Вы находитесь на странице: 1из 45

KOMUNIKASI EFEKTIF

DALAM PROMOSI KESEHATAN

Drs.H.B.Anwar Siregar,SKM,MM
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
1. PENGERTIAN
a. Istilah:
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin:
Communicare yang berarti menjadikan milik
bersama/berpartisipasi/memberitahukan.
b. Definisi:
1). Hovland: Suatu proses dimana individu
(komunikator) mengoperkan rangsangan
(stimulus) dalam bentuk lambang (simbol),
bahasa atau gerak untuk mengubah perilaku
individu-individu yang lain (komunikan).
2). Williams: Setiap aktivitas saling memberikan
informasi.
3). Rivers, Peterson, Jensen: Communication is
a central fact of human existence and social
process.
c. Kesimpulan:
Communication is a process by which messages
are transferred from a source to receiver.
2. TUJUAN KOMUNIKASI
Terjadinya efek yaitu perubahan perilaku pada
komunikan:
a. Perubahan Knowledge/Kognitif/Pengetahu-
an/Periakal.
b. Perubahan Attitude/Afektif/Sikap/Perirasa.
c. Perubahan Practice/Action/Psikomotor/
Tindakan/Peritindak.
3. PERANAN KOMUNIKASI
a. Menjembatani jurang perilaku antara petugas
kesehatan dengan masyarakat.

b. Menjembatani jurang perilaku pada lintas program


dan lintas sektor.

c. Menyamakan persepsi terhadap program/pelayanan


kesehatan: Real Needs menjadi Felt Needs.
4. BENTUK KOMUNIKASI
a. Komunikasi sebagai proses:
1). Komunikasi Primer: Komunikasi tanpa menggu-
nakan alat/media.
2). Komunikasi Sekunder: Komunikasi dengan meng-
gunakan media (cetak & elektronik).
b. Langsung/Tidak Langsung:
1). Komunikasi Langsung (Direct Communication/
Face to Face Communication).
2). Komunikasi Tidak Langsung (Mass Media Com-
munication).
c. Arah Komunikasi:
1). Komunikasi Satu Arah (One Way Communication).
2). Komunikasi Dua Arah (Two Way Communication/
Komunikasi Sambung Rasa).
d. Komunikasi Sosial:
- Komunikasi Langsung/Lisan.
- Mempunyai pengaruh atas kehidupan suatu kelom-
pok sosial berdasarkan norma, tradisi dan sistem
komunikasi setempat.
5. Komponen Komunikasi
a. Komunikator/Sumber
b. Pesan/Berita/Informasi
c. Media/Alat
d. Channel/Saluran
e. Komunikan/Sasaran/Receiver

* Proses penting dalam komunikasi:


- Encoding : perumusan pesan oleh komunikator
- Decoding : penafsiran pesan oleh komunikan
- Feedback : umpan balik terhadap pesan
6. PERSYARATAN KOMUNIKASI (BERLO)
Komunikator dan Komunikan harus memiliki:

a. Kemampuan berkomunikasi

b. Sikap terhadap pesan

c. Pengetahuan tentang pesan

d. Pemahaman tentang psiko-sosio-budaya setempat


7. STRATEGI KOMUNIKASI
a. Umum
1). Persuasif (Persuasion Strategy):
- Dengan daya tarik positif: insentif & imbalan
- Dengan daya tarik negatif: ancaman / fear
arousal technique
2). Kompulsif (Compulsion Strategy): menciptakan
suasana tertentu agar individu mengubah perila-
kunya
3). Pervasif (Pervasion Strategy): pengulangan pesan
4). Koersif (Coersion Strategy): instruksi/ancaman
b. Global Strategy –WHO(1984):
1). Advokasi (Advocacy):
- Sasaran : Decision & Policy Maker
- Kegiatan: Lobbying, pembicaraan formal & non-
formal, seminar, dll
- Output : Peraturan, instruksi, surat edaran positif
tentang kesehatan
2). Dukungan Sosial (Social Support/Bina Suasana):
- Sasaran : Formal & Informal Leader
- Kegiatan : Pelatihan, lokakarya, penyuluhan
- Output : Dukungan tokoh masyarakat (toma&toga)
3). Pemberdayaan Masyarakat (Community Empower-
ment):
- Sasaran : Masyarakat umum
- Kegiatan : Pengorganisasian & Pengembangan
Masyarakat, penyuluhan
- Output : Masyarakat mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya
8. PENDIDIKAN KESEHATAN/PENYULUHAN KESEHATAN/
PROMOSI KESEHATAN

