Вы находитесь на странице: 1из 21

OTOMIKOSIS

Oleh :
Putri Erica Yulinafira 1102012215
Anatomi telinga
1. Definisi
◦ Otomikosis adalah suatu radang superfisial, subakut dan kronis
pada liang telinga luar yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Penyakit ini biasanya unilateral dan dikarakteristikkan dengan
inflamasi, pruritus, gatal dan berkerak.
2. Epidemiologi
◦ Otitis eksterna diperkirakan sebesar 5 – 25% yang berobat ke departemen THT-KL, dan
sekitar 9-25% adalah otitis karena jamur atau yang dikenal dengan otomikosis.
Penelitian yang dilakukan di San Paulo,Brazil terdapat 736 kasus dari otitis eksterna dan
2,7% nya adalah otomikosis. Penelitian lain yang dilakukan di Iran 910 pasien yang
diperiksa terdapat 52 kaus pasien dengan otomikosis dengan 16 kasus lelaki dan 36
kasus perempuan.
◦ Penelitian Zaror et.al (1991) menemukan bahwa wanita lebih banyak menderita
otomikosis dibandingan pria yakni sekitar 60 %. Adam dkk (1994) mengatakan bahwa
dua jenis jamur yang palig sering ditemukan pada liang telinga adalah Pityrosporum
dan Aspergillus sementara Cut Elvira (2011) menyatakan Candida merupakan jamur
terbanyak yang ditemui pada otomikosis pada temperatur biasa sedangkan
Aspergillus merupakan jenis jamur yang paling banyak ditemukan pada otomikosis
dengan iklim yang panas.
3. Faktor Predisposisi
◦ 1. Infeksi jamur di tempat lain seperti vaginitis, canindiasis dll
◦ 2. Faktor lingkungan (iklim panas dan lembab)
◦ 3. Pasien dengan paska pembedahan operasi mastoid
◦ 4. Pasien dengan status immunokompromised (AIDS, DM dll)
◦ 5. Penggunaan antibiotika topikal dan steroid
◦ 6. Berenang
◦ 7. Trauma pada telinga
◦ 8. Pemakaian alat bantu dengar
◦ 9. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh di telinga
◦ 10.Infeksi bakteri
4. Etiologi
5. Patogenesis
◦ Otomikosis dipengaruhi oleh lingkungan yang lembab tropis karena lingkungan
lembab diperlukan untuk proliferasi jamur, dan peningkatan terjadinya insiden
otomikosis mungkin disebabkan karena meningkatnya keringat dan kelembaban
lingkungan mengubah epitel permukaan liang telinga luar. Seperti kita ketahui epital
pada kanal eksternal dikenal untuk menyerap air dalam lingkungan ini, mudah
membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.

