Вы находитесь на странице: 1из 13

ETIKA, NILAI DAN

MORAL DALAM
EKONOMI ISLAM
OLEH
SUB PEMBAHASAN

• Konsep Dasar Etika Ekonomi dalam Islam


• Konsep Al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis
• Tujuan Umum Etika dalam Ekonomi Islama
Konsep Dasar Etika Ekonomi dalam Islam

• Definisi Etika
• Secara etimologi,Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos
mempunyai beragam arti : pertama, sebagai analisis konsep-konsep
terhadap apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah,
wajib, tanggung jawab dan lain-lain. Kedua, aplikasi ke dalam watak
moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, aktualisasi kehidupan
yang baik secara moral.
• Etika Islam (bahasa Arab: ‫ )أخالق إسالمية‬atau "Adab dan Akhlak Islamiyah"
adalah etika dan moral yang dianjurkan di dalam ajaran Islam yang
tercantum di dalam Al-Quran dan Sunnah, dengan mengikuti contoh dari
teladan Nabi Muhammad, yang didalam akidah Islamiyah dinyatakan
sebagai manusia yang paling sempurna akhlaknya.
Konsep Dasar Etika Ekonomi dalam Islam

• Etika bisnis dalam Islam yang perlu diperhatikan oleh setiap muslim yang akan melakukan
kegiatan berbisnis, yaitu;
• Keesaan :Konsep keesaan ini menggabungkan kedalam sifat homogeny semua aspek yang
berbeda-beda dalam kehidupan seorang muslim yakni: ekonomi, politik, agama dan
masyarakat, serta menekankan gagasan mengenai konsistensi dan keteraturan.
• Keseimbangan : Keseimbangan atau kesejajaran (Equilibrium) menggambarkan dimensi
horizontal ajaran islam, dan berhubungan dengan harmoni segala sesuatu di alam semesta.
• Kehendak bebas : Kehendak bebas (Free Will) yakni manusia mempunyai suatu potensi dalam
menentukan pilihan-pilihan yang beragam, karena kebebasan manusia tidak dibatasi. Tetapi
dalam kehendak bebas yang diberikan Allah kepada manusia haruslah sejalan dengan prinsip
dasar diciptakannya manusia yaitu sebagai khalifah di bumi.
• Tanggung jawab : Tanggung Jawab (Responsibility) terkait erat dengan tanggung jawab
manusia atas segala aktifitas yang dilakukan kepada Tuhan dan juga tanggung jawab kepada
manusia sebagai masyarakat.
• Kebajikan (ihsan) : Ihsan adalah kehendak untuk melakukan kebaikan hati dan meletakkan
bisnis pada tujuan berbuat kebaikan.
Perbedaannya Konsep Etika Islami dengan
Kontemporer

NO PERBEDAAN ETIKA BISNIS ISLAM KONVENSIONAL

1. Sumber Al-Quran dan Al-Hadits Daya fikir Manusia

2. Motif Ibadah Mencari keuntungan

3. Paradigma Syariah Pasar

4. Landasan Falah Utiliti individualism

5. Pondasi Dasar Muslim Manusia bisnis


Konsep Al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis

• Hakikat Bisnis dalam al-Qur’an.


• Tema bisnis dalam al-Qur’an baik yang terambil dari terma tijaarah, al-
bai’, isytara, maupun tadaayantum pada hakikatnya tidak semata-mata
bersifat material, dan hanya bertujuan mencari keuntungan material
semata akan tetapi bersifat material sekaligus immaterial bahkan lebih
meliputi dan mengutamakan hak yang bersifat immaterial dan kualitas.
• Dalam konteks inilah al-Qur’an menawarkan keuntungan dengan suatu
bursa yang tidak pernah mengenal kerugian, seperti yang termaktub
dalam QS AT-Taubah : 111 yang artinya,”Sesungguhnya Allah telah
memberi dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Siapakah yang lebih menepati janjinya
selain daripada Allah. Maka bergembiralah dengan jual beli yang kamu
lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar.”
Jenis-jenis praktek bisnis yang dilarang

• Riba : Riba adalah suatu proses bisnis yang terjadi dengan adanya keharusan kelebihan dari
modal baik kelebihan ini ditetapkan di awal perjanjian maupun ditetapkan ketika si peminjam
pada batas waktu yang ditetapkan belum memiliki kemampuan untuk mengembalikan
piutangnya sehingga dengan otomatis piutang itu menjadi berlebih dari yang sebelumnya.
• Mengurangi timbangan atau takaran : Penjual yang menggunakan alat timbangan atau
takaran karena bertujuan mencari keuntungan dengan cepat, mereka melakukan kecurangan
dalam timbangan atau takaran. Al-Qur’an secara tegas tidak membenarkan dan membenci
perilaku ini dengan menyebutnya sebagai orang-orang yang curang. Karena beratnya perilaku
ini, maka al-Qur’an melukiskan ancaman ini.
• Gharar dan Judi : Dari sudut pandang bisnis, baik gharar maupun judi tidak dapat
memperlihatkan secara transparan mengenai proses dan keuntungan yang akan diperoleh.
Proses dan hasil dari bisnis yang dilakukan tidak bergantung kepada keahlian, kepiawian dan
kesadaran melainkan digantungkan pada sesuatu atau pihak luar yang tidak terukur.
• Penipuan (al-Ghabnu dan at-Tadlis) :Ghabn adalah membeli sesuatu dengan harga yang lebih
tinggi atau lebih rendah dari harga rata-rata. Sedangkan tadlis adalah penipuan baik pada
pihak penjual maupun pembeli dengan cara menyembunyikan kecacatan ketika terjadi
transaksi. Dalam bisnis modern perilaku ghabn atau tadlis bias terjadi proses mark up yang
melampaui kewajaran.
Jenis-jenis praktek bisnis yang dilarang