Pada awalnya program yang bertujuan untuk terjadinya


perubahan perilaku individu atau masyrakat, disebut Pen-
didikan Kesehatan atau dalam kegiatan operasionalnya
disebut juga Penyuluhan Kesehatan. Setelah berjalan ber-
tahun-tahun lamanya, hasil-hasil penelitian menunjukkan
bahwa meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi tindakan (practice)
untuk hidup sehat masih rendah.
Pengkajian oleh WHO, terutama di negara-negara ber-
kembang menunjukkan bahwa enabling factors atau
ketersediaan dan keterjangkauan sarana tidak mendu-
kung, sehingga masyarakat tidak mampu membangun
atau mengakses jamban keluarga, air bersih, menu se-
imbang, fasilitas imunisasi, pelayanan kesehatan dsb.
Maka WHO pada awal 1980 an menyimpulkan bahwa
apabila hanya memfokuskan upaya-upayanya pada pe-
rubahan perubahan perilaku saja, pendidikan keseha-
hatan tidak akan mampu mencapai tujuannya. Dianjurkan
agar pendidikan kesehatan mencakup pula upaya peruba-
han lingkungan (fisik, sosbud, ekonomi, dsb), sebagai
upaya pendukung bagi perubahan perilaku tersebut.
Sebagai perwujudan perubahan konsep pendidikan kesehatan ini,
maka pada tahun 1984, WHO memperke nalkan istilah Health
Promotion atau Promosi Kesehatan
yang tidak hanya merupakan upaya penyadaran masyara-
kat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan msyara-
kat tentang kesehatan, tetapi juga disretai upaya memfa-
silitasi perubahan perilaku.
a. Definisi Promosi Kesehatan:
1). WHO/Ottawa Charter (1986):
Health promotion is the process of enabling people
to increase control over and improve their health.
To reach a state of complete physical, mental and social
wellbeing, an individual or group must be able to identify
and realize aspirations to satisfy needs and to change or cope
with the environment.
2). Australian Health Foundation:
Health program is programs are design to bring about
change within people, organization, communities and
their environment,
b. Dwi Fungsi Petugas Kesehatan
Petugas
Kesehatan

Fungsi
Fungsi Edukasi
Medis/Tehnis

Masalah
Kesehatan

Faktor perilaku
Faktor Biologis

Masalah Kesehatan
Ditanggulangi Secara
Komprehensif
Dwi Fungsi Petugas Kesehatan
Masalah kesehatan timbul disebabkan 2 faktor utama:
1. Faktor Biologis: adanya zasad renik yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia
seperti Micobacterium tuberculosis, Escherchia coli, virus Denghue dll.
2. Faktor Perilaku: perilaku manusia yang bersifat negatif, sehingga zasad-zsad renik
dapat menimbulkan penyakit.

Dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan/penyakit tsb, maka petugas harus


melakukan intervensi melalui 2 fungsinya, yaitu:
1. Fungsi Medis/Tehnis: melakukan tindakan pengobatan, asuhan keperawatan,
pestisida/vogging dll, untuk menyembuhkan penyakit/pemusnahan vektor.
2. Fungsi Edukatif: pendidikan kesehatan kepada pasien/masyarakat agar me-
reka berperilaku positif, sehingga terhindar dari penyakit.

