Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Visus Turun
Hamdan Muhammad
1102013120
Penglihatan turun
1. Katarak
Perlahan 2. Glaukoma sudut terbuka
3. Retinopati diabetic
4. Retinopati hipertensif
MATA TENANG
VISUS TURUN
MENDADAK
Neuritis Optik
Klasifikasi anatomis :
1. Neuritis intraokular atau papilitis
2. Neuritis retrobulbar
Gejala klinis :
1. Gejala subjektif:
- Penglihatan turun mendadak dalam beberapa jam sampai hari yang mengenai satu atau
kedua mata.
- Penglihatan warna terganggu.
- Rasa sakit bila mata bergerak dan ditekan
- Adanya defek lapang pandang.
- Tanda Uhthoff
2. Gejala objektif:
- Palpebra, konjungtiva, maupun kornea dalam keadaan wajar.
- Refleks pupil menurun pada mata yang terkena dan defek pupil aferen relatif atau Marcus
Gunn pupil umumnya ditemukan.
Neuritis Optic
faktor usia
usia
Diabetes
pertengahan Herediter Inflamasi Tumor Trauma
mellitus
atau lebih
tua)
Ablasio retina
Ablasio retina Ablasio retina
serosa atau
regmatogenosa akibat traksi
eksudatif
Ablasio Retina Regmatogenosa
PEMERIKSAAN
TATALAKSANA
• Memotong jaringan parut yang menarik retina
(vitrektomi)
• Jika perlu dilakukan retinotomi dan/ penyuntikan
perfluorokarbon (internal tamponade)
Ablasio Retina Serosa & Hemoragik
• Akibat adanya massa (melanoma maligna, retinoblastoma) atau eksudat di bawah retina dan
mengangkat retina
• Penumpukan cairan dibawah retina akibat inflamasi ataupun lesi vaskular (skleritis, koroiditis,
uveitis)
• Ablasio retina ini akan hilang dan dapat menetap tergantung hilang atau tidaknya penyebab
Patogenesis
Ablasio Retina Serosa & Hemoragik
MANIFESTASI KLINIK
• Tidak ada keluhan fotopsia, robekan retina dan
gerakan retina
• Shifting fluid (perubahan posisi area ablasio pada
exudative retinal detachment)
TERAPI
Krioterapi atau laser untuk menimbulkan adhesi antara epitel pigmen
dan retina sensorik sehingga mencegah influks cairan lebih lanjut ke
dalam ruang subretina, mengalirkan cairan subretina ke dalam dan ke
luar, dan meredakan traksi vitreoretina.
Oklusi Arteri Retina Centralis
◍ Adanya sumbatan pada pembuluh darah retina sentral
◍ Penurunan aliran darah secara tiba-tiba pada arteri retina sentral sehingga menyebabkan iskemik bagian
dalam retina
◍ Salah satu kedaruratan mata (true ocular emergencies) yang membutuhkan penanganan segera, karena iskemi
yang lama akan menyebabkan kerusakan retina yang irreversible.
Epidemiologi
Data pada studi di Amerika, menunjukkan bahwa
oklusi arteri retina sentral (Central Retinal Artery
Occlusion / CRAO) ditemukan tiap 1:10.000.
Biasanya hanya mengenai satu mata, namun pada
1-2% penderita ditemukan ganguan mata bilateral.
Pemeriksaan Fisik
• Penurunan visus yang berupa serangan-serangan yang
berulang
• Pupil anisokoria
• Pemeriksaan funduskopi
1. Seluruh retina berwarna pucat akibat edema dan
gangguan nutrisi pada retina
2. Terdapat gambaran berupa sosis pada arteri retina
akibat pengisian arteri retina yang tidak merata
3. Sesudah beberapa jam retina akan tampak pucat
akan terlihat gambaran merah ceri (cherry red spot)
21
pada makula lutea.
Tatalaksana Oklusi Arteri Retina Centralis
◍ Belum ada terapi yang terbukti efektif dan memuaskan untuk mengembalikan fungsi penglihatan pada
penderita oklusi arteri retina sentral.
◍ Tujuan dari berbagai metode terapi oklusi arteri retina sentral adalah melepaskan oklusi dan
mengembalikan aliran darah retina secepat mungkin karena perbaikan fungsi penglihatan sangat
tergantung pada lamanya oklusi.
◍ Kerusakan retina irreversible terjadi setelah 90 menit sumbatan total arteri retina sentralis, sehingga
hanya tersedia sedikit waktu untuk memulai terapi
◍ Menurunkan tekanan bola mata dengan Asetazolamid (500mg IV) bisa ditambahkan timolol 0,5%
◍ Vasodilator pemberian bersama dengan antikoagulan.
