Вы находитесь на странице: 1из 34

pengaruh UV terhadap persentase

penetasan telur Drosophila


melanogaster model persilangan strain
N♂ x N♀ dan vg♂ x vg♀

Disusun oleh:
Kelompok 1 Offering G
Dies Naris Wari Pudjafinisya 160342606263
Krismonik Dwi Maulida 160342606270
Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

• Ruang lingkup dan keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:


• Pengambilan data hanya dibatasi pada penghitungan jumlah telur D.
Melanogaster hasil persilangan N♂ x N♀ dan vg♂ x vg♀ masing-masing
sebanyak 3 pasang.
• Penelitian ini dibatasi pada penghitungan jumlah telur yang menetas menjadi
larva selama 7 hari.
• Penetasan telur diketahui dengan menghitung persentase telur yang berhasil
menetas setelah diberi perlakuan dengan sinar UV pada waktu dan dosis tertentu.
• Radiasi sinar UV yang digunakan adalah radiasi yang sinar UV buatan yang berasal
dari lampu UV dengan panjang gelombang 254-269 nm.
• Radiasi sinar UV yang diberikan selama 0 menit, 2 menit, 4 menit, 6 menit, dan 8
menit dengan tiga kali ulangan.
• Dalam penelitian ini fase yang digunakan untuk perlakuan UV adalah fase telur
dari D. Melanogaster hasil persilangan N♂ x N♀ dan vg♂ x vg♀.
Kajian Pustaka
Drosophila melanogaster adalah lalat buah yang dapat ditemukan di
buah-buahan busuk.
Digunakan selama bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku
hewan.
Bisa hidup hampir di semua wilayah di muka bumi Menurut Miller (2000),
habitat Drosophila melanogaster hanya dibatasi oleh temperatur dan
ketersediaan air.
Suhu yang sangat rendah dapat mengganggu siklus hidup spesies ini.
Drosophila melanogaster memakan mikroorganisme yang tumbuh pada buah
yang membusuk, terutama ragi (Shorrocks, 1972)
• Drosophila melanogaster mempunyai empat stadium metamorfosis, yaitu
telur, larva, pupa, dan imago (serangga dewasa).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Drosophila
melanogaster diantaranya sebagai berikut:
• Suhu lingkungan
Kondisi ideal yang dapat diterima oleh Drosophila adalah suhu sekitar 25-28°C.
• Ketersediaan media makanan
Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil.
Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang
menjadi individu dewasa.
• Tingkat kepadatan botol pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat.
Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu
banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila melanogaster dengan kondisi ideal
dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat)
• Intensitas cahaya
Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami
pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.
Mutasi
• Mutasi dapat disebabkan oleh faktor eksternal
dan internal. Mutasi dapat terjadi secara
spontan dan terinduksi. Mutasi spontan terjadi
tanpa adanya penyebab yang jelas, sedangkan
mutasi terinduksi terjadi karena adanya agen
mutagenic seperti radiasi sinar X, sinar
ultraviolet dan bahan kimia yang bereaksi
dengan DNA (Gardner, dkk, 1991)
Radiasi Sinar Ultraviolet
• Sinar Ultraviolet merupakan jenis gelombang elektromagnetik
yang dapat dideteksi oleh sel-sel sensitif mata (Alcamo, 1990),
memiliki panjang gelombang berbeda-beda, tidak menimbulkan
ionisasi, memiliki daya tembus rendah (Crawder, 1990).

• Menurut Stirckberger (1985) efek dari suatu mutasi tidak selalu


sesuai dengan target teori sebab hubungan antara mutasi
dengan dosis penyinaran Ultraviolet tidak selamanya selalu
berbanding lurus. Lebih lanjut Gardner, dkk (1991) menyebutkan
bahwa hubungan antara rata-rata mutasi dan dosis ultraviolet
tergantung pada jenis mutasi, organisme dan kondisi ultraviolet.
Strain
• Vestigial (vg) merupakan mutan dengan sayap yang tereduksi
yang berarti panjang sayap mutan jauh lebih pendek
dibanding panjang sayap Drosophila melanogaster normal,
akibatnya Drosophila melanogaster dengan bentuk sayap
tersebut tidak dapat terbang. Mereka hanya mengandalkan
bristle sebagai alat sensor mekaniknya.
Kerangka Konseptual
Hipotesis
– Ada pengaruh lama radiasi ultraviolet terhadap
persentase penetasan telur D. melanogaster hasil
persilangan N♂ x N♀ dan vg♂ x vg♀.
– Ada pengaruh strain terhadap persentase
penetasan telur D. melanogaster hasil persilangan
N♂ x N♀ dan vg♂ x vg♀.
– Ada pengaruh interaksi antara lama radiasi
ultraviolet dengan strain terhadap persentase
penetasan telur D. melanogaster hasil persilangan
N♂ x N♀ dan vg♂ x vg♀.
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian tentang pengaruh UV terhadap persentase penetasan
telur Drosophila melanogaster, yaitu :

 model persilangan strain N♂ x N♀ dan vg♂ x vg♀


 Dilakukan dengan 5 perlakuan (kontrol, 2 menit, 4 menit, 6
menit dan 8 menit).
 Terdapat 3 kali ulangan pada setiap perlakuan dan tipe
persilangan.
B. Waktu dan Tempat Penelitian

 Penelitian dimulai bulan Februari 2018 sampai April 2018.