Penanggulangan masalah kesehatan dengan mengintervensi faktor biologis dan faktor


perilaku secara seimbang, merupakan penanggulangan masalah kesehatan secara kom-
prehensif yang akan memberikan hasil optimal.
c. Teori Joe Wray
Tingkat Keberhasilan
Program penanggulangan
Cacar/Diare

Program Penanggulangan cacar

Program Penanggulangan Diare

Intensitas perilaku negatif masyarakat dalam masalah Cacar/Diare


Teori Joe Wray
Menurut Joe Wray terdapat hubungan yang berbanding terbalik
antara perilaku masyarakat yang bersifat negatif dalam suatu
masalah kesehatan dengan tingkat keberhasilan program
penanggulangan masalah kesehatan tersebut, contohnya:
1. Program Penanggulangan Cacar:
Karena intensitas perilaku negatif masyarakat dalam masalah
Cacar adalah kecil, maka tingkat keberhasilan program
penanggulangan Cacar, adalah tinggi.
2. Program Penanggulangan Diare:
Karena intensitas perilaku negatif masyarakat dalam masalah
Diare adalah besar, maka tingkat keberhasilan program
penanggulangan Diare adalah rendah.
9. METODE PENDIDIKAN KESEHATAN
A. INDIVIDUAL
1. Guidance and Counceling:
Pembicaraan secara intensif antara petugas dengan klien, sehingga
masalah-masalah yang dihadapi klien dapat digali dan dibantu pe-
nyelesaiannya. Diharapkan klien atas kesadarannya sendiri akhir-
nya bersedia mengubah perilakunya.

2. Interview (Wawancara):
Merupakan bagian dari Guidance and Counceling. Wawancara de-
ngan klien akan mengungkapkan mengapa klien belum mau atau
tidak tertarik untuk menerima perubahan. Klien kemudian diberi-
kan pengertian dan kesadaran agar mau menerima perubahan.
B. KELOMPOK KECIL
1. Small Group Discussion:
Kelompok dengan anggota < 15 orang, melakukan
diskusi yang dipimpin seorang ketua dengan posisi
duduk saling berhadapan: melingkar atau segi em-
pat. Ketua mengarahkan dan mengatur supaya se-
mua orang mendapat kesempatan bicara, sehingga
terjadi diskusi yang hidup.
2. Brainstorming (Curah Pendapat):
Prinsipnya sama dengan Small Group Discussion.
Bedanya pada awal diskusi, ketua sudah melontarkan
suatu masalah dan semua peserta diminta jawaban atau
tanggapannya. Jawaban dan tanggapan setiap peserta
tanpa dikomentari, ditampung dan ditulis di papan tulis
atau flipchart. Setelah semua peserta memberikan pen-
dapatnya, barulah kemudian boleh dikomentari oleh
setiap anggota, sehingga akhirnya terjadi diskusi.
3. Buzz Group:
Kelompok dibagi lagi menjadi kelompok-kelom-
pok lebih kecil dengan diberikan suatu permasa-
lahan yang sama atau berbeda. Hasil diskusi dari
kelompok-kelompok kecil kemudian didiskusikan
kembali dalam kelompok semula dan dicari atau
disepakati kesimpulannya.
4. Snow Balling (Bola Salju):
Kelompok dibagi menjadi pasangan-pasangan, ke-
mudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masa-
lah. Setelah lebih-kurang 5 menit, setiap 2 pasang
bergabung dan mendiskusikan kembali masalah
tersebut dan menyepakati kesimpulannya. Kemu-
dian gabungan 2 pasang ini bergabung lagi dengan
gabungan 2 pasang lainnya dan demikian seterus-
nya, sehingga akhirnya terjadi diskusi seluruh ang-
gota kelompok.
5. Role Play (Bermain Peran):
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pe-
megang peran tertentu misalnya sebagai dokter,
perawat atau sanitarian, sedangkan anggota yang
lain berperan sebagai pasien atau anggota masya-
rakat. Mereka kemudian memperagakan perannya
masing-masing dan akhirnya anggota-anggota
yang lain memberikan komentar.
6. Simulation Games (Permainan Simulasi):
Merupakan gabungan metode Role Play dan Dis-
kusi Kelompok. Beberapa orang menjadi pemain
dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.