◍ Steroid bila di duga terdapatnya peradangan.
Oklusi Vena Retina Sentral
Oklusi vena retina adalah penyumbatan vena retina yang mengakibatkan gangguan perdarahan di dalam
bola mata, ditemukan pada usia pertengahan. Biasanya penyumbatan terjadi lebih sering di depan lamina
kribrosa. Penyumbatan vena retina dapat terjadi pada suatu cabang kecil ataupun pembuluh vena utama,
sehingga daerah yang terlibat memberi gejala yang sesuai dengan daerah yang dipengaruhi
Faktor predisposisi: pasien dengan gloukoma, diabetes mellitus, hipertensi, kelainan darah,
arteriosclerosis, papilledema, retinopati radiasi dan penyakit pembuluh darah.
Kekeruhan
Perdarahan
Gejala Klinis
Penglihatan kabur
Floater
Jarang merah
Fotofobia
32
Uveitis posterior
Terapi
33
Mata Tenang
Visus Turun
Perlahan
Katarak
Definisi
setiap keadaan kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa.
EPIDEMIOLOGI
Indonesia, dalam catatan WHO
berada diurutan ketiga dengan Prevalensi :
terdapat angka kebutaan sebesar o↑ 50 % usia 65 dan 74 tahun
1,47%. Salah satu kebutaan o↑ 70 % usia > 75 tahun.
disebabkan oleh katarak
Patogenesis
Pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya.
Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning
atau coklat.
Temuan tambahan mungkin berupa vesikel Sejumlah faktor yang diduga turut
di antara serat-serat lensa atau migrasi sel berperan dalam terbentuknya katarak,
epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang antara lain kerusakan oksidatif (dari
menyimpang. proses radikal bebas), sinar ultraviolet,
dan malnutrisi.
Klasifikasi Katarak Nuklear
Katarak terlihat usia
kongenital <1 th
1. Katarak Kongenital
• Mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir, < 1 tahun.
• Penyebab kebutaan pada bayi yang signifikan terutama akibat penanganan
yang kurang tepat.
Manifestasi Klinis
• Gejala yang paling sering dan mudah dikenali adalah
leukokoria. Gejala ini kadang-kadang tidak terlihat
jelas pada bayi yang baru lahir, karena pupil miosis.
• Bila katarak binokuler, penglihatan kedua mata buruk
sehingga orangtua biasanya membawa anak dengan
keluhan anak kurang melihat, tidak dapat fokus atau
kurang bereaksi terhadap sekitarnya.
• Gejala lain yang dapat di jumpai antar lain fotofobia,
strabismus, nistagmus.
Tatalaksana Katarak Kongenital
Katarak total bilateral → sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya
segera katarak terlihat.
Katarak total unilateral; mempunyai prognosis yang buruk (mudah sekali terjadinya
ambliopia) → dialakukan pembedahan secepat mungkin, dan diberikan kacamata
segera dengan latihan bebat mata.
2. Katarak Juvenil
• Katarak yang lunak dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun.
Merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu
kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-
serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan
disebut sebagai soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian
dari suatu gejala penyakit keturunan lain.
• Gejalanya berupa pandangan kabur, silau, halo dan penurunan tajam
penglihatan, bayangan ganda dapat juga awal dari katarak. Selain itu
kadang dapat ditemukan gejala awal seperti silau dan diplopia monokular
yang tidak dapat dikoreksi.
Menurut usia
3. Katarak Senilis
• Terjadi pada usia lanjut, >50 tahun.
• Seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan tebal
sehingga kemampuan akomodasinya menurun.
• Saat lapisan baru dari serabut korteks terbentuk secara konsentris, sel-sel
tua menumpuk ke arah tengah sehingga nukleus lensa mengalami
penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).
Tipe Katarak Senilis. A (katarak nuklear), B (katarak kortikal), C (katarak subkapsularis posterior)
Buratto membagi densitas kekerasan lensa menjadi 5 jenis:
Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak di perifer dan daerah jernih di antaranya.
Kekeruhan biasanya teletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada umumnya hanya
tampak bila pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.
Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
miopik.
Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi
melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan.
Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena
deposit kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan berwarna kuning. Akibat
pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah bawah. Lensa yang
mengecil akan mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan gambaran
pseudopositif.
Menurut Derajat Kekeruhan Lensa
Menurut Etiologinya
Katarak Primer
Terjadi karena proses penuaan atau degenerasi, bukan karena penyebab yang lain, seperti penyakit sistemik
atau metabolik,
Katarak traumatik, toksik, radiasi dan kelainan kongenital.