• Penimbunan : Penimbunan adalah pengumpulan dan penimbunan


barang-barang tertentu yang dilakukan dengan sengaja sampai batas
waktu untuk menunggu tingginya harga barang-barang tersebut.
• Korupsi dan kolusi : Korupsi berasal dari kata corrupt yang artinya
menyuap, menyogok, membusukkan, merusak dan memperburuk.
Sedangkan kolusi suatu usaha dalam rangka untuk menarik perhatian.
Maka kolusi merupakan candu bisnis yang mendorong dilakukan
rekayasa lainnya misalnya insider trading, pemberian jaminan laba
minimal pada investor dan money laundering.
• Monopoli : Monopoli adalah suatu situasi dalam pasar di mana hanya
ada satu dan segelintir perusahaan menjual produk atau komoditas
tertentu yang tidak punya pengganti yang mirip dan ada hambatan bagi
perusahaan atau pengusaha lain untuk masuk dalam bidang insdustri
atau bisnis tersebut.
Anjuran dalam Al-Qur’an

• Seorang pelaku bisnis diwajibkan berperilaku dengan etika bisnis sesuai yang
dianjurkan oleh Al Qur'an dan Sunnah yang terangkum dalam 3 (tiga) garis
besar, yakni :
• Murah Hati
• Motivasi untuk Berbakti
• Ingat Allah dan Prioritas Utama-Nya
• Beberapa parameter dasar system etika dasar yang dapat diungkap dan
diikhtisarkan sebagai berikut;
• Tindakan dan keputusan dinilai etis, tergantung pada maksud dan tujuan individu. Allah
Maha Mengetahui, karena itu Allah mengetahui maksud manusia secara sempurna.
• Maksud baik diikuti tindakan yang dianggap sebagai ibadah, maksudnya halal tidak dapat
pengubah tindakan haram menjadi halal.
• Islam memberi kebebasan individu untuk bertindak dam meyakini apapun yang diinginkan
tanpa mengorbankan keadilan dan tanggung jawab.
Lanjutan parameter dasar system etika

• Keputusan yang menguntungkan mayoritas atau minoritas bukan


suatu ukuran etis tidaknya suatu tindakan. Etika bukan persoalan
jumlah.
• Islam menggunkan system pendekatan terbuka terhadap etika,
tidak tertutup pada orientasi diri sendiri.
• Keputusan etis didasarkan pada pemahaman Al-Qur’an dan alam
semesta secara kebersamaan.
• Berbeda dengan system etika yang dibangun oleh kebanyakan
agama lain, Islam menganjurkan merealisasikan konsep takziyah
melalui presepsi aktif dalam kehidupan dunia.
Adapun elemen-elemen dari bisnis yang merugikan
menurut Al Qur'an adalah:

• Investasi yang Jelek : Menurut Al Quran investasi yang jelek adalah jika
dalam sebuah transaksi seorang pelaku bisnis tidak memperoleh
keuntungan bahkan kehilangan modal dan akhirnya bangkrut total.
• Keputusan yang Tidak Sehat : Al Qur'an secara tegas menyatakan bahwa
keputusan yang tidak sehat akan mengakibatkan kerugian yang lebih
besar.
• Perilaku yang Buruk dan Jahat : Perilaku yang buruk dan jahat menurut
Al Qur'an, antara lain adalah: tidak beriman dan menolak petunjuk yang
diwahyukan Allah, bersedekah hanya untuk mendapat perhatian orang,
bersikap bakhil dan merasa dirinya cukup, mempraktekkan riba,
membelanjakan harta tanpa dasar keimanan, menjadi orang tidak
beriman dan kafir, menjadi pengkhianat, melibatkan diri dalam minuman
keras dan perjudian dll.
Tujuan Umum Etika dalam Ekonomi Islama

• Membangun kode etik islami yang mengatur, mengembangkan dan


menancapkan metode berbisnis dalam kerangka ajaran agama. Kode etik ini juga
menjadi simbol arahan agar melindungi pelaku bisnis dari resiko.
• Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggungjawab para
pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis,
masyarakat, dan diatas segalanya adalah tanggungjawab di hadapan Allah SWT.
• Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan
persoalan yang muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradilan.
• Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang
terjadi antara sesama pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja.
• Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan (ukhuwah) dan kerja sama
antara mereka semua.
TERIMAKASIH
ANY QUESTION ?

Вам также может понравиться