C. KELOMPOK BESAR
1. Ceramah:
Presentasi seorang pembicara di depan sekelom-
pok pengunjung atau pendengar yang berjumlah
> 15 orang.
Agar pelaksanaan ceramah dapat berjalan dengan
baik, penceramah perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
* Persiapan :- Kuasai materi yang disampaikan
- Siapkan AVA yang akan digunakan
* Pelaksanaan:- Penampilan harus meyakinkan
- Pandangan tertuju kepada seluruh
peserta
- Selama penyajian sebaiknya tetap berdiri
- Manfaatkan AVA semaksimal mungkin
- Manfaatkan waktu dengan baik
2. Seminar:
Presentasi dari seorang atau beberapa orang ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting atau
sedang hangat dibicarakan di masyarakat.
D. MASSA
1. Public Speaking (Ceramah Umum):
Pidato pada acara-acara tertentu, misalnya pada HKN
(12 Nopember)&HKS (7 April), Menkes / pejabat lainnya
berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampai-
kan pesan-pesan tentang kesehatan.
2. Pidato Melalui Media Elektronik:
Merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa
melalui pidato tentang kesehatan di radio atau TV.
3. Dialog Melalui Media Elektronik:
Pendidikan kesehatan massa dengan memperaga-
kan simulasi dialog, misalnya antara dokter dengan

pasien atau petugas kesehatan lainnya dengan ang-


gota masyarakat tentang suatu penyakit atau masa-
lah kesehatan yang ditayangkan di TV atau radio.
4. Sinetron / Film:
Informasi disampaikan kepada sasaran massa me-
lalui sinetron atau film. Menarik bagi masyarakat
karena unsur hiburannya dan pesan-pesan juga
mudah difahami atau diingat.
5. Tulisan di Majalah & Koran:
Tulisan dalam bentuk artikel atau tanya-jawab &
konsultasi tentang masalah kesehatan atau penya-
kit, dapat menjangkau pembaca dalam jumlah
besar.
10. KETERAMPILAN YANG HARUS DIMILIKI
PETUGAS DALAM KOMUNIKASI
a. Listening (Mendengarkan)

b. Parroting (Mengulang)

c. Paraphrasing (Menyimpulkan)
11. HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARA PETUGAS
KESEHATAN DENGAN PASIEN/MASYARAKAT
a. Penggunaan simbol/istilah yang diartikan berbeda
atau tidak dimengerti sama sekali.
b. Pseudo-Communication: komunikasi berlangsung,
tetapi pasien/masyarakat tidak sepenuhnya mengerti/
persepsi yang berbeda tentang apa yang dibicarakan.
c. Komunikasi non-verbal (mimik muka, nada suara, ge-
rakan tubuh), mempengaruhi pemahaman pesan.
12. SYARAT-SYARAT KOMUNIKASI KESEHATAN EFEKTIF
(US DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES-2001)

