Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Dr. NURDIN, S.Sos, MSI
Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
Kementerian Dalam Negeri
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
TUJUAN
OTDA
• MENINGKATKAN KUALITAS DAN
MEMPERCEPAT DEMOKRATISASI DI DAERAH
POLITIK • MENINGKATKAN PERAN-SERTA DAN
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
KEPEMERINTAHAN
a. PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN
(UU 23 TAHUN 2014)
Urusan yang mempunyai dampak ekologis yang serius hanya diotonomikan sampai
ke daerah provinsi (kehutanan, kelautan dan pertambangan) sehingga relatif
mudah dikendalikan.
Dibagi berdasarkan
URUSAN prinsip Eksternalitas,
ABSOLUT KONKUREN Akuntabilitas dan
PEM. UMUM
Efisiensi
SPM
Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran
Organisasi (right sizing)
H a s i l Ya n g I n g i n D i c a p a i
Sumber daya SDM apatur yang berintegritas, netral , kompeten,
Area Perubahan
manusia aparatur capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera
Peraturan
Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih
Perundang-
dan kondusif
undangan
Budaya Kerja
Aparatur (culture Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi
set dan mind set)
7
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2 DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
KRITERIA SISTEM MERIT
(Pasal 134 PP 11 Tahun 2017)
1. seluruh Jabatan sudah memiliki standar kompetensi Jabatan;
2. perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan beban kerja;
3. pelaksanaan seleksi dan promosi dilakukan secara terbuka;
4. memiliki manajemen karir yang terdiri dari perencanaan, pengembangan, pola karir, dan kelompok
rencana suksesi yang diperoleh dari manajemen talenta;
5. memberikan penghargaan dan mengenakan sanksi berdasarkan pada penilaian kinerja yang objektif dan
transparan;
6. menerapkan kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;
7. merencanakan dan memberikan kesempatan pengembangan kompetensi sesuai hasil penilaian kinerja;
8. memberikan perlindungan kepada Pegawai ASN dari tindakan penyalahgunaan wewenang; dan
9. memiliki sistem informasi berbasis kompetensi yang terintegrasi dan dapat diakses oleh seluruh Pegawai
ASN.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pasal 70:
① Dalam kampanye, pasangan calon dilarang melibatkan:
a. pejabat badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah;
b. aparatur sipil Negara, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan anggota Tentara Nasional
Indonesia; dan
c. Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah dan perangkat Desa atau sebutan lain/perangkat Kelurahan.
② Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota, pejabat negara
lainnya, serta pejabat daerah dapat ikut dalam kampanye dengan mengajukan izin kampanye
③ Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota, yang mencalonkan
kembali pada daerah yang sama, selama masa kampanye harus memenuhi ketentuan:
a. menjalani cuti di luar tanggungan negara; dan
b. dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya.
④ Cuti bagi Gubernur dan Wakil Gubernur diberikan oleh Mendagri atas nama Presiden, dan bagi Bupati dan
Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota diberikan oleh Gubernur atas nama Menteri.
Pasal 71
①Pejabat negara, pejabat daerah, pejabat aparatur sipil negara, anggota TNI/POLRI, dan Kepala Desa
atau sebutan lain/Lurah dilarang membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon.
②Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, dan Walikota atau Wakil Walikota dilarang
melakukan penggantian pejabat 6 (enam) bulan sebelum tanggal penetapan pasangan calon sampai
dengan akhir masa jabatan kecuali mendapat persetujuan tertulis dari Menteri.
③Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, dan Walikota atau Wakil Walikota dilarang
menggunakan kewenangan, program, dan kegiatan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon baik di daerah sendiri maupun di daerah lain dalam waktu 6 (enam) bulan sebelum
tanggal penetapan pasangan calon sampai dengan penetapan pasangan calon terpilih.
④Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) berlaku juga untuk penjabat
Gubernur atau Penjabat Bupati/Walikota.
⑤Dalam hal Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, dan Walikota atau Wakil
Walikota selaku petahana melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
petahana tersebut dikenai sanksi pembatalan sebagai calon oleh KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota.
