Вы находитесь на странице: 1из 25

ISU ETIK DAN

LEGAL DALAM
KEPERAWATAN
JIWA
ETIK KEPERAWATAN
• Sudut pandang pd apa yg baik dan benar untuk
kesehatan dan kehidupan manusia.
• Etik adalah standart perilaku atau keyakinana
terhadap nilai dari individu atau kelompok
• Mengarahkan bagaimana seorang perawat
harus bertindak dan berinteraksi dengan orang
lain
• Sebagai tenaga profesional perawat harus
memberikan standart etik dan akuntabilitas
yang tertinggi dalam melaksanakan pratek
keperawatan
Etik dan hukum

 Mengatur bidang  Pda masyarakat


yang sama statis --> etik , moral
 Landasan sama yaitu sudah cukup-->
moral berlandaskan hati
nurani
 Pelanggaran pada
etik dianggap hampir  Pda masyarakat
sama dengan kompleks perlu
pelanggaran hilai “hukum”
hukum
 Pada hukum tidak
mengatur hal kecil
keperawatan jiwa vs hukum
1. Pasien gangguan jiwa 1. Masyarakat
2. Mengontrol kebiasaan 2. Mengontrol sistem
individu yang berlaku di
masyarakat

Perawat perlu mengerti dan terbiasa dengan hukum yang dianut di masing
masing negara / daerah
Aspek legal etik penting dalam keperawatan jiwa untuk memastikan hak
pasien mendapat pelayanan terbaik
Penegak hukum dan perawat jiwa sam sama menangani kebiasaan
manusia dan tanggung jawab meraka pada orang sekitar
BERSUMBER DR PERNYATAAN
FLORENCE NIGHTINGALE
= IKRAR PROFESI

1.Membantu yg sakit 2.Membantu yg sehat


Untuk mencapai Mempertahankan
keadaan sehat kesehatannya

4. Membantu seseorang
Yg menghadapi 3. Membantu mereka yg
Kematian untuk hidup tdk dpt disembuhkan
seoptimal mungkin Untuk menyadari
Sampai menjelang potenasinya
ajal
Hak pasien Jiwa secara umum
(Stuart & Laraia, 2001)
• Hak untuk berkomunikasi dengan orang lain di
luar RS dengan berkorespondensi, telepon dan
mendapatkan kunjungan
• Hak untuk berpakaian
• Hak untuk beribadah
• Hak untuk dipekerjakan apabila memungkinkan
• Hak untuk menyimpan dan membuang barang
• Hak untuk melaksanakan keinginannya
• Hak untuk memiliki hubungan kontraktual
• Hak untuk membeli barang
• Hak untuk pendidikan
• Hak untuk pemeriksaan jiwa atas inisiatif pasien
• Hak pelayanan sipil
• Hak mempertahankan lisensi hukum; supir, lisensi
profesi
• Hak untuk memuntut dan dituntut
• Hak untuk menikah dan bercerai
• Hak untuk tidak mendapatkan restrain mekanik yang
tidak perlu
• Hak untuk review status secara periodik
• Hak untuk perwalian hukum
• Hak untuk privasi
• Hak untuk informend consent
• Hak untuk menolak perawatan
Alasan masuk RS Jiwa
• Berbahaya untuk diri sendiri dan orang
lain
• Membutuhkan perawatan
• Tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara mandiri
Istilah
• Restrains adalah aplikasi langsung kekuatan
fisik pada seseorang, tanpa atau dengan izin,
untuk membatasi kebebasan bergerak.
• Seclusion (pengasingan) adalah pengurungan
seseorang bukan keinginan sendiri dalam
konstruksi khusus, ruangan terkunci dengan
sebuah jendela keamanan atau kamera untuk
monitoring visual langsung (JCAHO,2000).
HIRARKI DALAM MEMBATASI PASIEN JIWA
(Stuart & Laraian, 2001, p. 174)
Pembatasan bisa dalam makna dibatasi secara fisik atau
dibatasi pilihannya. Hirarki dari yang paling restriktif ke
yang kurang restriktif.

• Ekstrimitas tubuh
• Batasan ruang gerak ( kamar isolasi)
• Batasan dalam aktivitas sehari-hari, misal acara TV,
waktu merokok, komunikasi
• Aktivitas yang bermakna, misal akses untuk ikut
rekreasi
• Pilihan perawatan
• Kontrol sumber keuangan
• Ekspresi verbal dan emosional
PRINSIP MORAL DALAM
PRAKTEK KEPERAWATAN
1. Autonomi
2. Beneficience
3. Nonmaleficience
4. Justice
5. Kejujuran, Kesetiaan dan Kerahasiaan
1. Autonomi
• Setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih
rencana kehidupan dan cara mengatur dirinya

• Menghargai harkat dan martabat manusia sbg


individu yg dapat memutuskan yg terbaik untuk
dirinya.