Sekunder
1. Katarak Metabolik
Terjadi bilateral karena berbagai gangguan sistemik : diabetes melitus, hipokalsemia, defisiensi gizi, distrofi miotonik,
dermatitis atopik, galaktosemia, dan sindrom Lowe, Werner, serta Down.
2. Katarak Traumatik
Paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata.
3) Katarak Komplikata
Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat menimbulkan katarak komplikata. Penyakit
intraokular yang sering menyebabkan kekeruhan pada lensa ialah iridosiklitis, glukoma, ablasi retina.
4) Katarak Toksik
Disebut juga katarak terinduksi obat, seperti obat kortikosteroid sistemik ataupun topikal yang diberikan dalam waktu
lama, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol, antikolinesterase, klorpromazin, miotik, busulfan.
• Merupakan tehnik operasi katara dengan melakukan pengangkatan nucleus lensa dan cortex
melalui pembukaan kapsul anterior yang lebar; 9-10mm, dan meninggalkan kapsul posterior.
• Pada Teknik Small Incision Cataract Surgery insisi dilakukan di skleral sekitar 5.5 mm – 7.0
mm. Keuntungan konstruksi irisan pada sklera kedap air sehingga membuat katup dan isi bola
mata tidak prolaps keluar.
Phacoemulsification.
• Merupakan salah satu tehnik ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang berbeda dengan ekstraksi
katarak katarak ekstrakapsular standar (dengan ekspresi dan pengangkatan nukleus yang
lebar). Sedangkan fakoemulsifikasi menggunakan insisi kecil, fragmentasi nukleus secara
ultrasonik dan aspirasi kortek lensa dengan menggunakan alat fakoemulsifikasi.
Perkembangan operasi katarak
Intracapsular Extracapsular
Phacoemulsification
Cataract Cataract Extraction
(Phaco)
Extraction (ICCE) (ECCE)
Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
ECCE Phacoemulsification
Menurun karena miotics dan meningkat karena atropin, simpatomimetik dan analog
prostaglandin. Sebagian aquos humor juga di drainase di iris.
Tekanan intraokular yang normal
Distribusi TIO dalam populasi umum memiliki berbagai 16-21
mmHg.
3. Riwayat
1. TIO 2. Umur.
keluarga POAG.
6. Penyakit
4. Diabetes
5. Miopia pembuluh
mellitus.
darah.
ANAMNESIS
Kelainan visual biasanya tidak ada, kecuali kerusakan makin berat. Gangguan
lapang pandang central merupakan gejala pada tahap awal.
Riwayat Keluarga
Alergi
• Terutama untuk obat-obatan mungkin untuk digunakan dalam pengobatan glaukoma, khususnya
sulfonamide.
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA
TATALAKSANA
GLUKOMA
OPERASI
Terapi Medikamentosa Pada Glukoma
1. Obat Kolinergik (parasimpatomimetik) kerja langsung
CARBACHOL, TOPIKAL
Sediaan: Larutan, 0,75%, 1,5%, 2,25%, dan 3%.
Dosis: 1 tetes pada setiap mata, tiga atau empat kali sehari.
Catatan: Carbachol kurang diabsorpsi melalui kornea dan umumnya dipakai jika pilocarpine
tidak efektif. Lama kerjanya 4-6 jam. Jika benzalkonium chloride dipakai sebagai wahana,
daya serap carbachol meningkat nyata.
2. Obat Antikolinesterase kerja-tak langsung yang reversibel
3. Obat Antikolinesterase kerja-tak langsung yang tidak reversible Obat ini kuat dan bekerja lama dan dipakai bila
obat antiglaukoma tidak dapat mengendalikan tekanan intraokuler. Obat-obat ini kini kurang dipakai seperti dulu. Miosis
yang dihasilkan sangat kuat; spasme siliaris dan miopia sering terjadi, dan phospholine iodide diduga bersifat
kataraktogenik pada beberapa pasien. Dapat terjadi blok pupil.
ISOFLUROPHATE
Sediaan: Salep, 0,025%.
Dosis: 0,5-1 cm panjang salep di dalam palpebra inferior satu atau dua kali sehari.
Pada pengobatan glaukoma, epinefrin mempunyai keuntungan karena kerjanya yang lama (12-72 jam)
dan tanpa miosis. Ini terutama penting pada pasien dengan katarak insipien (efek pada penglihatan tidak menonjol).
Sekurang-kurangnya 25% pasien menunjukkan alergi lokal; yang lain mengeluh sakit kepala dan deg-degan (lebih jarang
dengan dipivefrin).
Epinephrine bekerja meningkatkan pengeluaran humor akueus.