 Pengamatan penetasan telur dilakukan selama 7 hari berturut-turut.
 Tempat penelitian di Laboratorium Genetika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.

C. Variabel Penelitian

 Variabel bebas: Lama waktu Penyinaran sinar UV (Ultraviolet) dan


macam strain lalat Drosophila melanogaster.
 Variabel terikat : Persentase penetasan telur Drosophila
melanogaster menjadi larva.
 Variabel kontrol : Pisang raja mala yang digunakan sebagai
medium dan panjang gelombang sinar UV yang digunakan untuk
penyinaran.
D. Populasi dan Sampel
 Populasi : lalat Drosophila melanogaster
 sampel : 2 botol stok lalat Drosophila melanogaster
strain N (Normal) dan vg (Vestigial).

E. Instrumen Penelitian
 Mengunakan buku jurnal untuk mencatat setiap
perkembangan dalam penelitian.
F. Prosedur Kerja
1. Pembuatan medium 2. Pengamatan fenotip parental

 Disiapkan alat dan bahan (alat : panic, sendok  Diambil 2 ekor (jantan dan betina) Drosophila
pengaduk, kompor, pisau, botol selai, sendok melanogaster dari setiap stok dengan
sayur dan nampan) (bahan : pisang raja mala, menggunakan sedotan.
tape, gula merah, air dan fermipan dengan  Dimasukkan ke dalam plastik.
perbandingan 7 : 2 : 1).  Direntangkan plastic sehingga Drosophila
 Pisang dipotong kecil-kecil dan dicampur tape melanogaster tidak dapat bergerak.
singkong serta ditambahkan sedikit air dan  Diamati fenotip Drosophila melanogaster
diblender sampai halus. mengunakan mikroskop stereo, (pengamatan
 Dicairkan gula merah. meliputi: warna mata, faset mata, warna tubuh,
 Semua bahan dicampur ke dalam panci dan bentuk sayap dan ciri yang membedakan antara
dimasak selama 45 menit dengan api sedang jantan dan betina).
sambil terus diaduk.  Dicatat dan diambil gambar dari haisl
 Medium yang telah jadi dimasukkan ke dalam pengamatan.
botol sampai 1/5 botol.  Dilakuka langkah a-e pada setiap strain.
 Botol yang berisi medium diletakkan diatas  Tentukan strain pada Drosophila melanogaster
nampan yang berisi air sampai medium dingin. dan cocokkan dengan literatur.
 Setelah medium dingin, ditambahkan 3-5 butir
fermipan ke dalam medium dibersihkan uap air
yang menempel pada botol.
 Dimasukkan kertas pupasi ke dalam botol dan
segera ditutup spons.
3. Peremajaan dan pengampulan

a. Peremajaan stok
 Disiapkan botol selai yang berisi medium.
4. Persilangan dan pengamatan jumlah telur
 Dimasukkan minimal 3 pasang Drosophila
melanogaster (jantan dan betina).
 menyiapkan irisan pisang raja mala yang
 Diberikan label sesuai strain dan tanggal
dipotong melintang dengan lebar ± 1-2 cm.
peremajaannya.
 memasukkan 3 pasang Drosophila melanogaster
 Tunggu beberapa hari hingga menjadi larva dan
(jantan dan betina) sesuai tipe persilangan ♂ N
pupa yang menghitam.
>< ♀ N dan ♂ vg >< ♀ vg.
 Memberikan label (sesuai persilangan, ulangan
b. Pengampulan dan lama waktu penyinaran UV) pada botol
 Setelah muncul pupa yang menghitam, siap sesuai dengan persilangan yang dimasukkan.
dipindahkan ke selang ampul.  perlakuan UV : 0 menit (kontrol)
 Disiapkan selang ampul ukuran sedang 2 menit
sepanjang 6-7 cm.
4 menit
 Pisang raja mala dimasukkan ke tengah dengan
6 menit
bantuan kuas.
8 menit
 Pupa yang berwarna coklat kehitaman diambil
dengan menggunakan cutton bud.  cara mencari ulangan :
 Dimasukkan pupa ke dalam selang ampul dan (t-1) (r-1) ≥ 15
diletakkan pada masing-masing selang ampul. (10-1) (r-1) ≥ 15
 Ujung selang ditutup menggunakan spons. 9 (r-1) ≥ 15
9r-9 ≥ 15
r =3
5. Pemberian perlakuan penyinaran UV

