Rizky Chairina Pandiangan (1311211062) Gender • Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Analisis Gender • Analisis gender merupakan suatu metode atau alat untuk mendeteksi kesenjangan atau disparitas gender melalui penyediaan data dan fakta serta informasi tentang gender yaitu data yang terpilah antara laki- laki dan perempuan dalam aspek akses, peran, kontrol dan manfaat. • Dengan demikian analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. • Tujuan dari analisis gender ini adalah untuk menyusun kebijakan program dan kegiatan pembangunan dengan memperhitungkan situasi dan kondisikan kebutuhan kebutuhan gender atau dikatakan sebagai perencanaan pembangunan yang berwawasan gender atau yg peka gender.
• Syarat utama terlaksananya analisis gender adalah
tersedianya data terpilah berdasarkan jenis kelamin Manfaat: • Membuka wawasan dalam memahami suatu kesenjangan gender di daerah pada berbagai bidang, dengan menggunakan analisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif. • Melalui analisis gender yang tepat, diharapkan dapat memberikan gambaran secara garis besar atau bahkan secara detil keadaan secara obyektif dan sesuai dengan kebenaran yang ada serta dapat dimengerti secara universal oleh berbagai pihak. • Analisis gender dapat menemukan akar permasalahan yang melatarbelakangi masalah kesenjangan gender dan sekaligus dapat menemukan solusi yang tepat sasaran sesuai dengan tingkat permasalahannya. • Istilah-istilah yang digunakan dalam Analisis Gender meliputi: ▫ Akses adalah peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan sumberdaya tertentu. ▫ Peran adalah keikutsertaan atau partisipasi seseorang/ kelompok dalam suatu kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan. ▫ Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil keputusan. ▫ Manfaat adalah kegunaan sumberdaya yang dapat dinikmati secara optimal. ▫ Indikator adalah alat ukur berupa statistik yang dapat menunjukkan perbandingan, kecenderungan atau perkembangan. ▫ Kegiatan produktif yaitu kegiatan yang dilakukan anggota masyarakat dalam rangka mencari nafkah. ▫ Kegiatan reproduktif yaitu kegiatan yang berhubungan erat dengan pemeliharaan dan pengembangan serta menjamin kelangsungan sumberdaya manusia dan biasanya dilakukan dalam keluarga. ▫ Kegiatan kemasyarakatan yang berkaitan dengan politik dan sosial budaya yaitu kegiatan yang dilakukan anggota masyarakat yang berhubungan dengan bidang politik, sosial dan kemasyarakatan dan mencakup penyediaan dan pemeliharaan sumberdaya. • Analisis gender bidang kesehatan adalah proses mengidentifikasi, menganalisis, dan memberikan informasi untuk melakukan tindakan dalam rangka memperbaiki ketidakseimbangan yang timbul dari perbedaan peran gender perempuan dan laki-laki atau ketidaksetaraan kekuasaan diantara keduanya, serta konsekuensinya terhadap kehidupan mereka, status kesehatan dan kesejahteraannya. Kerangka Analisis Gender • Kerangka analisis merupakan alat untuk evaluasi awal atas suatu situasi atau program & alat untuk mengkaji kebutuhan gender pada setiap tahap suatu siklus program. • Kerangka analisis gender merupakan upaya untuk menerjemahkan ide-ide dari analisis gender yang “akademis” serta “konseptual” ke dalam kerja-kerja dan panduan dan biasanya untuk para praktisi LSM, pekerja-pekerja pembangunan dan program. • Kerangka-kerangka ini digunakan untuk memperkenalkan secara singkat konsep gender bagi mereka yang ‘awam’ dengan issu perempuan/gender dalam pembangunan, dengan menekankan bahwa gender adalah isu pembangunan dan bahwa pembangunan tidak bebas nilai sehingga potensial menindas gender tertentu. Model Analisis Gender • Model Hardvard • Model Moser • Model SWOT • Model GAP Model Harvard • Harvard Institute for International Development, bekerjasama dengan kantor Women in Development (WID) USAID. • Didasarkan pada pendekatan efisien WID yang merupakan kerangka analisis gender dan peranan gender yang paling awal. • Sesuai digunakan untuk perencanaan proyek,menyimpulkan data basis atau data dasar. Tujuan kerangka Harvard • Menunjukan bahwa ada suatu investasi secara ekonomi yang dilakukan oleh perempuan dan laki- laki secara rasional. • Membantu para perencana merancang proyek yang lebih efisien dan memperbaiki produktifitas kerja secara menyeluruh. • Meraih informasi yang lebih terperinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan efisiensi dengan tingkat keadilan gender yang optimal. • Memetakan pekerjaan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan melihat faktor penyebab perbedaan tersebut. Fokus analisis Havard ▫ Akses • Apakah intervensi pembangunan memberi ruang atau membuka pintu bagi laki-laki dan perempuan untuk terlibat dan mendapatkan manfaat dari intervensi tersebut. ▫ Partisipasi • Apakah laki-laki dan perempuan terlibat secara nyata dalam proses intervensi tersebut. Bilamana tidak, apa kendala yang dihadapi? ▫ Kontrol • Apakah laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kekuatan/kekuasaan terhadap pengambilan keputusan terkait dengan intervensi tersebut ▫ Manfaat • Apakah intervensi itu benar-benar menguntungkan laki-laki dan perempuan? Keuntungan mana yang akan bertambah, atau mana yang akan menguntungkan untuk laki-laki dan mana yang akan menguntungkan untuk perempuan? • Alat Analisis Harvard ▫ Profil Kegiatan • Berguna untuk mengidentifikasi pekerjaan produktif dan reproduktif dengan pertanyaan kunci: siapa melakukan apa, kapan, dimana, dan berapa banyak alokasi waktu yang diperlukan. ▫ Aktifitas reproduksi ▫ Akses dan Kontrol – Sumber dan Manfaat. • Menunjukkan apakah perempuan atau laki-laki mempunyai akses atas sumber-sumber daya, siapa yang mengontrol pengunaannya, siapa yang mengontrol pemanfaatan atas sumber-sumber daya milik keluarga atau warga. ▫ Faktor-faktor Yang Memengaruhi. Kekuatan/keutamaan dari Kerangka Harvard: • Praktis dan mudah digunakan khususnya pada analisis mikro yakni level komunitas dan keluarga • Berguna untuk baseline informasi yang detail • Fokus pada hal-hal yang kasat mata, fakta objektif, fokus pada perbedaan gender dan bukan pada kesenjangan • Gampang dikomunikasikan pada pemula/awam Keterbatasan: • Tidak ada fokus pada dinamika relasi kuasa dan kesenjangan (inequality) • Tidak efektif untuk sumberdaya yang tidak kasat mata seperti jaringan sosial dan sosial kapital • Terlalu menyederhanakan relasi gender yang kompleks, kehilangan aspek negosiasi, tawar- menawar dan pembagian peran. Model Moser • Caroline Moser (Moser 1993) seorang peneliti senior dalam perencanaan gender. • didasarkan pada pendekatan Pembangunan dan Gender (Gender and Development/ GAD) yang dibangun pada pendekatan Perempuan dalam Pembangunan (Women in Development/ WID). • Tujuan kerangka pemikiran perencanaan gender Moser ▫ Mempengaruhi kemampuan perempuan untuk berpartisipasi dalam intervensi- intervensi yang telah direncanakan ▫ Membantu perencanaan untuk memahami bahwa kebutuhan-kebutuhan perempuan adalah seringkali berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan laki-laki ▫ Mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan melalui pemberian perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan praktis perempuan dan kebutuhan- kebutuhan gender strategis ▫ Memeriksa dinamika akses kepada dan kontrol pada penggunaan sumber-sumberdaya antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai konteks ekonomi dan budaya