Beberapa di antara sediaan yang ada untuk glaukoma sudut-terbuka disampaikan berikut ini. Dosisnya sama untuk
semuanya, yakni, 1 tetes satu atau dua kali sehari:
Epinephrine borate (Eppy/N) 0,5%, 1%, dan 2%.
Epinephrine hydrochloride (Epifrin, Glaucon) 0,25%, 0,5%, 1%, dan 2%.
Dipivefrin hydrochloride (Propine), 0,1%.
5. Obat penghalang Beta-Adrenergik
ACETAZOLAMIDE (DIAMOX)
Sediaan dan dosis:
Oral: Tablet, 125 mg dan 250 mg; berikan 125-250 mg dua sampai empat kali sehari (jangan melebihi 1 g dalam 24 jam).
Kapsul lepas-berkala, 500 mg; berikan 1 kapsul satu atau dua kali sehari.
Parenteral: Dapat diberikan 500 mg intramuskuler atau intravena untuk waktu singkat pada pasien yang tidak dapat
menerima obat per oral.
METHAZOLAMIDE (NEPTAZANE)
Sediaan: Tablet,25 dan 50 mg.
Dosis: 50-100 mg dua atau tiga kali sehari (total tidak melebihi 600mg/hari).
DICHLORPHENAMIDE (DARANIDE)
Sediaan: Tablet, 50 mg.
DosisL: Dosis awal 100-200 mg, diikuti 100 mg setiap 12 jam sampai tercapai respons yang diinginkan. Dosis pemeliharaan
(maintenance) yang biasa untuk glaukoma adalah 25-50 mg tigaatau empat kali sehari. Dosis harian total jangan melebihi
300 mg.
Obat Topikal yang Sedang Diteliti (MK-927, Sezolamide Hydrochloride, Dorzolamide Hydrochloride)
Obat-obat penghambat anhidrase karbonat telah dipelajari atas dasar investigasi terhadap efektivitasnya menurunkan
tekanan intraokuler. Berbeda dengan obat-obatan yang lebih tua, obat-obat ini sanggup menerobos ke dalam mata dengan
aplikasi topikal sampai mencapai epitel sekretorik korpus siliaris, dan menurunkan tekanan intraokuler dengan mengurangi
sekresi akueus. Obat-obat ini agaknya tidak menimbulkan efek samping sistemik maupun okuler, meski agak merangsang
mata.
8. Obat Osmotik Obat hiperosmotik seperti urea, mannitol dan gliserin dipakai untuk mengurangi tekanan intraokuler
dengan membuat plasma jadi hipertonik terhadap humor akueus. Obat-obat ini pada umumnya dipakai dalam penanganan
glaukoma akut (sudut-tertutup) dan kadang-kadang pra atau pasca bedah bila disyaratkan penurunan tekanan intraokuler.
Dosis bagi semua rata-rata 1,5g/kg.
MANNITOL (OSMITROL)
Sediaan: Larutan 20% dalam air.
Dosis: 1,5-2 g/kg intravena.
Mulai dan lama kerja: Efek hipotensif maksimum dalam 1 jam dan bertahan 5-6 jam.
Catatan : Masalah “overload” kardiovaskuler dan edema paru lebih ssering pada obat ini karena volume cairan yang
dibutuhkan besar.
UREA (UREAPHILL)
Sediaan: Larutan 30% urea lyophil dalam gula invert.
Dosis: 1-1,5 g/kg intravena.
Mulai dan lama kerja : Efek hipotensi maksimum terjadi dalam 1 jam dan bertahan 5-6 jam]
Toksisitas : Ekstravasasi pada tempat injeksi dapat menimbulkan reaksi lokal, dan iritasi ringan sampai nekrosis jaringan.
Terapi Bedah dan Laser Pada Glukoma
TRABEKULOPLASTI LASER
Teknik ini digunakan pada glukoma sudut terbuka. Penggunaan laser
(biasanya argon) untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu geniolensa ke
jalinan trabecular dapat mempermudah aliran keluar humor akueus karena efek
luka bakar tersebut pada jalinan trabecular dan kanalis schlemm serta terjadinya
proses-proses seluler yang meningkatkan fungsi jalinan trabecular.
Terapi Bedah dan Laser Pada Glukoma
BEDAH DRAINASE GLUKOMA
Untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase normal,
sehingga terbentuk akses langsung humor akueus dari COA ke jaringan
subkonjugtiva atau orbita, dapat dibuat dengan trabekulotomi atau insersi selang
drainase.
