M. Rizki Alkautsar Pembimbing : dr. Henry Sugiharto, Sp. S DEFINISI
• Suatu serangan nyeri wajah yang khas pada daerah
persarafan saraf trigeminus baik mengenai satu cabang atau lebih, paroksismal berupa rasa nyeri tajam ditusuk atau seperti disetrum listrik berlangsung beberapa detik, jarang lebih dari 30 detik, diikuti masa penyembuhan beberapa detik sampai satu menit, yang diikuti oleh serangan berikutnya. Diluar serangan sama sekali tidak rasakan nyeri tersebut Trigeminal (CN V) C: Mixed three major branches 1. Ophthalmic (sensory) 2. Maxillary (sensory) 3. Mandibular (mixed)
O: face / nuclei of pons
D: sensory nuclei in pons / muscles
of mastication ETIOLOGI Saat ini, terdapat tiga teori etiologi neuralgia trigeminal yang dikenal. Pertama berdasarkan hubungan dengan penyakit, kedua, trauma langsung ke nervus dan teori ketiga menyatakan asal polietiologi dari penyakit. Pada umumnya sebagian besar pasien dengan neuralgia trigeminal tidak memiliki penyebab yang pasti. Slide Title
• Make Effective Presentations
• Using Awesome Backgrounds • Engage your Audience • Capture Audience Attention Klasifikasi
• IHS (International Headache Society) membedakan trigeminal
neuralgia menjadi trigeminal neuralgia (TN) klasik dan TN simptomatik. Kebanyakan kasus trigeminal neuralgia bersifat idiopatik. Termasuk TN klasik adalah semua kasus yang etiologinya belum diketahui (idiopatik). Sedangkan TN simptomatik dapat diakibatkan karena tumor, multipel sklerosis atau kelainan di basis kranii PATOFISIOLOGI Chronic focal demyelination
Irritation of Trigeminal nerve
Ectopic action potential Impaired of segmental inhibition
Paroxysmal firing of LTM interneurons in
trigeminal nucleus oralis
Paroxysmal firing of WDR relay
neurons in trigeminal nucleus caudalis
Attack of Trigeminal Neuralgia
PATOFISIOLOGI
• Iritasi kronik saraf otak ke V menimbulkan kegagalan inhibisi
segmental dalam nukleus trigeminalis. Peningkatan aktivitas saraf trigeminal disebabkan oleh aksi potensial ektopik. Kombinasi aktivitas yang meningkat dalam serabut aferen primer dan gangguan mekanisme inhibitorik dalam nukleus trigeminus menyebabkan lepas muatan paroksismal dari interneuron dalam nukleus oralis trigeminalis sebagai respon terhadap rangsangan taktil. • Serangan neuralgia ini terjadi bila ledakan – ledakan ini mencapai ambang untuk mengaktivasi inter neuron nosiseptip dalam nukleus oralis yang memacu neuron trigemino talamikus dalam nukleus kaudalis Diagnosis Kriteria diagnosis trigeminal neuralgia menurut International Headache Society
Serangan – serangan paroksismal pada wajah, nyeri di frontal
yang berlangsung beberapa detik tidak sampai 2 menit Tidak ada kelainan neurologis. Serangan bersifat stereotipik Tersingkirnya kasus-kasus nyeri wajah lainnya melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus bila diperlukan. Tatalaksana a. Terapi Farmakologi Dalam bidang nyeri neuropatik telah mengembangkan beberapa pedoman terapi farmakologik. Dalam guidline EFNS ( European Federation of Neurological Society ) disarankan terapi trigeminal neuralgia dengan
1. karbamazepin ( 200-1200 mg sehari ) dan oxcarbamazepin (
600-1800 mg sehari ) sebagai terapi lini pertama. 2. terapai lini kedua adalah baclofen dan lamotrigin b. Terapi Operatif
Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah prosedur
ganglion gasseri, terapi gamma knife dan dekompresi mikrovaskuler. Pada prosedur perifer dilakukan blok pada nervus trigeminus bagian distal ganglion gasseri yaitu dengan suntikan streptomisin, lidokain, alkohol. Prosedur pada ganglion gasseri ialah rhizotomi melalui foramen ovale dengan radiofrekuensi termoregulasi, suntikan gliserol atau kompresi dengan balon ke dalam kavum Meckel. Prognosis
Setelah serangan awal, trigeminal neuralgia dapat muncul
kembali selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun- tahun berikutnya. Setelah itu serangan bisa menjadi lebih sering, lebih mudah dipicu, dan mungkin memerlukan pengobatan jangka panjang. Meskipun trigeminal neuralgia tidak terkait dengan hidup singkat, morbiditas yang terkait dengan nyeri wajah kronis dan berulang dapat dipertimbangkan jika kondisi tidak cukup terkontrol