 Pemberian perlakuan sinar UV


 Diambil irisan pisang yang telah
dihitung julah telurnya. 6. Menghitung telur yang
 Memberikan perlakuaan penyinaran menetas
UV pada ketiga perlakuan, perlakuan
meliputi:
0 menit  Diamati telur yang menetas 1
2 menit hari setelah diberi perlakuan
4 menit UV (perlakuan dilakukan
6 menit selama 7 hari berturut-turut).
8 menit  Dimasukkan data berupa
 Memindahkkan irisan pisang yang jumlah telur dan jumlah larva
telah diberi penyiran UV ke dalam
ke data pengamatan.
botol selai yang baru.
 Dilepaskan larva yang telah
dihitung.
7. Prosedur pengunaan alat UV

 Dibuka tutup alat UV, kemudian dibersihkan dengan tisu supaya bersih
dari debu.
 Lalu alat UV di bersihkan dengan alcohol 70%.
 Tutup alat UV dengan kertas agar tidak berbahaya.
 Disambungkan kabel ke stop kontak, kemudian tekan tombol ON.
 Ditunggu pemanasan ala UV selama 1 jam.
 Setelah 1 jam, ditekan tombol OFF.
 Dimasukkan cawan petri yang berisi irisan pisang setiap perlakuan.
 Tutup alat uV dengan kertas penutup kemudian tekan tombol ON.
 Tunggu sesuai dengan lama waktu perlakuan yang dikenakan pada irisan
pisang (2 menit, 4 menit, 6 menit dan 8 menit).
 Setelah selesai tekan tombol OFF, keluarkan cawan petri berisi pisang dan
sabut kabel dari stop kontak.
G. Teknik Pengampulan Data
 Model teknik pengumpulan data : observasi untuk
mendapatkan data berupa jumlah telur awal dan
jumlah telur yang menetas dalam pengamatan.
Persilangan Perlakuan Ulangan Pengamatan hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

♂ N >< ♀ N 0 menit U1

U2

U3

Etc. Etc.