TINDAKAN SIKLODRSTRUKTIF
Tindakan destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah untuk
mengontrol TIO. Krioterapi, diatermi, ultrasonografi frekuensi tinggi, dan laser
neodinium dapat diaplikasikan ke permukaan mata tepat disebelah posterior
limbus untuk menimbulkan kerusakan korpus siliaris dibawahnya. Dilakukan pada
glukoma yang sulit diatasi.
Pengobatan ditujukan untuk mencegah gangguan fungsional visus
dalam seumur hidup pasien dengan menghambat kerusakan sel
ganglion dengan cara menurunkan TIO.
Target penatalaksanaan
Memiliki target TIO yang harus dicapai. Walaupun tidak ada batas
aman tetapi <16mmHg digunakan sebagai acuan. Penurunan TIO
1mmHg dapat menurunkan 10% kerusakan saraf.
Berikut ini adalah indikasi utama trabekuloplasti:
Diabetik Hipertensi
Retinopati Diabetik
Definisi
Suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan
pembuluh-pembuluh darah halus, meliputi arteriol prekapiler retina, kapiler-kapiler
dan vena- vena.
Etiologi
• Penyebab belum diketahui pasti
• Keadaan hiperglikemia yang berlangsung lama menyebabkan perubahan fisiologi
dan biokimia yang akhirnya menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah
Patofisiologi
Retinopati Diabetik
Gangguan sirkulasi, hipoksia, dan inflamasi pada retina. Hipoksia menyebabkan ekspresi faktor angiogenik yang berlebihan
sehingga merangsang pembentukan pembuluh darah baru yang memiliki kelemahan pda membrana basalisnya, defisiensi taut
antarsel endotel, kekurangan jumlah perisit.
Terjadi kebocoran protein plasma dan perdarahan di dalam retina dan vitreus
Retinopati Diabetik
Retinopati Diabetik
Klasifikasi
Retinopati Diabetik
Retinopati Diabetik
• Makulopati diabetik bermanifestasi sebagai penebalan atau edema retina setempat atau difus, yang terutama
disebabkan oleh kerusakan sawar darah-retina pada tingkat endotel kapiler retina, yang menyebabkan terjadinya
kebocoran cairan dan konstituen plasma ke retina sekitarnya.
• Makulopati diabetik merupakan penyabab kebutaan tersering pada retinopati diabetik.
• Makulopati juga bisa terjadi karena iskemia, yang ditandai oleh edema makula, perdarahan dalam, dan sedikit
eksudasi. Angiografi fluoresein menunjukkan hilangnya kapiler-kapiler retina disertai pembesaran zona avaskular
fovea.
Angiogram fluoresein menunjukkan hipofluoresensi kapiler nonperfusi (panah), dengan perluasan zona
avaskular fovea, ciri khas makulopati diabetik iskemik.
Retinopati Diabetik
Manifestasi Klinis
Gejala subyektif yang dapat ditemui berupa:
• Kesulitan membaca
• Penglihatan kabur
• Penglihatan tiba-tiba menurun
• Melihat lingkaran-lingkaran cahaya
• Melihat bintik gelap dan cahaya kelap-kelip
Manifestasi Klinis
• Untuk dapat membantu mendeteksi secara awal adanya edema makular pada retinopati diabetik non proliferatif
dapat digunakan stereoscopic biomicroscopic → menggunakan lensa +90 dioptri.
• Angiografi Fluoresens juga sangat bermanfaat dalam mendeteksi kelainan mikrovaskularisasi pada retinopati
diabetik.
Tatalaksana
Pencegahan
• Mengontrol gula darah, selain itu tekanan darah, masalah jantung, obesitas dan lainnya harus juga
dikendalikan dan diperhatikan.
Pengobatan
• Fokus pengobatan bagi pasien retinopati diabetik non proliferatif tanpa edema makula adalah
pengobatan terhadap hiperglikemia dan penyakit sistemik lainnya.
• Terapi Laser argon fokal terhadap titik-titik kebocoran retina pada pasien yang secara klinis
menunjukkan edema bermakna dapat memperkecil resiko penurunan penglihatan dan
meningkatkan fungsi penglihatan .
Mata dengan edema makula diabetik yang secara klinis tidak bermakna maka
biasanya hanya dipantau secara ketat tanpa terapi laser.
Terjadinya penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika media dan degenerasi hialin
TATALAKSANA
Beberapa penelitian eksperimental menunjukkan regresi dari retinopati
hipertensi yang tekanan darahnya terkontrol.
KOMPLIKASI
Branch Retinal Artery Occlusion (BRAO), Branch retinal vein occlusion (BRVO),Central
retinal vein occlusion (CRVO), vitreus hemorrhage and tractional retinal detachment