• Setiap tindakan keperawatan harus melibatkan pasien


dan berpartisipasi dalam membuat keputusan yang
berhubungan dg asuhan keperawatan
2. Beneficience
• Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak
merugikan orang lain.
• Tidak menimbulkan bahaya bagi orang lain,
• Perawat scr moral berkewajiban membantu orang lain
melakukan sesuatu yg menguntungkan dan mencegah
timbulnya bahaya

beneficience authonomy
3. Non Maleficience dan Kemaslahatan
• Prinsip Non Maleficience dan
Kemaslahatan dapat dilihat
kontinum rentang dari bahaya yg
tidak berarti (non maleficience)
sampai menguntungkan orang
lain dg melakukan yg baik
(kemaslht).
• Menuntut perawat menghindari
yg membahayakan pasien
selama pemberian asuhan
keperawatan
• Bekerja dg konsep dalin di RS.
4. Keadilan
• Merupakan suatu prinsip moral untuk
berlaku adil terhadap semua pasien
sesuai dengan kebutuhan .
• Setiap individumendapat tindakan yg
sama berarti mempunyai kontribusi yg
relatif sama untuk kebaikan kehidupan
seseorang.
5. Kejujuran, Kerahasiaan dan
Kesetiaan

• Kejujuran adalah kewajiban untuk


mengungkapkan yg sebenarnya atau tdk
membohongi pasien didasarkan pd hub
saling percaya.
• Kerahasiaan adalah kewajiban untuk
melindungi informasi rahasia.
• Kesetiaan adalah kewajiban untuk
menepati janji
METODE DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN ETIS

1. Menunjukan maksud baik.


2. Mengidentifikasi semua orang penting.
3. Mengumpulkan informasi yg relevan.
4. Mengidentifikasi prinsip etis yang
penting
5. Mengusulkan tindakan alternatif.
6. Melakukan tindakan.
UU KES
36/2009 dan
KEPMENKES
148/2010 SOLUSI LANGKAH
KEPUTUSAN ETIK

TEORI – Masalah Klarifikasi Identifikasi


PRINSIP Etik Delima etik Pulta Pilihan
ETIK

NILAI-NILAI Evaluasi Pelaksanaan Keputusan


(Agama,
budaya,
Dll)

SCIENTIFIC
REASONING
PENGARUH HUKUM DALAM PRAKTEK KEP. JIWA

Perawat sebagai
warga negara

Perawat sebagai
pemberi pelayanan
Perawat
sebagai Hak-hak
pegawai pasien
MASALAH LEGAL DALAM
PRAKTEK KEPERAWATAN

• Dapat terjadi bila tidak tersedia tenaga keperawatan


yg memadai tidak tersedia standar praktek dan tidak
ada kontrak kerja.
• Perawat profesional perlu memahami aspek legal
untuk melindungi diri dan melindungi hak-hak pasien
danmemahami batasa legal yg mempengaruhi praktek
keprwt.
• Pedoman legal Undang-undang praktek, peraturan
Kep Men Kes No 1239 dan Hukum adat.
LIABILITAS DALAM
KEPERAWATAN JIWA
1. Pasien bunuh diri
2. Gagal mendiagnosa
3. Masalah terkait dengan ECT
4. Penyalahgunaan obat-obat Psikoaktif
5. Melanggar kerahasiaan
6. Gagal merujuk pasien
7. Gagal untuk melaporkan penganiyaan
8. Tidak adanya informed consent
Pertanggungjawaban Pidana terkait dengan
kondisi jiwa seseorang

• Tindakan kriminal yang dilakukan oleh seseorang yang


diduga memiliki kelainan jiwa perlu mendapatkan
penyelididkan dari seorang ahli kesehatan jiwa ( Visum
et repertum psikiatrikum; VER)
• Argumen yang menyebutkan bahwa seseorang yang
didakwa melakukan tindakan kriminal dianggap tidak
bersalah karena orang tersebut tidak bisa mengontrol
perbuatannya atau tidak mengerti perbedaan antara
benar dan salah yang dikenal sebagai Peraturan
M’Naghten.
• Saat orang tersebut memenuhi kriteria, dia dapat
dinyatakan tidak bersalah karena mengalami gangguan
jiwa.
MINIMALKAN LIABILITAS

1. Ikuti Standar.
2. Berikan Pel. Kep yg kompeten
3. Hubungan empaty, hormat dan bela rasa
4. Dokumentasi lengkap dan objektif dan
tepat waktu dan tepat waktu.
5. Perawat menolong di tempat umum
STANDAR KEPERAWATAN
• Pedoman praktek kep yang aman dan
tepat.
• Menekakankan tanggung gugat
• Tanggung jawab :
Mengacu pd pelaksanaan tugas yg
dikaitkan dg peran perawat.
• Tanggung gugat:
Dapat memberikan alasan atas tindakan
kep yg diberikan atas diri, pasien,
profesi, atasan dan masyarakat
Don’t take it seriously ….

Вам также может понравиться