Вы находитесь на странице: 1из 24

Evaluasi Program Puskesmas Mengenai

Pemberantasan Penyakit Demam


Berdarah Dengue

Maria Amelia Goldie


102013119
Skenario
Pada akhir tahun berdasarkan evaluasi program
pemberantasan penyakit DHF masih di dapatkan pevalensi
DHF berkisar 50/1000 penduduk dengan tingkat CFR 20/1000,
rata2 penderita datang terlambat sehingga terlambat juga
dirujuk kerumah sakit. Berdasarkan pemantauan jentik
nyamuk, didapatkan dari Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah
60%. Kepala Puskesmas akan melakukan revitalisasi program
pemberantasan penyakit DHF dan ingin didapatkan insidens
yang serendah-rendahnya dan CFR 0%
Rumusan Masalah
Puskesmas melakukan revitalisasi program
pemberantasan DHF
Analisis Masalah dengan Pendekatan
Epidemiologi
Dilihat melalui lingkungan, frekuensi, distribusi,
faktor penyebaran, dan cara transmisi dari DBD.
• Lingkungan: fisik, non-fisik
• Frekuensi: insidens, CFR
• Distribusi: menurut orang, tempat, dan waktu
• Faktor penyebaran: agent (virus dengue), reservoir,
host, dan lingkungan
• Cara transmisi: Ditularkan melalui gigitan nyamuk
yang infektif terutama Aedes aegypti.
• Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di
Surabaya pada tahun 1968. Penyakit ini ditemukan di
200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB akibat
DBD

• Kelompok tertinggi adalah usia 5-14 tahun 42% dan


kelompok usia 15-44 tahun yang teserang sebanyak
37%.

• CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun


ke tahun walaupun masih tetap tinggi. Daerah yang
perlu diwaspadai adalah DKI Jakarta, Bali, dan NTB.
Etiologi
• Virus Dengue  Arboviroses yang sekarang dikenal
sebagai genus flavivirus.
• 4 serotype : DEN 1-4
• Vektor utama penyakit DBD  nyamuk Aedes
aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus
(di daerah pedesaan).
• Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti memiliki habitat
di lingkungan perumahan, tempat penampungan air
bersih, bak mandi / tempayan  sarang berkembang
biaknya
Puskesmas

Tujuan  mendukung tercapainya pembangunan


kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah
salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah
unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes, 2011).
Fungsi Puskesmas
• Pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan
• Pusat pemberdayaan masyarakat
• Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan
kesehatan masyarakat untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua yakni :
1. Upaya Kesehatan Wajib
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan wajib tdd: promosi kesehatan, upaya kesehatan, upaya
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi
masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
upaya pengobatan.
Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok
Puskesmas yang telah ada yakni a) Upaya Kesehatan sekolah, b) Upaya
Kesehatan Olahraga, c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat, d) Upaya
Kesehatan Kerja, e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, f) Upaya Kesehatan
Jiwa, g) Upaya Kesehatan Mata, h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut, i) Upaya
Pembinaan Pengobatan Tradisional.
Tugas Dokter Puskesmas
( FIVE STARS DOCTOR)
• Mampu menyediakan perawatan
Care provider dan mampu menyembuhkan pasien
• Mampu menjadi penentu
keputusan dan mampu memilih
Decision maker sesuatu yang lebih canggih untuk
diagnosis pasien
• Mampu menjadi komunikator yang
Communicator baik

