Вы находитесь на странице: 1из 40

IPN (4A) – Kelompok 6

1. Tatik Ega Taviana A.

2. Dhora Linggar A.

3. Mohamad Setiawan

4. Sutarjo

5. Kristoforus Tnomel
EFUSI
PLEURA
DEFINISI
Efusi pleura adalah jumlah cairan non purulen
yang berlebihan dalam rongga pleural, antara
lapisan visceral dan parietal. (Mansjoer Arif,
2001)
ETIOLOGI
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura

Pembentukan cairan berlebih karena adanya


peradangan

Di Indonesia efusi pleura terjadi karena


tuberculosis yaitu sebanyak “80%”
KLASIFIKASI
Transudat Eksudat
Ciri – ciri cairan : Ciri – ciri cairan :
• Warna cairan jernih • Warna cairan keruh
• Berat jenis < 1.012 % • Berat jenis > 1.015 %
• Kadar protein < 3% • Kadar protein > 3% atau 30
g/dl
• Terdapat limfosit dan • Ratio protein pleura
mesofel tetapi tidak ada berbanding LDH serum 0,6
neutrofil • LDH cairan pleura >
daripada 2/3 batas atas
LDH serum normal
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal
dengan “hydrothorax”
Penyebabnya adalah
payah jantung, penyakit ginjal, penyakit hati, hipoalbumenia
(malnutrisi dan malabsorbsi).
***
Sedangkan efusi eksudat penyebabnya adalah
Kanker, karsinoma bronkogenik, mesotelioma/ penyakit
metastatic ke paru atau permukaan pleura, infark paru,
pneumonia, dan pleuritis virus.
PATOFISIOLOGI
Antara pleura visceral dan parietal terdapat cairan sebanyak “1 –
20 cc”

Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura,


sehingga tidak bergesekan satu sama lain

Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap, karena adanya


keseimbangan antara produksi dan absorbsi.
Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa
hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru. Setelah itu
basil mikrobakterium tuberkulosa masuk melalui saluran nafas
menuju alveoli, terjadilah infeksi primer, dari infeksi primer ini
akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar
getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada
saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas
membran. Permebilitas membran akan meningkat yang
akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga
pleura.
PATHWAY
Etiologi

Infeksi tuberkulosa paru

Infeksi primer

Peradangan saluran getah bening diikuti pembesaran kelenjar


getah bening

Ketidakseimbangan produksi dan absorbsi

Akumulasi cairan dalam rongga pleura


MANIFESTASI KLINIS
Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karna
pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang.
Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.

Adanya gejala penyakit penyebab
seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis
(pnemonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis),
banyak, keringat, batuk banyak sekret.
KOMPLIKASI
 Pneumotoraks, karena udara masuk melalui jarum.

 Hemotoraks, karena trauma pada pembuluh darah


interkostalis.

 Emboli udara, karena adanya laserasi yang cukup


dalam, menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena
pulmonalis.

 Laserasi pleura viseralis.


PENATALAKSANAAN
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks.

Dengan foto thoraks dapat diketahui adanya cairan dalam rongga


pleura sedikitnya 300 ml.

Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus


diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum,
tindakan ini disebut thorakosentesis.
Setelah didapatkan cairan efusi, dilakukan pemeriksaan
seperti:

Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH),
albumin, amylase, pH, dan glucose.

Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk
mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteri.

Pemeriksaan hitung sel.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

Berupa identitas, keluhan utama, riwayat penyakit dahulu


dan sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat
psikososial hubungannya tentang dirinya sendiri,
pengkajian pola – pola fungsi kesehatan seperti tata
laksana hidup sehat, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan latihan,
hubungan dan peran, konsep diri, sensori dan kognitif
hubungannya dengan panca indra, reproduksi seksual,
dan kepercayaan.
PEMERIKSAAN FISIK
- Status Kesehatan Umum :
tingkat kesadaran, tanda – tanda vital dan BB/ TB.

- Sistem Respirasi :
inspeksi ditemukan pernapasan menurun, palpasi pergerakan dinding
dada yang tertingal pada dada yang sakit, diperkusi akan redup dampai
pekak, saat auskultasi akan terdengar ronkhi.

- Sistem Kardiovaskuler :
inspeksi letak ictus kordis mengetahui ada tidaknya pembesaran,
palpasi untuk hitung frekuensi jantung, perkusi umumnya pekak,
auskultasi untuk menentukan jenis suara jantung I dan II.
- Sistem Pencernaan :
inspeksi Ukuran abdomen, auskultasi peristaltik usus dan palpasi
adanya nyeri tekan, perkusi normalnya timpani.