1. Accuracy: The content is valid and free from errors of fact, interpretation
or judgement.
2. Availability: The content is delivered or placed where the audience can access
it.
3. Balance: Where appropriate, the content presents the benefits and risks of
potential actions or recognizes different and valid perspectives on the issue.
4. Consistency: The content remains internally consistent over time and is
consistent with information from other sources.
5. Cultural Competence: The design, implementation and evaluation processes
take into account special issues for select population groups as well as their
educational levels.
6. Evidence Based: Relevant scientific evidence that has undergone comprehen-
sive review and rigorous analysis to formulate practice guidelines, performance
measures, review criteria, and technology assessments is included.
7. Reach: The content gets to or is evailable to the largest possible
number or people in the target population.
8. Reliability: The source of the content is credible and the content
itself is kept up to date.
9. Repetition: The delivery of/access to the content is cotinued or
repeated over time, both to reinforce the impact with a given
audience and to reach new generations.
10. Timeliness: The content is provided or is available when the
audience is most receptive to, or most in need of, the specific
information.
11. Understandability: The reading or language level and format
are appropriate for the target audience.
13. PERENCANAAN PENYULUHAN KESEHATAN
a. Topik/pesan yang akan disampaikan
b. Tujuan yang ingin dicapai
c. Sasaran/target group
d. Latar belakang sosio-budaya dari sasaran
e. Isi pesan secara singkat
f. Saluran komunikasi yang akan dimanfaatkan
g. Strategi komunikasi
h. Metode pendidikan kesehatan yang diterapkan
i. Alat peraga (AVA) yang digunakan
13. ALAT PERAGA (AUDIO VISUAL AIDS)
Alat peraga (AVA) merupakan alat bantu dalam proses
penyuluhan/belajar-mengajar:
a. Faedah alat peraga(AVA):
1). Menumbuhkan minat kelompok sasaran
2). Sasaran akan mengerti lebih baik
3). Membina sikap baru
4). Mengatasi hambatan bahasa
5). Mencapai sasaran lebih banyak
b. Jenis-jenis alat peraga:
1). Alat peraga canggih: film, film strip, slide, internet, dll.
2). Alat peraga sederhana: poster, leaflet, booklet, flash card,
flip chart, dll.
c. Beberapa alat peraga sederhana:
1). Poster:
- Tata letak menarik, seperti besarnya huruf, gambar,
warna yang menyolok.
- Dapat dibaca orang lewat (eye catcher).
- Dapat dibaca dari jarak 6 meter
- Kata-kata singkat saja.
- Menggugah emosi
- Ukuran: 50 x 70 cm
2). Flip Chart:
- Sekumpulan chart yang disusun berurutan sesuai
dengan isi dan gambar.
- Ukuran chart: sama dengan poster (50 x 70 cm).
- Penyajian sesuai dengan urutan isi dan gambar.
3). Booklet:
- Sejenis buku saku yang menguraikan suatu masalah
atau program secara sederhana tetapi lebih rinci.
- Keuntungan: dapat disimpan lama, jangkauan luas,
dapat berfungsi sebagai reference & bahan diskusi.
4). Leaflet:
- Tulisan tentang masalah tertentu.
- Terdiri dari 200 – 400 kata.
- Ukuran: 20 x 30 cm.
5). Flash Card:
- Kumpulan kertas bergambar ukuran 25 x 30 cm.
- Mengenai suatu masalah / program tertentu.
- Lembar depan memuat gambar, lembar belakang
memuat tulisan yang menjelaskan gambar.
- Cocok untuk suatu kelompok kecil.

d. Pengaruh dari masing-masing alat peraga:


Tidak ada alat peraga yang sempurna, masing-masing mempunyai
keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri.
KERUCUT EDGAR DALE
INTENSITAS PENGARUH ALAT PERAGA TERHADAP
PERUBAHAN PERILAKU
Menurut Edgar Dale: Verbal Symbols/Kata-Kata Verbal
(No.1), mempunyai pengaruh paling kecil terhadap pe-
rubahan perilaku, sedangkan Direct Purposeful Experi-
ences/Pengalaman Langsung Bertujuan seperti Benda-
Benda Asli /Manual (No.11) mempunyai pengaruh
paling besar.
Rencana Penyuluhan
1. Topik : ………………………………………………………………………………………………………………………………………..
2. Tujuan
a. Umum : ………………………………………………………………………………………………………………………………………..
b. Khusus : ………………………………………………………………………………………………………………………………………..
3. Sasaran : ………………………………………………………………………………………………………………………………………..
4. Latar belakang sasaran:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5. Isi pesan singkat:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
.……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
6. Saluran komunikasi: …………………………………………………………………………………………………………………………….
7. Strategi : ……………………………………………………………………………………………………………………………
8. Metode : ……………………………………………………………………………………………………………………………
9. Alat peraga (AVA) : …………………………………………………………………………………………………………………………….

…………………… ..,…………………………

(………………………………………………..)
CHINESE APHORISM

IF I HEAR I FORGET

IF I SEE I REMEMBER

IF I DO I KNOW
DAFTAR PUSTAKA
Dale, Edgar, Audio-Visual Methods in Teaching, The Dryden
Press, New York, 1956.
Depkes RI, Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Sederhana,
Jakarta, 1982.
Notoatmodjo, Soekidjo (Penyunting), Promosi Kesehatan, Teori
dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2005.
…………………….., Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Rineka Cipta,
Jakarta, 2007.
Thomas, Richard K., Health Communication, Springer Science &
Business Media, Inc., New York, 2006.
WHO, Expert Committee on Health Education of the Public,
Technical Report Series No.89, Geneva, 1954.

Вам также может понравиться