yang berbeda-beda ▫ Memadukan gender kepada semua kegiatan perencanaan dan prosedur dan ▫ Membantu pengklarifikasian batasan-batasan politik dan teknik dalam pelaksanaan praktek perencanaan. • Alat Analisis Moser Alat 1 : Identifikasi Peranan Gender (“Tiga-Peran”, • Alat 2 : Penilaian Kebutuhan Gender. Alat 3 : Pemisahan data/informasi berdasarkan jenis kelamin Alat 4 :Menyeimbangkan peran gender antara laki-laki dan perempuan dalam mengelola tugas-tugas produktif, reproduktif dan kemasyarakatan mereka. Alat 5 : Matriks Kebijakan WID (Women In Development) dan GAD (Gender And Development) yang akan memberikan masukan untuk pengarusutamaan gender. • Alat 6 : Pelibatan stakeholder y • Proses Analisis Model Moser
• Analisis Pola Pembagian Kerja melalui Curahan Kerja
(Profil Kegiatan) untuk laki-laki maupun perempuan baik peran produktif, reproduktif, maupun sosial kemasyarakatan di tingkat keluarga. • Analisis Profil Akses (peluang) dan Kontrol (kekuatan dalam pengambilan keputusan) • Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi profil kegiatan serta profil akses dan kontrol Kekuatan/Keutamaan Kerangka Moser: • Mampu melihat kesenjangan perempuan dan laki-laki • Penekanan pada seluruh aspek kerja di mana membuat peranan ganda perempuan terlihat • Menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik proyek-2 intervensi • Penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan dasar-praktis dengan kebutuhan strategis Keterbatasan/Kelemahan Kerangka Moser: • Fokus pada perempuan dan laki-laki dan tidak pada relasi sosial • Tidak menekanakan aspek lain dari kesenjangan spt akses atas sumber daya • Jika ditanyakan, perempuan akan mengidentifikasikan kebutuhan praktisnya. Menemukan ukuran-2 kebutuhan strategis sulit. Perubahan strategis adalah sebuah proses yang kompleks dan kontradiktif. Dalam prakteknya, sesuatu yang praktis dan strategis berkaitan erat. • Pendekatan kebijakan yang berbeda-2 bercampur dalam prakteknya • Kerja secara efektif lebih berfungsi sebagai alat analisis intervensi ketimbang perencanaan. MODEL SWOT • suatu analisis menejemen dengan cara mengidentifikasi secara internal mengenai kekuatan dan kelemahan dan secara ekternal mengenai peluang dan ancaman. • Aspek internal dan ekternal tersebut dipertimbangkan dalam kaitan dengan konsep strategis dalam rangka menyusun program aksi, langkah-langkah tindakan untuk mencapai sasaran maupun kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengurangi resiko dan dapat meningkatkan kefektifitas dan efesiensi pelaksanaan. • Langkah-Langkah Swot
• Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
• Mengidentifikasi peluang dan ancaman • Analisis keterhubungan kunci internal dan eksternal • Setelah dianalisis berdasarkan langkah di atas susunlah Rencana Aksi yang berisi kegiatan gender dengan cara: • Susun langkah/tindakan berdasarkan konsep yang bernilai strategis • Langkah/tindakan diurut dari awal sampai akhir Sediakan tujuan dan sasaran dalam setiap langkah dan tindakan Tetapkan penanggung jawab setiap langkah/tindakan Tetapkan waktu setiap langkah Tetapkan kegiatan tersebut dilaksanakan Tetapkan indikator penilaian Penjadwalan MODEL GAP • dikembangkan oleh BAPPENAS yang dapat digunakan untuk membantu para perencana dalam melakukan pengarusutamaan gender dalam perencanaan kebijakan, program, proyek dan atau kegiatan pembangunan. • Salah satu analisis gender yang perlu dilakukan pada tahapan awal proses perencanaan dan penganggaran responsif gender bagian kunci dari pengarasutamaan gender (PUG). • Prinsip utama perencanaan serta penganggaran responsip gender adalah adanya analisis gender terhadap setiap kebijakan dan pelaksanaan program dan kegiatan.