◦ Otomikosis sangat erat hubungannya dengan histologi dan fisiologi liang telinga luar.
Liang telinga luar dilapisi oleh epitel stratified squamous keratinizing yang kemudian
berlanjut sampai ke permukaan depan membran timpani. Pada resus timpanikus
inferior, daerah medial ke ismus cenderung tempat akumulasi dari keratin dan serumen
dan merupakan area kulit yang sulit dibersihkan.
Patogenesis…
◦ Serumen mempunyai sifat antijamur dan antibakteri. Komposisi serumen terdiri dari 60%
keratin, 12-20% asam lemak jenuh dan tak jenuh dengan rantai panjang, alkohol,
sgualene, dan 6-9% kolesterol, selain itu serumen juga mengandung lysozime dan
immunoglobulin.
◦ Asam lemak menyebabkan kulit liang telinga tidak rusak dan menghambat
pertumbuhan bakteri. Karena komposisinya yang hidropobik, serumen dapat
menahan air, membuat permukaan kiang
◦ telinga luar menjadi impermeabel sehingga dapat mencegah maserasi dan kerusakan
epitel sehingga dengan tidak terbentuknya serumen menyebabkan liang telinga luar
rentar terhadap infeksi.
6. Tanda
◦ Karakteristik pemeriksaan fisik tergantung pada jamur penyebab otomikosis. Jamur
yang terlihat dengan hifa halus dan spora biasanya terlihat pada golongan Aspergillus.
Pada Aspergillus niger kelihatan seperti pertumbuhan kepala hitam berfilamen, Pada
Aspergillus fumigates tampak berwarna biru pucat atau hijau dan Candidiasis tampak
seperti gumpalan keju dengan debris yang menutupi kanal. Kulit liang telinga tampak
oedema dan memerah.
7. Diagnosa
1. Anamnesa
◦ Pasien datang dengan keluhan gatal dan rasa penuh pada liang telinga, ataupun
sakit pada telinga, keluarnya cairan dengan bau yang tidak enak, tetapi sering pula
tanpa keluhan. Faktor predisposisi juga harus ditanyakan apakah ada riwayat
diabetes, penggunaan antibiotik topikal ataupun preparasi steroid. Faktor lain yang
mempengaruhi yakni kehamilan, post operasi mastoid, trauma, ataupun infeksi bakteri
sebelumnya
◦ 2. Pemeriksaan klinis
◦ Pada otoskopi tampak jamur yang terlihat dengan hifa halus dan spora biasanya
terlihat pada golonga Aspergillus. Pada Aspergillus niger kelihatan seperti
pertumbuhan kepala hitam berfilamen, pada Aspergillus fumigates tampak berwarna
biru pucat atau hijau dan candidiasis tampak seperti gumpalan keju dengan debris
yang menutupi kanal. Kulit liang telinga tampak oedem dan basah.
Diagnosa
◦ 3. Pemeriksaan Laboratorium
Spesimen dapat diperoleh dengan mengambil sekret atau pus dari liang telinga luar
dengan bantuan cottom swab steril. Spesimen yang telah diambil diperiksa dengan
a. KOH 10%
b. Pewarnaan PAS
Atau spesimen yang telah diambil di biakkan pada media Sabouraud’s Dextrose Agar
dengan dan tanpa antibiotika dan diinkubasi pada suhu 25 dan 37ºC selama 4
minggu.
8. Tatalaksana
◦ Penatalaksanaan dari otomikosis terdiri dari eliminasi dari faktor predisposisi, penggunaan
dari anti jamur, dan pembershan liang telinga. Sediaan anti jamur dapat dibagi menjadi:
1. Tipe non spesifik
Tipe non spesifik termasuk solusio pengasaman dan pengeringan seperti asam borie, aluminium sulfat,
calcium asetat, gentian violet 2%, castellani’s paint (acetone, alkohol, phenol,fuchsin,resorcinol) dan
Cresylate (Merthiolate, M-Cresyl acetat, propylene glycol, asam borak, dan alkohol).
2. Tipe spesifik
Tipe spesifik terdiri atas kream, solusio, dan tepung seperti clotrimazole, amphotericin B, tolnaftate,
mikonazole, dan nystatin.
Pada umumnya ada 4 klasifikasi obat anti jamur yakni:
1. Golongan polyenes
Terdiri atas ampoterisin B, dan nystatin
2. Golongan triazole
Terdiri dari fluconazole, clotrimazole, dan miconazole
3. Analog nukleosid
Terdiri dari flucytosin
4. Analog echinocandins
10. Komplikasi
◦ 1. Perforasi membran timpani
◦ 2. Pendengaran berkurang
◦ 3. Infeksi tulang temporal invasife
◦ 4. Otomastoiditis fungal
◦ 5. Meningoencepalitis
11. Prognosis
◦ Terapi anti jamur biasanya memberikan penyembuhan yang baik pada pasien yang
memiliki daya tahan tubuh baik. Bagaimana pun resiko terjadinya kekambuhan
kembali tinggi jika infeksi asal tidak diobati dan fisiologi normal dari lingkungan liang
telinga luar tetap terganggu. Pencegahan meliputi menghindari faktor predisposisi
seperti mengurangi kebiasaan mengorek telinga, berenang, dll.
Daftar Pustaka
◦ Adams, G.L; Boeis,L.R.; Higler,P.A.” Boeis Buku Ajar Penyakit THT.1997.EGC:Jakarta
◦ Maqbool M. 2007. Textbook of Ear, Nose and Throat Disease Eleventh Edition. India.
Jintendar P Vij
◦ Soepardi.E.A, N.Iskandar, J.Bashiruddin, R.D.Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Vol VI(6). Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2011.
Thank you!

Вам также может понравиться