Вы находитесь на странице: 1из 54

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PENYAKIT HIPERBILIRUBIN PADA
BAYI BARU LAHIR

KELOMPOK 3
DESSY ELSYANTI
EIS KUSMITA
KEZIA VISILIA
OKTOPIOLANDA
RADIATUL FITRI
RORO ASTIE RIZKY
ROSY SRYNIATY
WIDYA OKTAVIONA
YOGA GUMILANG
LATAR BELAKANG
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu
fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada
bayi baru lahir. Sekitar 25 – 50% bayi baru lahir
menderita ikterus pada minggu pertama. Bilirubin
ada 2 jenis yaitu bilirubin direk dan bilirubin
indirek. Peningkatan bilirubin indirek terjadi akibat
produksi bilirubin yang berlebihan, gangguan
pengambilan bilirubin oleh hati, atau kelainan
konjugasi bilirubin.
KONSEP PENYAKIT
DEFINISI
 Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin
dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal. Nilai
normal bilirubin indirek 0- 0,3 mg/dl, bilirubin direk 0– 0,2
mg/dl.
 Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah
meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan
ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan
alat tubuh lainnya berwarna kuning. Pada bayi prematur
kadar billirubin lebih dari 10 mg/dl dan bayi cukup bulan
kadar billirubin 12 mg/dl merupakan keadaan yang tidak
fisiologis.
 Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi
bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kern
ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin
tidak dikendalikan(Mansjoer, 2008).
ANATOMI DAN FISIOLOGI
 Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh
manusia, terletak di sebelah atas dalam
rongga abdomen, disebelah kanan bawah
diafragma. Berwarna merah kecoklatan lunak
dan mengandung amat banyak vaskularisasi.
 Hepar terdiri dari lobus kanan yang besar dan
lobus kiri yang kecil. Hati mempunyai berat
sekitar 1.5 kg. Walaupun berat hati hanya 2-
3% dari berat tubuh, namun hati terlibat
dalam 25-30% pemakaian oksigen. (Koolman,
J & Rohm K.H, 2001)
FUNGSI HEPAR ADALAH
 Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
 Sintesa kolesterol dan steroid, pembentukan protein plasma
(fibrinogen, protrombin dan globulin)
 Penyimpanan glikogen, lemak, vitamin (A, B12, D dan K)
dan zat besi (Ferritin)
 Detoksikasi menghancurkan hormon – hormon steroid dan
berbagai obat-obatan
 Pembentukan dan penghancuran sel-sel darah merah,
pembentukan terjadi hanya pada 6 bulan masa kehidupan
awal fetus
 Sekresi bilirubin (pigmen empedu) dari bilirubin
unconjugated menjadi conjugated
METABOLISME BILIRUBIN TERDIRI
DARI EMPAT TAHAP :

 Produksi.
 Transportasi

 Konjugasi.