• Mampu menjadi pemimpin dalam


Community Leader komunitas/masyarakat

• Mampu dan bisa memiliki skill


Manager manajerial yang baik
Evaluasi Program
• Evaluasi program ↔ sistem kesehatan
• Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu
dari pelbagai elemen yang berhubungan dan saling
mempengaruhi, yang dengan sadar dipersiapkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Data evaluasi program: data sekunder
• Masukan : 4M  man, money, material, methode
• Proses : perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian.
• Keluaran
• Lingkungan: fisik, non-fisik
• Sasaran : perorangan, keluarga, kelompok,
masyarakat
• Dampak : derajat kesehatan, kebutuhan dan
tuntutan, langsung dan tidak langsung
Problem solving cycle
Menentukan prioritas masalah dan jalan
keluarnya.
o Prioritas masalah : pengumpulan data,
pengolahan data, penyajian data, pemilihan
prioritas masalah
o Prioritas jalan keluar :
- Penyusunan alternatif jalan keluar (efektifitas dan
efisiensi, uji lapangan, memperbaiki prioritas
jalan keluar, penyusunan uraian rencana prioritas
jalan keluar)
Peran puskesmas dalam
penanggulangan DHF
• Health promotion
• Preventif
• Kuratif
• Protektif
• Pemberdayaan masyarakat
Health promotion
1. Strategi promosi kesehatan
2. Promosi kesehatan oleh puskesmas
3. Promosi kesehatan secara umum
• Penyuluhan kelompok , perorangan, media massa
Preventif
1. Pembersihan jentik
• Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
• Larvasidasi
• Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)
2. Pencegahan gigitan nyamuk
• Menggunakan kelambu
• Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)
• Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang,
menggantung baju)
• penyemprotan
Kuratif
• Tirah baring selama masih demam
• Obat antipiretik atau kompres panas hangat.
• Untuk menurunkan suhu dianjurkan pemberian
parasetamol.
• Diajurkan pemberian cairan elektrolit (mencegah
dehidrasi sebagai akibat demam, anoreksia dan
muntah)
• Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok.
Periode kritis adalah pada saat suhu turun pada
umumnya hari ke-3 -5 fase demam.
• Pemeriksaan kadar hematokrit berkala
Protektif
Protektif dengan mencegah dan membatasi
penyebaran penyakit DBD melalui upaya
memutuskan rantai penularan. Tindakan protektif
dipengaruhi oleh prilaku dan kebiasaan masyarakat
(pengetahuan, sikap, tindakan)
• Pembersihan jentik  pemberantasan sarang
nyamuk (PSN), larvasidasi, dan menggunakan ikan
(ikan kepala timah, cupang, sepat).
• Pencegahan gigitan nyamuk  menggunakan
kelambu, obat nyamuk (bakar, oles), tidak melakukan
kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju),
serta penyemprotan.
• Usaha pemutusan rantai penularannya  virus
dengue, nyamuk Aedes aegypti, dan manusia
• Pemberantan vektor stadium dewasa  fogging
dengan insektisida malathion
• Pemberantan vektor stadium jentik (PSN) fisik
(3M), kimia (larvasida, bubuk abate, temephos), dan
biologi (ikan pemakan jentik)
Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK)
• melakukan pemantauan jentik
• penyuluhan kesehatan
• menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk
secara serentak dan periodik
• melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada
Supervisor dan Petugas Puskesmas sehingga akan
dapat dihasilkan sistem pemantauan jentik berkala
yang berjalan dengan baik
Angka Bebas Jentik (ABJ)
• indikator keberhasilan program pemberantasan
vector penular DBD.
• Apabila ABJ suatu daerah rendah, maka
kemungkinan untuk terkena demam berdarah adalah
lebih besar dibanding daerah lain yang angka bebas
jentiknya lebih besar.
• ABJ yang diharapkan adalah >95%.
Penutup
Dalam usaha merealisasi setiap upaya kesehatan
tersebut harus mendapat kerjasama semua pihak
termasuklah individu, keluarga, masyarakat dan
pemerintah. Untuk mengatasi masalah di dalam
puskesmas kita perlu memilih prioritas masalah
terlebih dahulu, kemudiaan menganalisanya,
menentukan kesenjangan yang terjadi ( input,
proses, keluaran, lingkungan, dan sebagainya)
kemudiaan mencari solusi yang tepat sehingga
masalah dapat terselesaikan

Вам также может понравиться