Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
S DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN HALUSINASI
PENDENGARAN DI WILAYAH
KERJA UPT PUSKESMAS
LABUHAN BADAS
H A L I YAW AT I
NIM : 042001S13013
YAY A S A N P E N D I D I K A N D A N K E B U D AY A A N S A M A W A
A K A D E M I K E P E R AWATA N S A M AWA
S U M B AWA B E S A R
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
5.1 Pengkajian
Pada pengkajian studi kasus Tn.S ditemukan data Halusinasi Pendengaran dengan
tanda-tanda pasien seperti: Tn. S bicara sendiri, bicara dan menjawab cepat, kurang
berkonsentrasi, kelihatan bingung, afek datar, kurang kooperatif dan sering menyendiri,
tetapi Tn. S mau berkomuikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai menurut Keliat (2011),
tetapi ada beberapa perbedaan dengan teori dengan kasus Tn. S dimana muncul tanda:
tidak dapat memusatkan konsentrasi / perhatian, pembicaraan kacau kadang tidak sesuai
dengan apa yang ditanyakan, sulit membuat keputusan, sering menyendiri.
Hal ini disebabkan pasien adalah pasien kronis yang sudah mendapat pengobatan tetapi
tidak teratur, sedangkan pada teori pasien akut yang belum mendapatkan pengobatan,
dimana fungsi obat pada pasien adalah menekan dan mengurangi halusinasi
(haloperidol), menghilangkan efek agitasi dari obat haloperidol (trihexyphenidil) dan
sebagai penenang untuk menenangkan pasien. Pasien sering di biarkan sendirin oleh
keluarga dan belum bisa menghilang halusinasi yang muncul.
5.2 Diagnosa Keperawatan
Setelah di lakukan pengkajian pada kasus Tn.S maka ditentukan diagnosa
keperawatan tunggal yang ditegakan dengan mengacu pada daftar masalah
keperawatan dan rumusan pohon masalah sehingga muncul 3 diagnosa keperawatan
yaitu: Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran, Kopinag individu, Defisit
perawatan Diri.
Hal ini sesuai dengan perumusan diagnosa keperawatan secara teori dimana
menggunakan diagnosa nanda hanya terdiri dari masalah (problem) tanpa
etiologi(penyebab). Menurut teori diagnosa yang di tetapkan sesuai dengan masalah
keperawatan yang ada pada Tn.S ada 5 diagnosa keperawatan.
5.3 Intervensi
Setelah penentuan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada
kasus Tn, S yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Langkah
selanjutnya adalah menentukan rencana keperawatan yang mengacu pada tiga aspek
yaitu tujuan jangka panjang (tujuan umum, tujuan jangka pendek (tujuan khusus) dan
rencana tindakan keperawatan. Hal ini sesuai dengan konsep yang ada pada tinjauan
teori yaitu penentuan rencana tindakan disesuaikan dengan prioritas masalah (Core
problem) yang mengacu pada tiga aspek yaitu tujuan jangka panjang(tujuan umum,
tujuan jangka pendek (tujuan khusus), dan rencana tindakan keperawatan (Keliat
2011). Karena penentuan intervensi sudah berlaku nasional dan jika masalah utama
sudah teratasi maka masalah keperawatan yang lain juga akan lebih mudah teratasi.
5.4 Implementasi
Implementasi merupakan bentuk aplikasi nyata dari rencana nyata dari rencana
keperawatan. Pada pelaksanaan kasus Tn.S dengan masalah keperawatan gangguan
persepsi sensori :halusinasi pendengaran disesuaikan dengan strategi pelaksanaan
(SP)yang telah di buat sebelum bertemu dengan pasien dan keluarga,dimana
SPpasien ada 3 kali pertemuan dan SP keluarga 3 kali pertemuan.
Hal ini sesuai dengan teori dimana pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana yang telah ditetapkan dan terangkum didalam SP pasien dan
keluarga yang dilaksanakan secara berurutan serta disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan pasien saat itu (Keliat ,2011). Pada SP1 poin 2 pasien harus dilaksanakan
3 kali karena pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
5.5 Evaluasi
Berdasarkan pendokumentasian tersebut,evaluasi keperawatan dalam bentuk SOAP
(catatan perkembangan) telah diterapkan. Setelah memberikan asuhan keperawatan
jiwa pada Tn.S dengan masalah keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran selama 5 hari masalah dapat teratasi sebagian karena SP 3 belum
dapat teratasi sebagianialami pasien dapat dievaluasi kemampuan pasien yaitu:pasien
mampu bercakap–cakap dengan orang lain,mampu mengontrol halusinasi, pasien
mendapat dukungan keluarga, pasien mampu melakukan aktifitas terjadwal meski
masih dibimbing oleh keluarga.
5.6 Hambatan-Hambatan
1. Saat peneliti mengunjungi pasien, kadang pasien tidak mau ditemui pada hari itu
2. Pihak puskesmas masih kurang dalam melakukan asuhan keperawatan pada Tn.
S dengan gangguan jiwa .
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Pengkajian
6.1.2 Diagnosa Keperawatan
6.1.3 Perencanaan Keperawatan
6.1.4 Pelaksanaan Keperawatan
6.1.5 Evaluasi Keperawatan
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Puskesmas
Bagi puskesmas untuk menunjang keberhasilan keperawatan pada Tn. S
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran perlu ditingkatkan
lagi hubungan kerja sama antara pihak perawat dan keluarga dalam perawatan
pasien saat berada di rumah
SEKIAN DAN TERIMA KASIH