 Ekskresi.
ETIOLOGI
a. Peningkatan produksi
b. Gangguan transportasi akibat penurunan
kapasitas pengangkutan
c. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme atau toksion yang
dapat langsung merusak sel hati dan darah
merah seperti Infeksi, Toksoplasmosis,
Siphilis.
d. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau
ekstra Hepatik.
e. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik
misalnya pada Ileus Obstruktif
KLASIFIKASI
 Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang
berlebihan akibat hemolysis sel darah merah.
 Ikterus hepatic
Disebabkan karena adanya kerusakan sel
parenkim hati. Akibat kerusakan hati maka
terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi
masuk ke dalam hati
 Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran
empedu sehingga empedu dan bilirubin
terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam
usus halus.
 Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir
dan akan sembuh pada hari ke-7. penyebabnya
organ hati yang belum matang dalam memproses
bilirubin.
 Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi.
Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan
berat badan tidak bertambah.
 Kern Ikterus
Suatu kerusakan otak akibat perlengketan
Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus
Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus,
Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada
dasar Ventrikulus IV.
PATOFISIOLOGI
 Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada
beberapa keadaan. Keadaan yang sering ditemukan
adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin
pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
eritrosit, polisitemia.
 Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat
menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal
ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z
berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan
lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin
adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar
atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
 Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik
dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama
ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar
larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat
ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel
otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah
otak.
 Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus.
Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf
pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya
kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak
hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin
indirek akan mudah melewati darah otak apabila bayi
terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, dan
hipoksia
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS
 Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan
membran mukosa.
 Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama
disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
 Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke
tiga, dan mencapai puncak pada hari ke tiga sampai
hari ke empat dan menurun pada hari kelima sampai
hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice
fisiologis.
 Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan
warna tinja pucat, seperti dempul.
 Perut membuncit dan pembesaran pada hati.
 Pada permulaan tidak jelas, yang tampak
mata berputar-putar
 Letargik (lemas), kejang, tidak mau
menghisap
 Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi
mental
 Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut
dapat disertai spasme otot, epistotonus,
kejang, stenosis yang disertai ketegangan
otot.
KOMPLIKASI

 Bilirubin enchepalopathy (komplikasi


serius)
 Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral
palsy, retardasi mental, hiperaktif, bicara
lambat, tidak ada koordinasi otot dan
tangisan yang melengking
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
 Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi
prematur kadar billirubin lebih dari 10 mg/dl
dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12
mg/dl merupakan keadaan yang tidak
fisiologis.
 Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.

b. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang


kantong empedu.
c. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk
membantu membedakan hepatitis dan
atresia billiari.
PENATALAKSANAAN

 Stimulasi proses konjugasi bilirubin


menggunakan fenobarbital. Obat ini kerjanya
lambat, sehingga hanya bermanfaat apabila
kadar bilirubinnya rendah dan ikterus yang
terjadi bukan disebabkan oleh proses
hemolitik. Obat ini sudah jarang dipakai lagi.
 Menambahkan bahan yang kurang pada
proses metabolisme bilirubin (misalnya
menambahkan glukosa pada hipoglikemi) atau
(menambahkan albumin untuk memperbaiki
transportasi bilirubin). Penambahan albumin
bisa dilakukan tanpa hipoalbuminemia
 Mengurangi peredaran enterohepatik dengan
pemberian makanan oral dini.
 Memberi terapi sinar hingga bilirubin diubah
menjadi isomer foto yang tidak toksik dan mudah
dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam
air.
 Mengeluarkan bilirubin secara mekanik melalui
transfusi tukar (Mansjoer et al, 2007).
PADA UMUNYA, TRANSFUSI TUKAR
DILAKUKAN DENGAN INDIKASI SEBAGAI
BERIKUT:

 Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≤


20mg%
 Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat yaitu 0,3-
1mg%/jam
 Anemia yang berat pada neonatus dengan gejala gagal
jantung
 Bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat <14mg% dan
uji Coombs direct positif (Hassan et al, 2005).
DALAM PERAWATAN BAYI DENGAN TERAPI
SINAR,YANG PERLU DIPERHATIKAN
SEBAGAI BERIKUT :

 Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena


sinar dapat seluas mungkin dengan membuka
pakaian bayi.
 Kedua mata dan kemaluan harus ditutup
dengan penutup yang dapat memantulkan
cahaya agar tidak membahayakan retina mata
dan sel reproduksi bayi.
 Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu.
Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk
mendapatkan energi yang optimal.
 Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar
bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat
menyeluruh.
 Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
 Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap
24 jam.
 Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama
pada bayi dengan hemolisis.
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
TEORITIS
Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat Penyakit
Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah
(ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah
A,B,O). Polisistemia, infeksi, hematoma, gangguan
metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan ibu
menderita DM.
c. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan
obat-obat yang meningkatkan ikterus. Contoh:
salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses kon jungasi sebelum ibu partus.
d. Riwayat Persalinan
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma
persalinan
e. Riwayat Postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin
meningkat, sehingga kulit bayi tampak kuning.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak
Polycythenia, gangguan saluran cerna dan hati
(hepatitis).
g. Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan,
perubahan peran orang tua.
h. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman
orang tua pada bayi yang icterus
i. Pemeriksaan Fisik
Ikterus terlihat pada sklera selaput lendir,urin
pekat seperti teh, letargi, hipotonus, refleks
menghisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang,
tangisan melengking. Selain itu, keadaan umum
lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh.
Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun,
pemeriksaan tonus otot ( kejang /tremor ). Hidrasi
bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning
dan mengelupas, sclera mata kuning (kadang –
kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan
warna urine dan feses.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari


phototerapi.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d.
phototerapi.
c. Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar
bilirubin toksik dan komplikasi berkenaan
phototerapi.
d. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia)
berhubungan dengan terpapar lingkungan panas.
INTERVENSI
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY. N DENGAN
HIPERBILIRUBIN
A. DATA BAYI
 Nama bayi : By. N
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Tanggal lahir/usia : 31 Desember 2014/ 8 hari
 Tanggal masuk : 9 Desember 2015
 Alamat :Jl.Ampel Sari Rt.01 Rw.23
Kel.Muktiharjo kidul Kec.Pedurungan Kota Semarang
 Nama orang tua : Tn.S/ Ny.M
 Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA
 Pekerjaan ayah/ibu : Swasta/-
 Usia ayah/ibu : 35/31 tahun
 Diagnosa medis : Hiperbilirubinemia
RIWAYAT BAYI
 Apgar score :-
 Usia gestasi : 38 minggu
 Berat badan : 4000 gram
 Panjang badan : 58 CM

Tidak ada komplikasi dalam persalinan,


antara lain aspirasi mekonium, denyut
jantung janin abnormal, tidak terjadi prolaps
tali pusat/lilitan tali pusat, dan tidak tejadi
ketuban pecah dini.
RIWAYAT IBU
Usia Gravida Partus Abnormal

31 1 1 0
1. Jenis Persalinan
Persalian spontan, tidak ada komplikasi
kehamilan serta tdak ada rupture plasenta,
preeklampsia, suspect sepsis, persalinan,
prematur/ postmatus.
2. Perawatan Antenatal : -
PENGKAJIAN NEONATUS