• GAP merupakan salah satu alat analisis yang dapat
digunakan untuk mereview kebijakan program dan kegiatan bidang kesehatan. GAP adalah alat analisis gender dengan pendekatan analisis pada siklus perencanaan. Analisis gender dilakukan secara sekuensial mulai dari tahap identifikasi tujuan, analisis situasi, penentuan rencana aksi, sampai monitoring dan evaluasi. • Kerangka analisis dalam GAP • Analisis kebijakan/program/kegiatan yang responsif gender • Menganalisis kebijakan pembangunan yang ada dengan menggunakan data pembuka wawasan secara terpilah mengidentifikasi kesenjangan gender dan permasalahan gender (gender gap & gender issues). Umumnya kebijakan, program, proyek & kegiatan yang ada masih netral gender • Penetapan rencana aksi kebijakan/program/kegiatan kedepan. • Pelaksanaan dan monitoring evaluasi. Langkah GAP • Langkah 1. Pilih kebijakan program/kegiatan yang telah ada, dan atau yang sedang disusun atau didesain yang akan dianalisis; • Langkah 2. Data pembuka wawasan; sajikan data pembuka wawasan yang terpilah menurut jenis kelamin secara kuantitatif • Langkah 3. Isu Gender, factor kesenjangan; • Langkah 4. Sebab Kesenjangan Internal • Langkah 5. Sebab Kesenjangan Eksternal. • Langkah 6. Kebijakan dan rencana ke depan. • Langkah 7. Kebijakan dan rencana ke depan. • Langkah 8. Pengukuran hasil. Data dasar (Baseline). • Langkah 9. Pengukuran hasil. Indikator gender. Contoh aplikasi model GAP dalam program KB Langkah-langkah pada tahap pertama : • Mengidentifikasi tujuan dan sasaran kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan keluarga berencana yang ada dari masing-masing unit sesuai tugas pokok dan fungsi. • Menyajikan data kuantitatif dan atau kualitatif yang terpilah menurut jenis kelamin sebagai data pembuka wawasan. • Menganalisis sumber dan atau faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender (gender gap • Mengidentifikasi masalah-masalah gender (gender issues) berdasarkan keempat faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender dengan menjawab 5 W dan 1 H. Langkah-langkah pada tahap kedua : • Merumuskan kembali Kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan keluarga berencana yang reponsif gender. • Mengidentifikasi indikator gender (gender indicator) dari setiap kebijakan/program/proyek/ kegiatan pembangunan sektor keluarga berencana dari langkah 5. Langkah-langkah pada tahap ketiga : • Menyusun Rencana Aksi; yang didasarkan pada kebijakan/program/ proyek/kegiatan pembangunan keluarga berencana yang responsif gender dengan tujuan untuk mengurangi/menghilangkan kesenjangan antara perempuan dan laki-laki. • Mengidentifikasi sasaran secara (kuantitatif dan atau kualitatif) bagi setiap rencana aksi butir ketujuh. Hasil identifikasi memastikan bahwa dengan rencana aksi tersebut mengurangi dan atau menghapus kesenjangan gender. Hasil Analisis Program Keluarga Berencana • Kebijakan ▫ Peningkatan partisipasi pria dalam ber-KB; ▫ Peningkatan pengetahuan dan kesadaran suami tentang penanggulangan masalah kesehatan reproduksi ( PMKR) yang mencakup kesehatan seksual, infertilitas, PMS/lMS, dan HIV/AIDS; ▫ Peningkatan partisipasi suami dalam perneliharaan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak; ▫ Pemberian pelayanan KB/KR terutama bagi ibu dan anak perempuan di daerah pengungsi. Data Pembuka Wawasan ▫ Partisipasi pria dalam ber-KB masih rendah dari perempuan (6,7% dari 378.101 orang sasaran PB KB Pria- BKKBN 2013); ▫ Ketidakpuasan hubungan seksual suami cenderung isteri yang disalahkan; ▫ Dalam masalah inf'ertilitas pihak yang disalahkan biasanya isteri; • Inferltil karena faktor suami 40 %, faktor isteri 40 % dan faktor suami dan isteri 20%; • Jumlah kumulatif penderita HIV dari tahun 2008 sampai dengan 2013 adalah 52.348 kasus, dan jumlah kasus baru pada tahun 2013 adalah 5.608 dari 8.610 pada tahun 2012 dengan rincian laki-laki 55,1%, perempuan 29,7 %, dan sebanyak 15,2% yang tidak melaporkan jenis kelaminnya (Riskesdas 2013); • Angka kematiani ibu masih tinggi: 395 per 100.000 kelahiranh idup (SKRT 2012); • Di daerah pengungsian, kaum ibu dan anak perempuan lebih banyak mengalami masalah-masalah KB /KR. Faktor Kesenjangan • Dukungan terhadap pengembangan metodek kontrasepsi pria kurang; • Jenis metode/alat