘setara’)
dengan spesialis lainnya (Kualifikasi Kompetensi Nasional Indonesia =KKNI yang semula 7 menjadi 8)
• Memperoleh kembali kepercayaan masyarakat dan profesi lain terhadap dokter yang bekerja di layanan
primer
• Menjawab tantangan Masyarakat Ekonomi Asean dan khususnya Indonesia merupakan salah satu pendiri
Asean Regional Primary Care (ARPaC)
• Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia agar tidak ketinggalan dengan negara-negara
lain
• Dokter yang selama ini telah meningkatkan ketrampilan dan kemahirannya di layanan primer akan
memperoleh rekognisi dari pengembangan diri yang selama ini telah dilakukan

• Dengan bertambahnya kompetensi dokter yang bekerja di layanan primer, maka diharapkan dapat melayani
sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Apakah pengetahuan dan ketrampilan spesialis
layanan primer tidak cukup diberikan pada
pendidikan kedokteran berkelanjutan (CME) saja dan
bukan pendidikan formal terstruktur (PPDS)?

• Penambahan pendidikan yang diperlukan untuk menyelengggarakan layanan primer


yang berkualitas perlu diberikan secara terstruktur guna menjamin peningkatan
kompetensi
• Selama ini terdapat kesenjangan kerangka kualifikasi antara dokter di tingkat primer
dengan dokter di tingkat sekunder, yang berdampak dalam inharmonisasi pelayanan.
Dibutuhkan pendidikan formal terstruktur untuk meningkatkan kualifikasi
kompetensi yang tidak diperoleh dengan pendidikan kedokteran berkelanjutan
• Pendidikan yang terstruktur dan gelar spesialis yang diperoleh diperlukan untuk
membedakan dokter yang telah berlatih dalam meningkatkan kompetensinya
Bagaimana bila dalam fasilitas yang sama terdapat
dokter dan dokter sp.LP sekaligus? Dimana
kewenangan masing-masing?
• Tidak masalah. Dokter Sp.LP dapat bekerja bersama-sama dokter pada satu
fasilitas pelayanan.

• Dengan kompetensi yang berbeda, bila pada fasilitas kesehatan tersebut


terdapat dokter dan dokter spesialis layanan primer sekaligus, maka
pimpinan fasilitas kesehatan yang akan menentukan kewenangan masing-
masing

• Dengan bertambahnya kemahiran dokter spesialis layanan primer dalam


mengelola masalah kesehatan individu, masalah kesehatan komunitas dan
manajemen fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, pada akhirnya
akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan yang didasari oleh
kapitasi.
Dirjen BUK pada Jakarta Meeting in Family Medicine, Februari 2015
Peta Jalan Pengembangan Dokter Layanan
Primer Indonesia (Kemkes RI 2014)

2030
Akhir
2017 masa
Pendidikan DLP transisi
2016 di FK
Pembukaan Prodi Program masa
DLP di FK transisi
2015 Program masa (pengakuan
Pembentukan transisi DLP)
Perhimpunan dan (pengakuan DLP) Pengembangan
Kolegium model
2014 Penetapan standar profesi pelayanan
Penyusunan (kompetensi, pendidikan,
Peraturan pelayanan)
Pemerintah
Pembentukan
Pokja DLP
Praktik di layanan Praktik di layanan Tidak berpraktik
primer sekunder dan tersier

Program Spesialis Program Bekerja non praktik


Dokter Layanan Primer Spesialisasi kedokteran
3 tahun 3-5 tahun misalnya struktural, LSM,
WHO, dsb

Dokter Praktik
Umum

Program internship
1 tahun

Program Studi Kedokteran


5 tahun
Jenjang pendidikan kedokteran
Doktor Sub-spesialis Sub-spesialis

Spesialis Dokter Spesialis layanan primer


(72 SKS)

Magister Post graduate diploma (16 SKS)


(44 SKS)
Post graduate certificate (8 SKS)

Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter


Pendidikan Kedokteran dan Internship

SMA
“Being a General Practitioner is a
Destination NOT a Destiny”

Вам также может понравиться