♂ vg >< ♀ vg 0 menit U1

U2

U3

Etc. Etc.
H.
• Teknik Analisis Data
 Melakukan perhitungan telur yang menetas dan
presentase
data dengan perhitungan rumus :
Persentase (%) = x 100%
 Membuat grafik perkembangan telur pada setiap
penetasan telur.
 uji statistika Rancangan Acak Kelompok (RAK) Anava
Ganda.
Data dan Analisis
1. Dari grafik strain N diatas dapat disimpulkan sementara bahwa lama penyinaran
memperngaruhi jumlah telur yang menetas
2. Dari kedua jenis strain, hasil penetasan strain N dan vg, strain vg lebih banyak yang menetas
jika dibandingkan dengan hasil penetasan strain N. Sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa
jenis strain mempengaruhi persentase penetasan telur, dimana strain N lebih sensitif terhadap
penyinaran UV.
Setelah data ditransformasi, kemudian dihitung dengan menggunakan anava ganda,
karena dalam perlakuan terdapat dua variabel bebas. Kemudian dilanjutkan dengan
rancangan acah kelompok (RAK), karena waktu pelaksanaan percobaan tidak sama.
• Dari tabel diatas diketahui nilai F hitung strain (4.207741662)lebih kecil
dari F tabel (5.12), sehingga hipotesis penelitian ditolak, dan hipotesis nol
diterima. Tidak ada pengaruh perbedaan strain terhadap persentase
penetasan telur Drosophila melanogaster. F hitung lama penyinaran
(5.58807639) lebih besar dari F table (3.63), sehingga hipotesis penelitian
diterima. Ada pengaruh perbedaan lama penyinaran terhadap persentase
penetasan telur. F hitung interaksi jenis strain dan lama penyinaran
(0.337837742) lebih kecil dari F tabel (3.63), sehingga hipotesis penelitian
diolak. Tidak ada pengaruh interaksi jenis strain dan lama penyinaran
terhadap persentase penetasan telur
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh lama penyinaran terhadap persentase penetasan telur
hasil persilangan Drosophila melanogaster persilangan strain N♂x N♀ dan vg ♂x vg♀. Perlakuan dengan lama
penyinaran 0 menit memberikan rerata penetasan telur tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Penyinaran 2 menit juga memberikan rerata penetasan yang tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya. Penyinaran 4 menit memberikan rerata paling rendah dan tidak berbeda nyata dengan penyinaran 6
menit dan 8 menit.
PEMBAHASAN
Pengaruh Macam Strain terhadap Persentase Penetasan Telur
 H0 diterima bahwa tidak ada pengaruh macam strain terhadap persentase penetasan
telur.
 telur Drosophila melanogaster strain N memiliki kemampuan menetas yang lebih
rendah dibanding telur Drosophila melanogaster strain vg.
Kenapa hipotesis peneliti tidak diterima bahwa ada pengaruh macam strain
terhadap persentase penetasan telur ?
Faktor :
 telur mempunyai viabilitas cukup tinggi terhadap radiasi sinar ultraviolet sehingga
menghasilkan mutan yang dapat melakukan perbaikan DNA dengan cepat.
 sensitivitas telur terhadap radiasi dan viabilitas telur Drosophila melanogaster
berkaitan dengan perubahan materi genetik yang menyebabkan mutasi akibat radiasi
UV.
 Mekanisme perbaikan > telur memiliki kemampuan untuk melakukan mekanisme
perbaikan fotoreaktivasi, perbaikan excision repair pada sel telur (Gardner, 1991).
Pengaruh Lama Penyinaran Ultraviolet terhadap Persentase Penetasan Telur Drosophila
melanogaster.
 H1 diterima yang menyatakan bahwa ada pengaruh lama radiasi ultraviolet terhadap
persentasi penetasan telur Drosophila melanogaster hasil persilangan ♂ N >< ♀ N dan
♂ vg >< ♀ vg.
 Hipotesis sementara menyatakan bahwa semakin lama penyinaran UV pada telur maka
jumlah telur yang menetas semakin sedikit.
Kenapa hipotesis peneliti diterima bahwa ada pengaruh lama radiasi ultraviolet
terhadap persentasi penetasan telur Drosophila melanogaster?
Terdapat beberapa kemungkinan :
 Sinar UV > memiliki reaktivitas yang tinggi dari atom-atom molekul DNA yang
merupakan dasar dari mutagenik (Gardner, 1991).
 Sinar UV > menurut Barron (1992) menyatakan bahwa sinar UV dapat menembus
lapisan telur larva Drosophila melanogaster sehingga dapat menyebabkan mutasi.
 (Hamid, 2009) radiasi sinar UV membentuk pirimidin dimer khususnya, timin dimer
yang dapat menganggu terjadinya replikasi DNA.
 (M. Bownes dan K. Sander, 1976) Sinar UV juga menyebabkan ketidaknormalan pada
telur.
 (Crawder, 1991) menyatakan bahwa embrio lebih sensitif terhadap perubahan kondisi
lingkungannya, sel aktif tumbuh dan membelah terhadap radiasi.
Interaksi Macam Strain dan Lama Penyinaran UV terhadap Persentase
Penetasan Telur
 H1 ditolak, macam strain dan lama penyinaran ultraviolet pada telur
Drosophila melanogaster strain N dan vg tidak berpengaruh terhadap
persentase penetasan telur.
Kenapa hipotesis peneliti tidak diterima bahwa ada interaksi macam
strain terhadap persentase penetasan telur ?
Faktor :
 menurunnya persentase penetasan telur Drosophila melanogaster strain N
dan vg serta lebih rendahnya persentase penetasan telur Drosophila
melanogaster strain N dibandingkan Drosophila melanogaster strain vg.
 Pada penelitian (Sri Wahyuni, 2013) menyatakan bahwa Drosophila
melanogaster strain vestigial (vg) memiliki viabilitas lebih rendah daripada
Drosophila melanogaster strain normal (N).
 Mekanisme perbaikan > telur memiliki kemampuan untuk melakukan
mekanisme perbaikan fotoreaktivasi, perbaikan excision repair pada sel
telur.
PENUTUP
Kesimpulan
 Macam strain tidak berpengaruh terhadap persentase penetasan telur Drosophila
melanogaster disebabkan karena setiap strain N dan strain vg memiliki viabilitas telur yang
berbeda.
 Lama penyinaran ultraviolet berpengaruh terhadap persentase penetasan telur Drosophila
melanogaster dengan nilai BNT terbesar pada lama penyinaran 0 menit (kontrol) dan tidak
berbeda nyata dengan lama penyinaran 2 menit dan 6 menit.
 Interaksi macam strain dan lama penyinaran ultraviolet tidak berpengaruh terhadap
persentase penetasan telur Drosophila melanogaster disebabkan macam strain dan lama
penyinaran sinar ultraviolet menurunkan persentase penetasan telur dan terdapat perbedaan
yang signifikan pada jumlah telur yang menetas pada setiap lamanya penyinaran.
Saran
 Penelitian harus dilakukan dengan teliti dan dilakukan kontrol yang baik terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
 Proses sterilisasi alat dan bahan dengan baik diperlukan untuk menghindari kendala jamur
(kapang).

Вам также может понравиться