BIOMEKANIK HIP

Anatomi

Acetabulum

→Ball and socket joint

→Acetabulum dibungkus oleh kartilago
yang makin ke tepi makin menebal.
→Cavitas acetabulum diperdalam oleh labrum
glenoedalis
→Cavitas acetabulum menghadap ‘oblique
forward, outward, dan downward’.
Caput femoris
– Kartilago sendi membungkus caput
dengan sisi medial menebal.
– Adanya berbedaan ketebalan ini
mengakibatkan perbedaan strength &
stiffness di berbagai region pada caput
dalam transmisi stress dan reaksi sendi.
Collumna femoris

Ada 2 sudut pada collumna femoris:

1. Sudut inklinasi antara collumna thd corpus di
bidang frontal
• Orang dewasa 125o tetapi dapat
bervariasi dari 90 - 135 0
• Lebih dari 1250  cova valga
• Kurang dari 1250  cova vara
2. Sudut inklinasi di bidang transversal (angle of
anteversion)
Terbentuk sbg proyeksi aksis longitudinalis collumna
femoris dan aksis transversal condyllus femoris
• Orang dewasa 120
• Lebih dari 120  caput femoris menjadi tidak
tercover  kecederungan rotasi internal tungkai saat
diayunkan agar caput femoris tetap menempel di
cavitas acetabulum
• Kurang dari 120 menyebabkan saat jalan tungkai
cenderung eksternal rotasi.
• Keduanya umum ditemukan pada anak awal jalan.
Kinematik
 Range of Motion
Pada 3 bidang :
– sagital (fleksi 0-1400 – extensi 0-150),
– frontal (abduction 0 – 300 – adduction 0 - 250),
– tranversal (rotasi in 0-900 /out 0 - 700).
 Analisis jalan

Steps:
heel off – toe off -- swing phase – heel strike – foot flat

• Bidang sagital:
– Max. flexion  late swing phase (35 – 40o)
– Max. extension  at heel-off
• Bidang frontal:
– abduksi terjadi saat swing phase, maksimal
pada ‘just after toe-off’
– adduksi terjadi pada heel strike sampai akhir
stance phase
– besarnya sekitar 12o
• Bidang transversal:
– eksternal rotasi saat swing phase
– internal rotasi terjadi ‘just before heel strike’
– besarnya sekitar 13o
 ROM pada activitas
Aktifitas S0 F0 T0
Menalikan sepatu dg sepatu di 124 19 15
lantai
Menalikan sepatu dg 110 23 33
menyilangkan kaki di paha
Jongkok 122 28 26

Naik tangga 67 16 18

Turun tangga 36 - -

Duduk di kursi 104 20 17

Kinetik
Gaya yang bekerja di hip saat aktifitas.

Statik
Dalam posisi berdiri tegak dengan tumpuan
kedua kaki  titik gravitasi terdapat di posterior
symphysis pubis
Posisi ini dapat dipertahankan ‘walaupun tidak
ada otot’.
• Bila posisi berubah dari tersangga dua kaki
ke satu kaki akan terjadi perubahan garis
gravitasi yang mengakibatkan adanya gaya
pada sendi.

• Gaya dipengaruhi oleh posture spine, posisi

NWB leg dan upper extremities, dan inklinasi
pelvis.
 Dinamik
Studi tentang reaksi gaya sendi
hip

Dua gaya yang besar dihasilkan

saat stance phase dimana m
abductor muscles kontraksi
untuk menstabilikan pelvis.
Laki-laki
Satu gaya sebesar 4x body weight terjadi
just after heel strike, and

Satu gaya sebesar 7x body weight terjadi

just before toe-off
During foot flat,
Gaya reaksi sendi berkurang sebesar body weight
karena deselarasi yang cepat dari pusat grafitasi
tubuh

During swing phase,

Gaya reaksi sendi dipengaruhi oleh kontraksi
otot-otot ekstensor saat deselarasi hip, dan
besarnya gaya relatif rendah (hampir sama
dengan body weight).
Perempuan
• Pola gaya sama tetapi beratnyanya lebih
rendah, mencapai maksimal hanya sekitar 4x
body weight pada akhir stance phase (Gambar
7-15B).

• Hal ini disebabkan karena: pelvis lebih lebar,

perbedaan inklinasi femoral neck-shaft,
perbedaan footwear, dan pola gerak yang
berbeda.
 Efek support esternal thd gaya pada hip

• Analisis reaksi sendi hip statik menunjukkan bahwa jalan

dengan tongkat dapat mengurangi gaya yang bekerja
sendi tsb.

• Tongkat pada sisi yang sehat akan menghasilkan lever

arm panjang sehingga gaya moderate akan mengurangi
gaya otot abductor.

• Tongkat pd sisi sakit menghasilkan lever arm pendek

sehingga kalau untuk menurunkan kerja otot abductor
sama memerlukan gaya (push) yang lebih besar.
Dari hasil ini maka pain, kontraksi otot
abduktor/gaya pada sendi akan dapat
berkurang