kontrasepsi untuk pria terbatas; • Pengetahuan suami tentang metode KB pria rendah; • Informasi tentang peran suami dalam KB/KR kurang; • Tempat pelayanan KB/KR untuk pria terbatas; • Suami cenderung tidak merasa bersalah dalam ketidakpuasan hubungan seksual dan infertilitas; • Rendahnya kesadaran suami tentang PMS/IMS dan HIV/AIDS; penggunaan kondom untuk pencegahan; • Keterbatasan informasi pencegahan masalah kesehatan reproduksi bagi suami; • Keterlibatan suami dalam pemeliharaan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak masih rendah; • Kepedulian suami kurang dalam mengantisipasi 4Terlalu dan 3 "Terlambat" selama masa kehamilan dan persalinan serta asuhan pasca keguguran: • Keterbatasan informasi bagi laki-laki tentang pemeliharaan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak; • Sarana dan fasilitas K B/KR di daerah pengungsi bagi kaurn ibu dan anak perempuan sangat kurang; • Kebersihan perorangan bagi ibu dan anak perempuan lebih sensitif dibandingkan pria; • Kehamilan yang tidak direncanakan mengakibatkan beban ibu yang semakin berat; • Kurangnya kepedulian suami undtuk segera ber.-KB dengan menggunakan kondo yang paling praktis digunakan di daerah pengungsi; • Kurangnya kepedulian suami tentang risiko kehamilan yang dialami oleh isteri; • Kurangnya kepedulian bapak terhadap kebersihan perorangan yang berkaitan dengan KR anak perempuan. Isu Gender • Lingkungan sosial budaya di masyarakat yang menganggap masalah KB bukan urusan pria, tetapi domain kaum wanita; • Dominasi pria dan kurangnya tanggung jawab suami terhadap penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; • Suami kurang peduli dalam masalah pemeliharaan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak; • Dominasi pria dalam pemenuhan kebutuhan biologis yrng berakibat pola kehamilan tidak diinginkan bagi ibu dan pelecehan seksual. Rencana Aksi • Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan KR melalui: ▫ Peningkatan dukungan pengembangan metode kontrasepsi pria; • Pengembangan advokasi, KIE, promosi dan KIP/K untuk peningkatan partisipasi pria dalam ber-KB; • Peningkatan akses kualitas pelayanaan alat kontrasepsi pria; • Pengembangan kelompok-kelompok seminat (suami isteri); • Peningkatan kemampuan pengelola dan petugas lapangan KB dalam peningkatan partisipasi pria dalam ber-KB; • Pengembangan materi dan media advokasi, KIE, promosi dan KIP/K partisipasi pria dalam ber-KB; • Peningkatan advokasi KIE, promosi dan KIP/K bagi pria tentang PMKR • Peningkatan kemampuan pengelola dan PLKB dalam meningkatkan partisipasi suami dalam PMKR; • Penyediaan materia advokasi KIE, promosi dan KIP/K partisipasi suami dalam PMKR; • Peningkatan advokasi, KIE, promosi dan KIP/K bagi pria tentang kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak; • Peningkatan kemampuan pengelolaan PLKB dalam meningkatkan partisipasi suami dalam kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak; • Penyediaan materi advokasi KIE, promosi dan KIP/K partisipasi suami dalam kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak; • Penambahan fasilitas pelayanan KB/KR perempuan; • Advokasi, KIE, promosi dan KIP/K perorangan yang memadai bagi ibu dan anak tentang pemeliharaan kebersihan • Kegiatan Pokok ▫ Pengembangan metode kontrasepsi baru di tingkat pusat; • Pengembangan materi KIE pria bertanggung jawab di tingkat pusat dan propinsi; • Pengembangan pelayanan KB pria / suami di tempat kerja; • Pembentukan kelompok KB pria dan kelompok sebaya/seminat; • Orientasi/pelatihan KiE dan konseling tentang pelayanan KB pria sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota; • Pengembangan materi dan media di tjngkat pusat dan propinsi. Indikator • Terpenuhinypar ia ber-KB sebesar 11,83 dari total PesertaKB Aktif (PA) di tahun 2013: • Meningkatnya jumlah kelompok seminat (suami/isteri); • Meningkatnya jumlah suarni yang mengetahui dan menyadari pentingnya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; • Meningkatnya jumlah suami yang peduli dan berpartisipasi dalam pemeliharaan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak; • Tersedianya pelayanan KB/KR yang mobile: • Tersedianya sarana dan fasilitas pemeliharaan kebersihan perorangan yang memadai bagi ibu dan anak perempuan.