1. Reflek
 Moro
Menghisap klien kuat dan Menggenggam klien lemah
2. Tonus/aktivitas
Tonus otot :aktif dan klien menagis keras
3. Kepala/leher
 Inspeksi : Rambut hitam, distribusi rambut rata,
rambut bersih, sutura sagita tepat.
 Palpasi : Tidak ada benjolan maupun luka, Fontanel
anterior lunak, gambaran wajah simetris
4.Mata
 Inspeksi :Mata kanan dan kiri simetris, tidak ada
lingkar gelap pada daerah orbitapal pebra mata,
konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, pupil isokor
pupil kanan 2 mm kiri 2 mm, lensa jernih.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba kenyal.
5.Hidung
 Inspeksi :Lubang hidung kanan dan kiri simetris,
bersih, terdapat bulu-bulu halus di dalam lubang
hidung, tidak tampak napas cuping hidung dan
sinusitis.
 Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
6.Telinga
 Inspeksi :Daun telinga kanan dan kiri simetris,
lubang telinga baik kanan maupun kiri bersih, klien
mampu mendengar orang berbicara tanpa harus
7.Abdomen
 Inspeksi :Tidak tampak pembesaran umbilikus,` tidak ada
hiper/hipopigmentasi, tidak ada distensi abdomen.
 Auskultasi : Peristaltik usus kuadran kanan bawah
3x/menit, kuadran kanan atas 2x/menit, kuadran kiri atas
2x/menit, kuadran kiri bawah 1x/menit.
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : lunak, live tidak teraba, tidak ada nyeri tekan,
lingkar perut 42 cm.
8.Toraks
 Inspeksi :Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada
hiper/ hipopigmentasi, konfigurasi 1: 2, tidak tampak
penggunaan otot bantu pernapasan, ekspansi dada
bebas, klavikula normal, retraksi derajat 0.
9.Paru-paru
 Inspeksi : Respirasi spontan.
 Auskultasi :Suara nafas vesikuler.
 Palpasi : Taktil vemitus sama antara kanan dan kiri.
 Perkusi : Sonor pada lapang paru kiri, dan sedikit redup
pada lapang paru kanan.
10. Jantung
 Inspeksi : Tidak tampak denyutan ictus cordis
 Auskultasi :Terdengar bunyi jantung I lup dan bunyi
jantung II dup .
 Palpasi :Ictus cordis tidak teraba.
 Perkusi :Terdengar pekak sampai daerah mid axila
anterior sinistra.
11.Ekstremitas
 Inspeksi :
 Ekstremitas Atas : Tidak ada keterbatasan rentang
gerak sendi, capilary refill < 3 detik,
 Ekstremitas Bawah : Tidak ada keterbatasan
rentang gerak sendi, tidak tampak edema, tidak
tampak ada luka.
12.Umbilikus
 Inspeksi :Normal, kering, dan tidak ada
inflamasi.
13.Genital
 Inspeksi : Laki-laki normal, penis berlubang,
testis turun.
14.Anus
 Inspeksi : Paten , berlubang.

15.Kulit
 Inspeksi : Warna kulit jaundice, turgor elastis dan
kulit teraba hangat.
16.Suhu
 Lingkungan : Boks fototerapi
 Suhu kulit : 3670 C
HASIL LABORATURIUM
Prosedur Tanggal Indikasi Hasil Nilai Analisa
Diagnostik/la Pemeriksa dan tujuan normal
boratorium an
Bilirubin total 9 Jan 2015 Untuk 17,14 mg/dl High
Bilirubin direk mengetahui 0,31 mg/dl 0-0,2
Bilirubin bilirubin 16,83 mg/dl 0-10
indirek

Bilirubin total 10 Jan Untuk 6,24 mg/dl High


Bilirubin direk 2015 mengetahui 0,25 mg/dl 0-0,2
Bilirubin bilirubin 5,99 mg/dl 0-10
indirek
ANALISA DATA

NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Ds : ibu klien mengatakan bayinya Kondisi Peningkatan kadar
kekuningan fisiologis/patologis bilirubin dalam darah
Do : ikterus, jaundice disekitar wajah
dan badan, bilirubin total 17,14
mg/dl

2. Ds :- Efek samping Resiko perubahan


Do: fototerapi suhu tubuh:
 Mendapatkan terapi fototerapy Hipertermi
 Bayi mendapat ASI dan PASI
 S:36,7oc
3. Ds: - Efek Resiko
Do : samping gangguan
 Dalam boks fototerapi integritas
terbuka, kulit
difototerapi
 Jaundice
 BAB dan BAK
menggunakan
pempers
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan kadar bilirubin dalam