⑥Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) yang bukan petahana diatur
Isue Stategis Dalam UU Pemilu:
Mewujudkan Netralitas Birokrasi
Pasal 162
①Gubernur dan Wakil Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 161 ayat (1)
memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk 1 (satu) kali
masa jabatan.
②Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 161 ayat (3) memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikan dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama
hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
③Gubernur, Bupati, atau Walikota yang akan melakukan penggantian pejabat di
lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota, dalam jangka waktu 6
(enam) bulan terhitung sejak tanggal pelantikan harus mendapatkan persetujuan tertulis
dari Menteri.”
Isue Stategis UU 23 / 2014:
Membangun Sisnergitas Penyelenggaraan Pemda
1. Melalui Undang-Undang ini dilakukan pengaturan yang bersifat afirmatif yang dimulai dari
pemetaan Urusan Pemerintahan yang akan menjadi prioritas Daerah dalam pelaksanaan otonomi
yang seluas-luasnya.
2. Melalui pemetaan akan tercipta sinergi kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang
Urusan Pemerintahannya di desentralisasaikan ke Daerah.
3. Sinergi Urusan Pemerintahan akan melahirkan sinergi kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah karena akan tahu siapa pemangku kepentingan (stakeholder)nya di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota secara nasional.
4. Sinergi Urusan Pemerintahan dan kelembagaan akan menciptakan sinergi dalam perencanaan
pembangunan antara kementerian/LPNK dengan Daerah untuk mencapai target nasional.
5. Manfaat lanjutannya adalah akan tercipta penyaluran bantuan yang terarah dari
kementerian/LPNK terhadap Daerah-Daerah yang menjadi stakeholder utamanya untuk akselerasi
realisasi target nasional tersebut.
6. Sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah akan sulit tercapai tanpa adanya dukungan personel yang
memadai baik dalam jumlah maupun standar kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
① Pemberian persetujuan tertulis Menteri Dalam Negeri kepada Kepala Daerah yang mengajukan izin
penggantian pejabat di lingkungan pemerintah daerah dilaksanakan dalam rangka menjamin efektivitas
pemerintahan daerah dan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat dalam masa transisi
kepemimpinan pemerintahan daerah.
② Persetujuan diberikan meliputi:
a. izin melaksanakan seleksi terbuka pejabat pimpinan tinggi yang menduduki jabatan Sekretaris Daerah
Provinsi dan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.
b. izin melaksanakan pelantikan pejabat pimpinan tinggi yang menduduki jabatan Sekretaris Daerah
Provinsi dan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.
c. izin melaksanakan Penggantian dan Pelantikan JPT yang lowong melalui mutasi dari satu JPT ke JPT
yang lain;
d. izin melaksanakan Penggantian dan Pelantikan JPT melalui mutasi dari satu JPT ke JPT yang lain;
e. izin melaksanakan Penggantian Pejabat Administrator;
f. izin melaksanakan Penggantian Pejabat Pengawas;
g. izin melaksanakan Penggantian Pejabat Fungsional yang diberi tugas tambahan sebagai Direktur
Rumah Sakit, Kepala Puskesmas dan Kepala Sekolah;
KRITERIA PERSETUJUAN MENTERI
① Usulan disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Selaku Wakil
Pemerintah Pusat;
② Persetujuan diberikan dengan ketentuan:
a. Tidak boleh mengakibatkan seorang pejabat struktural/fungsional kehilangan jabatannya (non job)
kecuali terkena kasus tindak pidana dan/atau dikenai sanksi disiplin berat;
b. Tidak boleh melakukan penurunan eselon (demosi);
c. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara dan PP 11 Tahun
2017.
d. Usul mutasi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (eselonII.b) agar dilakukan job fit untuk menguji
kesesuaian kompetensi pejabat yang bersangkutan dengan jabatan yang akan diduduki;
e. untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama yang kosong agar dilakukan melalui seleksi terbuka.
③ Apabila ternyata pelaksanaan mutasi tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka
persetujuan Menteri Dalam Negeri akan dibatalkan dan segala kebijakan Kepala Daerah terkait
persetujuan Menteri Dalam Negeri tersebut tidak sah.
KRITERIA PERSETUJUAN MENTERI UNTUK
J P T S E K R E TA R I S D A E R A H