- Sistem Neurologis :
tingkat kesadaran dan reflek – reflek serta kepekaan pancaindra.

- Sistem Integumen :
Inspeksi hygiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada klien
dengan efusi biasanya akan tampak sianosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2 dan turgor kulit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto thorak

Efusi Pleura Normal


- Bronkoskopi : menemukan sumber
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Biokimia
Transudat Eksudat
Kadar protein dalam effusi 9/dl <3 >3
Kadar protein dalam effusi < 0,5 > 0,5
Kadar protein dalam serum
Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 >
200
Kadar LDH dalam effusi < 0,6 >
0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016
Kadar pH dan Glukosa : rendah pada penyakit infeksi.Kadar
Amylase : meningkat pada paulercatilis dan metastasis
adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).

Analisa Cairan Pleura


Transudat : jernih, kekuningan
Eksudat : kuning, kuning-kehijauan
Hilothorax : putih seperti susu
Empiema : kental dan keruh
Empiema anaerob : berbau busuk
Mesotelioma : sangat kental dan berdarah
Perhitungan Sel Dan Sitologi
Leukosit 25.000 (mm3) menimbulkan empiema

Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura
adalah pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas,
enterobacter.
Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan asam
hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 %
(Soeparman, 1998: 788).
ANALISA DATA
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan efusi pleura sesuai dengan pathway antara lain :
1) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan
cairan dalam rongga pleura (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).
2) Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk
yang menetap dan nyeri pleuritik.
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (penumpukan
cairan pada mediastrum).
DIAGNOSA KEPERAWATAN I
Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan
cairan dalam rongga pleura.
Tujuan :
Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.
Kriteria hasil :
Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas
normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan
adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.
Intervensi :

Identifikasi faktor penyebab.


Rasional :
Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis effusi
pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.

Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan


yang terjadi.
Rasional :
Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat
mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.

Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan
kepala tempat tidur ditinggikan 600 - 900.
Rasional :
Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa
maksimal.
Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon
pasien).
Rasional :
Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi
paru.

Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.


Rasional :
Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru.

Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
Rasional :
Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-
otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta
foto thorax.
Rasional :
Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah
terjadinya sianosis. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari
berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru.
DIAGNOSA KEPERAWATAN II

Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang


menetap dan nyeri pleuritik.

Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

Kriteria hasil :
Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa
mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam
waktu 30-40 menit dan pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8
jam per hari.
Intervensi :

Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.


Rasional :
Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan memperlancar
peredaran O2 dan CO2.

Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan


pasien sebelum dirawat.
Rasional :
Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan
mengganggu proses tidur.

Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.


Rasional :
Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.

Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.


Rasional :
Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan terhadap kondisi
pasien.
DIAGNOSA KEPERAWATAN III
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (penumpukan cairan
pada mediastrum).

Tujuan :
Nyeri akan hilang atau berkurang.

Kriteria hasil :
Pasien tidak lagi merasakan nyeri atau skala nyeri turun dan
wajah pasien tidak lagi tampak meringis kesakitan.
Intervensi :

Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,


karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparakan nyeri dan faktor presipitasinya.
Rasional :
Mampu mengatasi nyeri dan skala nyeri kemudian menentukan terapi.

Observasi isyarat nonverbal, ketidaknyamanan khususnya pada mereka


yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Rasional :
Dapat segera mengetahui masalah yang pasien coba katakan dan
membantu mengatasinya.

Ajarkan teknik distraksi yaitu pengalihan.


Rasional :
Distraksi dapat membantu pasien melupakan nyerinya walaupun
sesaat.
Ajarkan teknik relaksasi pada pasien. Relaksasi untuk mencapai
kenyamanan.
Rasional :
Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.

Kolaborasi dengan dokter dan gunakan agen-agen farmakologi


untuk mengurangi atau meghilangkan nyeri.
Rasional :
Mempercepat pengurangan rasa nyeri.
IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan
oleh perawat terhadap pasien.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan


rencana keperawatan diantaranya :

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah


dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan
intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta
dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara
kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk
mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada
pasien (Budianna Keliat, 1994,4).
EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,


dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).

Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :


1) Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.
4) Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk
mengembalikan aktivitas seperti biasanya.
5) Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan
pernafasan seperti sesak nafas, nyeri dada sehingga dapat
melaporkan segera ke dokter atau perawat yang merawatnya.
6) Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.
7) Menunjukkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan
yang berhubungan dengan penatalaksanaan kesehatan,
meliputi kebiasaan yang tidak menguntungkan bagi kesehatan
seperti merokok, minum minuman beralkohol dan pasien juga
menunjukkan pengetahuan tentang kondisi penyakitnya.
TERIMA
KASIH

Вам также может понравиться