darah b.d kondisi patologis
2. Resiko perubahan suhu tubuh :
hipertermi b.d efek samping
fototerapi
3. Resiko gangguan integritas kulit b.d
efek samping fototerapi
INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi
Hasil
1 Peningkatan kadar Tujuan :  Monitor tanda-tanda vital
bilirubin dalam darah b.d Tidak ada peningkatan  Monitor bilirubin
kondisi patologis hiperbilirubinemi  Monitor bila ada muntah,
Kriteria Hasil: kaku kuduk atau tremor
 Hasil bilirubin
menunjukan normal
 Tanda dan gejala
hiperbilirubin
seperti jaundice dan
ikterik hilang
 Berat badan bayi =
masa tubuh
2. Resiko NOC  Monitor tanda-tanda vital
perubahan Thermoregulation  Perhatikan suhu lingkungan
suhu tubuh : dan gunakan isolasi
hipertermi Kriteria Hasil:  Berikan minum tambahan
b.d efek Suhu tubuh dalam  Monitor IWL
samping rentang normal  Monitor warna dan suhu
fototerapi Nadi dan RR dalam kulit
rentang normal  Monitor penurunan tingkat
Tidak ada perubahan kesadaran
warna kulit dan tidak  Monitor WBC, Hb, dan Hct
ada pusing  Monitor intake dan output
 Kolaborasi pemberian cairan
intravena
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Monitor suhu minimal tiap 2
jam
3. Resiko NOC :  Kaji warna kulit tiap 4 jam
gangguan - Tissue Integrity : Skin and  Pantau bilirubin direk dan
integritas Mucous Membranes indirek
kulit b.d - Wound Healing : primer dan  Ubah posisi setiap 2 jam
efek sekunder  Masase daerah yang menonjol
samping Kriteria Hasil:  Jaga kebersihan kulit dan
fototerapi - Integritas kulit yang baik bisa kelembabannya.
dipertahankan (sensasi,  Hindari kerutan pada tempat
elastisitas, temperatur, tidur
hidrasi, pigmentasi)  Jaga kebersihan kulit agar tetap
- Tidak ada luka/lesi pada kulit bersih dan kering
- Perfusi jaringan baik  Mobilisasi pasien (ubah posisi
- Menunjukkan pemahaman pasien) setiap dua jam sekali
dalam proses perbaikan kulit  Oleskan lotion atau minyak/baby
dan mencegah terjadinya oil pada derah yang tertekan
sedera berulang  Monitor status nutrisi pasien
- Mampu melindungi kulit dan  Kaji lingkungan dan peralatan
mempertahankan kelembaban yang menyebabkan tekanan
kulit dan perawatan alami
IMPLEMENTASI

1. I 9 Jan  Mengkaji tanda- S: -


2015/ tanda vital O: Klien tampak
11.30-  Memonitor bilirubin ikterik,jaundice.
14.00  Monitor bila ada KU sadar, aktif,
muntah, kaku kuduk T=36,70C
atau tremor Bilirubin 17,14 mg/dl
 Melakukan fototerapi A: Masalah belum
sesuai advis dokter teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
2. II 9 Jan  Memonitor tanda- S: -
2015/ tanda vital O: Klien tampak
11.30-  Perhatikan suhu tenang, aktif
14.00 lingkungan dan tidak rewel,
gunakan isolasi T=36,70C
 Berikan minum A: Masalah
tambahan ASI teratasi
 Memonitor suhu sebagian
sesering mungkin P: intervensi
 Memonitor IWL dipertahankan
 Memonitor warna
dan suhu kulit
3. III 9 Jan  Mengkaji warna S: -
2015/ kulit tiap 4 jam O: belum ada tanda-
11.30-  Memantau bilirubin tanda kerusakan
14.00 direk dan indirek integritas kulit
 Ubah posisi setiap 2 A : masalah teratasi
jam sebagian
 Masase daerah yang P : intervensi
menonjol dipertahankan
 Menjaga kebersihan
kulit agar tetap
bersih dan kering
 Mengoleskan lotion
atau minyak/baby oil
pada derah yang
tertekan
KESIMPULAN
 Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena
klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru
lahir. Sekitar 25 – 50% bayi baru lahir menderita
ikterus pada minggu pertama.
 Angka kejadian hiperbilirubinemia lebih tinggi pada
bayi kurang bulan, dimana terjadi 60% pada bayi
cukup bulan dan pada bayi kurang bulan terjadi sekitar
80%. Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar
plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari
kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau
lebih dari persentil 90.
TERIMAKASIH

Вам также может понравиться