Вы находитесь на странице: 1из 27

LEARNING

OBJECTIVE
SKENARIO 1 TID

ADITYA BUSTAMI
118011175
SKENARIO
BINTIK BINTIK KEMERAHAN
Seorang lelaki usia 21 tahun mendadak demam tinggi selama 3 hari di sertai
dengan nyeri kepala, mual, nafsu makan menurun dan badan terasa lemas. Pada
hari keempat saat bangun tidur pada lengannya terlihat bintik kemerahan.
Pasien tidakm batuk pilek. Sudah minum obat penurun panas tetapi demam
tetap tinggi sehingga ia memaksakan diri ke dokter.

Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan di temukan TD 110/90 mmHg, Nadi


110x/menit , RR 20x/ menit. Selain itu dilakukan pemeriksaan Rumple leed
(RL) hasilnya positif. Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan jumlah
leukosit 7.000/mm3, hematokrit 42% serta jumlah trombosit 100.000/mm3
SGOT 200mgg/dl , SGPT 350 mg/dl. Seminggu yang lalu tetangga umur 5
tahun meninggal karena penyakit DBD
LEARNING OBJECTIVE
1. KOMPLIKASI DBD ?
2. DIAGNOSIS BANDING DBD ?
3. KLASIFIKASI DBD?
4. PENCEGAHAN PENYAKIT DBD?
5. DBD PADA ANAK ?
6. RESEP FARMAKOTERAPI PADA PASIEN DBD ?
1. KOMPLIKASI DBD
Nadi yang cepat dan lemah
Tekanan darah turun (≤ 20 mmHg)
Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur)
Kulit dingin dan lembab
Gelisah
Kerusakan hati
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable)
sampai 2-4 cm di bawah lengkung iga kanan, derajat pembesaran hati
tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Untuk menemukan
pembesaran hati ,harus dilakukan perabaan setiap hari. Nyeri tekan di
daerah hati sering kali ditemukan dan pada sebagian kecil kasus dapat
disertai ikterus. Nyeri tekan di daerah hati tampak jelas pada anak
besar dan ini berhubungan dengan adanya perdarahan
EDEMA PARU

Edema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat


pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit
ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak
akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih
terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila
hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa
memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,
disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran
udem paru pada foto rontgen dada.
KELAINAN GINJAL
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai
akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai
sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal
ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume
intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi
dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah
dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis
diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum
teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat
terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai
acute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan pendarahan,
tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia,
hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati
DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah –
otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus
dengue dapat menembus sawar darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan
dengan kegagalan hati akut.

Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka bila syok telah teratasi cairan diganti
dengan cairan yang tidak mengandung HC03- danjumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan laktat
ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem
otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran cerna
sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena
3-10 mg selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan
elektrolit. Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi produksi
amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak
diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.
Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu dilakukan
tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam amino rantai pendek.
2. DIAGNOSIS BANDING
Belum / tanpa renjatan :
1. Campak
2. Infeksi bakteri / virus lain (tonsilo faringitis, demam dari kelompok pnyakit
exanthem, hepatitis, chikungunya)
Dengan renjatan:
1. Demam tipoid
2. Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain
Dengan perdarahan:
1. Leukimia
2. Anemia aplastik
Dengan kejang:
1. Ensefalitis
2. Meningitis G
3. KLASIFIKASI
DBD
4. Pencegahan:
Pencegahan primer
• Surveilans vektor: survei
terhadap pasien DBD,
tempat terjangkit dan
penularannya
• Pengendalian vektor :
gerakan PSN  3 M
- Menguras bak mandi
- Menutup rapat tempat
penampungan air
- Mengubur barang bekas
atau juga dengan fogging
pada wilayah 50 m3
Pencegahan Sekunder
• dilakukan oleh tenaga kesehatan :
Penemuan : Apabila keluarga menunjukan gejala DBD
Pertolongan : Beri banyak minum, kompres dingin dan
beri obat penurun panas. Ex: paracetamol
Pelaporan : Lapor ke puskesmas agar dilakukannya tindak
lanjut pemberantasan virus dengue
Perbedaan DBD pada anak dan dewasa?

• Rentan terhadap syok (kelemahan kapiler)


• Kesadaran 
DBD Pada • Kejang
Anak • Hepatomegali
• Tidak bisa diberikan koloid
• Trombositopenia 30-31%

• Jarang terjadi syok


• Koloid dapat membantu
DBD Pada • Trombositopenia 15-17%
Dewasa • Pendarahan internal 15,2%
• Ptekie 77-100%
DBD pada Anak

