Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2. Dhora Linggar A.
3. Mohamad Setiawan
4. Sutarjo
5. Kristoforus Tnomel
EFUSI
PLEURA
DEFINISI
Efusi pleura adalah jumlah cairan non purulen
yang berlebihan dalam rongga pleural, antara
lapisan visceral dan parietal. (Mansjoer Arif,
2001)
ETIOLOGI
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura
Infeksi primer
- Sistem Respirasi :
inspeksi ditemukan pernapasan menurun, palpasi pergerakan dinding
dada yang tertingal pada dada yang sakit, diperkusi akan redup dampai
pekak, saat auskultasi akan terdengar ronkhi.
- Sistem Kardiovaskuler :
inspeksi letak ictus kordis mengetahui ada tidaknya pembesaran,
palpasi untuk hitung frekuensi jantung, perkusi umumnya pekak,
auskultasi untuk menentukan jenis suara jantung I dan II.
- Sistem Pencernaan :
inspeksi Ukuran abdomen, auskultasi peristaltik usus dan palpasi
adanya nyeri tekan, perkusi normalnya timpani.
- Sistem Neurologis :
tingkat kesadaran dan reflek – reflek serta kepekaan pancaindra.
- Sistem Integumen :
Inspeksi hygiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada klien
dengan efusi biasanya akan tampak sianosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2 dan turgor kulit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto thorak
Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura
adalah pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas,
enterobacter.
Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan asam
hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 %
(Soeparman, 1998: 788).
ANALISA DATA
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan efusi pleura sesuai dengan pathway antara lain :
1) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan
cairan dalam rongga pleura (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).
2) Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk
yang menetap dan nyeri pleuritik.
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (penumpukan
cairan pada mediastrum).
DIAGNOSA KEPERAWATAN I
Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan
cairan dalam rongga pleura.
Tujuan :
Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.
Kriteria hasil :
Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas
normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan
adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.
Intervensi :
Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan
kepala tempat tidur ditinggikan 600 - 900.
Rasional :
Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa
maksimal.
Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon
pasien).
Rasional :
Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi
paru.
Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
Rasional :
Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-
otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.
Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta
foto thorax.
Rasional :
Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah
terjadinya sianosis. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari
berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru.
DIAGNOSA KEPERAWATAN II
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa
mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam
waktu 30-40 menit dan pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8
jam per hari.
Intervensi :
Tujuan :
Nyeri akan hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
Pasien tidak lagi merasakan nyeri atau skala nyeri turun dan
wajah pasien tidak lagi tampak meringis kesakitan.
Intervensi :
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).