Pada kasus DBD yang lebih berat, anak dapat mengalami gejala yang umumnya berupa:
• Demam tinggi hingga mencapai 40 derajat celcius
• Nyeri di bagian belakang mata
• Nyeri pada tulang, otot, dan sendi
• Sakit kepala
• Mual dan muntah
• Pembengkakan pada kelenjar.
Selain itu, anak dapat mengalami bintik-bintik merah pada beberapa bagian tubuh. Gejala-gejala
umumnya akan berlangsung selama 7 hari..
Namun pada situasi tertentu, gejala dapat memburuk sehingga memicu sindrom syok dengue.
Kondisi ini dapat mengancam nyawa, karena terjadi kebocoran pembuluh darah dan penurunan
jumlah trombosit. Jika tidak segera diatasi, dapat menimbulkan perdarahan dari gusi dan hidung,
perdarahan di bawah kulit, sulit bernapas, lemah, muntah terus menerus, keringat dingin serta sakit
parah pada bagian perut.
TATALAKSANA
Segera bawa ke dokter jika anak Anda mengalami beberapa gejala DBD di atas. Dokter akan
melakukan pemeriksaan darah untuk memastikan diagnosis.

Sebenarnya tidak ada penanganan khusus untuk DBD, namun dokter dapat membantu mengurangi
tingkat keparahan gejala dan meningkatkan sistem imunitas untuk melawan virus tersebut, yaitu:

• Jika dokter memberi resep obat paracetamol untuk menurunkan demam, pastikan anak
mengonsumsinya. Selain itu, dapat menggunakan kompres pada dahi untuk menurunkan demam.
• Pastikan anak mendapat istirahat yang cukup.
• Berikan banyak cairan pada anak untuk mencegah dehidrasi.
• Berikan makanan yang kaya nutrisi.
• Hindari memberikan obat pereda rasa sakit seperti aspirin dan ibuprofen karena dapat
memengaruhi kadar trombosit dalam darah dan meningkatkan risiko perdarahan.
Tidak jarang anak yang terkena DBD harus dirawat di rumah sakit. Sebagai langkah menggantikan
cairan yang hilang karena diare, muntah atau kehilangan nafsu makan, dokter akan memberikan
cairan melalui infus. Pada kasus anak yang kehilangan banyak darah, perlu dilakukan transfusi darah.

• Pemberian Vaksin DBD


Saat ini sudah ada vaksin untuk mencegah DBD. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di
beberapa negara, vaksin ini dapat digunakan. Namun, banyak faktor yang masih menjadi perhatian.
Seperti harga vaksin ini yang masih belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Meski
demikian, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengikutsertakannya dalam rekomendasi
jadwal imunisasi anak sebagai salah satu langkah pencegahan DBD.
Untuk mencegah demam berdarah pada anak, Anda dapat melakukan beberapa cara. Antara lain
menggunakan losion anti nyamuk, meggunakan pembasmi serangga, membersihkan penampungan
air, memasang kawat antinyamuk dan menggunakan pakaian yang tertutup sehingga melindungi
dari gigitan nyamuk.
TUJUAN & SASARAN TERAPI
Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan, serta mengobati
gejala yang timbul.
ALGORITME TERAPI
Mengacu pada protokol WHO. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori, sebagai
berikut:
1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok
2. Pemberian cairan pada pasien DBD dewasa di ruang rawat.
3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%
4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa
TERAPI NON FARMAKOLOGI
 Minumlah air putih min. 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih
banyak lebih baik)
 Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas
(paracetamol misalnya)
 Beberapa teman dan dokter menyarankan untuk minum minuman ion
tambahan seperti pocari sweat
 Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan
trombosit (ada juga yang menyarankan: daun angkak, daun jambu, dsb)
 Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas
yang banyak (meskipun biasanya minat makan akan menurun drastis).
TERAPI FARMAKOLOGI
 belum ada obat yang spesifik untuk demam berdarah
 pengobatan DB bersifat simptommatik dan supportif, (mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan sebagai akibat pendarahan).
 Cairan pengganti (rekomendasi WHO) :
Cairan Laktat Ringer.
Cairan Glukosa 5% dalam 0,9% NaCl.
Cairan Glukosa 5% dalam 0,45% NaCl.
Cairan Glukosa 5% dalam'h Laktat Ringer.
Cairan Glukosa 5% dalam 0,3% NaCl.
OUTCOME TERAPI
1.Tampak perbaikan secara klinis
2.Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
3.Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau
asidosis)
4. Hematokrit stabil
5. Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/pl
6. Tiga hari setelah syok teratasi
7. Nafsu makan membaik
MONITORING
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur.
• Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30 menit atau
lebih sering, sampai syok dapat teratasi.
• Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sekali sampai keadaan klinis pasien stabil.
• setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai jenis cairan, jumlah, dan
tetesan, untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi.
• Jumlah dan frekuensi diuresis.
Pada pengobatan syok, kita harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler
telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum cukup 1 ml/kg/BB,
sedang jumlah cairan sudah melebihi kebutuhan diperkuat dengan tanda overload
antara lain edema, pernapasan meningkat, maka selanjutnya furasemid 1 mg/kgBB
dapat diberikan. Pemantauan jumlah diuresis, kadar ureum dankreatinin tetap harus
dilakukan. Tetapi, apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok belum
dapat terkoreksi dengan baik, maka pemberian dopamia perlu dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Вам также может понравиться