Вы находитесь на странице: 1из 88

Kegawatdaruratan Medik

Pengenalan gejala dan tanda yang


dapat mengancam keselamatan jiwa
dan upaya mempertahankan kehidupan
Tujuan
• Umum
– mampu untuk mengenali dan menatalaksana
kegawatdaruratan medik obstetrik dan neonatal
• Khusus
– Mampu mengenali dan melaksanakan tindakan
medik untuk menatalaksana:
• Syok hipovolemik
• Syok septik
• Syok neurogenik
• Perdarahan hebat
• Trauma intraabdomen
• Resusitasi Kardiopulmoner
Stabilisasi
Elemen-elemen penting dalam
stabilisasi pasien adalah :
– Menjamin kelancaran jalan nafas,
pemulihan sistem respirasi dan sirkulasi
– Menghentikan sumber perdarahan atau
infeksi
– Mengganti cairan tubuh yang hilang
– Mengatasi rasa nyeri atau gelisah
Terapi Cairan
• Kondisi gawatdarurat  restorasi cairan
• Larutan isotonik yang dianjurkan:
– Ringer Laktat
– NaCl fisiologis/garam fisiologis (normal saline).
• Untuk pemberian cairan infus, perhatikan :
– jumlah cairan yang akan diberikan
– lamanya pemberian per unit cairan
– ukuran atau diameter jarum (no. 16-18) dan
kecepatan tetesan. Jumlah per mililiter tetesan
bervariasi antara 10-20 tetes per mililiter.
Transfusi Darah
• Transfusi darah untuk restorasi segera
terhadap defisit darah akibat perdarahan
• Dapat menyelamatkan pasien tetapi juga
memiliki risiko yang fatal (anafilaktik,
hemolisis atau inkompatibilitas) atau risiko
transmisi penyakit berbahaya (HPV,
HIV/AIDS)
• Pemberian transfusi darah, harus melalui
serangkaian proses yang teliti dan
pertimbangan yang matang
Pasien wanita 25 th, HPP
Tensi 60, nadi lemah teraba 160 / menit
Telapak tangan dingin basah, Hb 6

#4 : HES
#2 : RL

#3 : RL
#5 : Transfusi

#1 Posisi Syok
Kasus Gawat Darurat Obstetri

1. Kehamilan < 20 mgg : Abortus, KET,


Hiperemesis, Mola Hidatidosa
Kehamilan > 20 mgg : HAP, solusio plasenta,
ruptur uteri,PE/Eklampsi
2. Persalinan : Plasenta previa, Ruptura uteri,
infeksi intrapartal, KPD
3. Pasca persalinan : HPP, invertio uteri, Infeksi
Gawat Darurat Maternal
Abortus
Definisi :
• Perdarahan dari uterus yang disertai dengan
keluarnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi
sebelum pada usia kehamilan < 20-24 minggu dan
atau Berat < 500gr
Patofisiologi :
• Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam
desidua basalis + nekrosis jaringan sekitarnya 
hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya
(benda asing dalam uterus)  uterus berkontraksi
untuk mengeluarkannya.
Korelasi Abortus dengan Usia Kehamilan

Pada kehamilan < 8 Mg


• Hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya, karena villi koriales belum
menembus desidua secara dalam.

Pada kehamilan 8-14 Mg


• Villi koriales menembus desidua lebih
dalam, sehingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna  banyak
perdarahan.

Pada kehamilan > 14 Mg


• Yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah adalah janin, disusul plasenta,
jika lengkap perdarahan tidak banyak .
Diagnosa dan Penanganan
• Perdarahan pervaginam, setelah mengalami terlambat
haid pada wanita usia reproduksi.
• Tes kehamilan positif

Prinsip Penatalaksanaan perdarahan per vaginam pada usia


kehamilan muda :
1. JANGAN LANGSUNG LAKUKAN KURETASE !!!
2. Tentukan keadaan janin, mati atau hidup. Bila memungkinkan
periksa dengan USG.
3. Beta HCG masih dapat positif walaupun janin sudah mati
Jenis dan Derajat Abortus Spontan

•Abortus Iminens
•Abortus Insipiens
•Abortus Inkomplit
•Abortus Komplit
•Retensi Embrio (Missed Abortion)
Abortus Imminens

• Peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan < 20


minggu, hasil konsepsi masih dalam uterus, tanpa adanya
dilatasi serviks.
Gejala
• perdarahan dari OUE, mules sedikit/(-), besar uterus = usia
gestasi, OUI tertutup, tes kehamilan positif.
Penanganan :
• Bedrest
• USG  janin hidup / mati
• Prognosa tergantung macam & lamanya perdarahan.
Prognosa kurang baik jika perdarahan lama, disertai mules
dan pendataran serta pembukaan serviks.
Abortus Insipien
• Peristiwa perdarahan utereus pada kehamilan < 20 minggu,
dengan dilatasi serviks uteri yang meningkat, hasil konsepsi
masih dalam uterus.

Gejala :
• Mules sering & kuat, perdarahan bertambah banyak.

Penanganan
• Penanganan : pengeluaran hasil konsepsi bisa dengan kuret
vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan.
• Pada kehamilan > 12 MG, perdarahan tridak banyak, bahaya
perforasi > besar  Infus oksitosin.
• Bila janin sudah keluar, plasenta tertinggal  pengeluaran
plasenta secara digital  kerokan.
Abortus Inkompletus

• Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan < 20


minggu, dengan sisa yang tertinggal dalam uterus.

Diagnosis
• Kanalis servikalis terbuka, teraba, jaringan dapat teraba
dalam kavum uteri/ menonjol dari OUE, perdarahan bisa
banyak sekali, tak akan berhenti sebelum sisa konsepsi
dikeluarkan  syok.

Terapi
• Penanganan syok  infus NaCl/RLtransfusi kerokan
ergometrin im
Abortus Kompletus

• Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

Gejala
• Perdarahan sedikit, ostium uteri eksternum terutup, uterus mengecil.

Penanganan
• Bila anemis  Sulfas Ferrosus.
Missed Abortion
• Kematian janin < 20 Mg, tapi tidak dikeluarkan selama  8 Mg.

Etiologi ??, diduga Hormon progesteron

Gejala
• Diawali dengan abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau setelah terapi.
• Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae mengendor, uterus
mengecil, tes kehamilan (-). Sering disertai gangguan pembekuan
darah karena hipofibrinogenemia.

Terapi
• Tergantung KU & kadar fibrinogen serta psikis os. Jika < 12 Mg  DC,
jika > 12 Mg  infus oksitosin 10 IU/D5 500 cc atau Prostagalndin E
Abortus Habitualis

• Abortus spontan yang terjadi  3x berturut-turut (0,41%,


Bishop)

Etiologi :
• Abortus spontan, imunologik/ kegagalan reaksi terhadap
antigen.

Penanganan :
• Anamnesa lengkap, pemeriksaan golongan darah suami &
istri, inkompatibilitas darah, pemeriksaan VDRL, TTGO,
pemeriksaan Kromosom & mikoplasma.
• Pada Trimester 2  inkompeten serviks  cerclage
• Tatalaksana tergantung etiologi
Abortus Infeksiosus / Abortus Septik

• Abortus infeksiosus : abortus yang disertai infeksi traktus


Genitalia.
• Abortus septik : abortus infeksiosus berat disertai
penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah
atau peritoneum.
Gejala :
• Terjadi abortus disertai tanda infeksi : demam, takikardi,
perdarahan pervaginam berbau, uterus membesar, lembek,
nyeri tekan, lekositosis. Bila sepsis  demam , menggigil,
Tekanan Darah .
• Penanganan ; infus  transfusi, Antibiotik. Kuretase
dilakukan dalam 6 jam
Tabel 4-3
DERAJAT ABORTUS

Diagnosis Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain

Abortus Sedikit  Tertutup Sesuai usia Pt positif


iminens sedang Lunak kehamilan · Kram ringan
· Uterus lunak

Abortus Sedang  Terbuka Sesuai atau Kram sedang/kuat


insipiens banyak Lunak lebih kecil · Uterus lunak

Abortus Sedikit  Terbuka  usia • Kram kuat


inkomplit banyak Llunak kehamilan . Keluar jaringan
• Uterus lunak

Abortus Sedikit  Tertutup  usia Sedikit/tanpa kram


komplit tidak ada Lunak kehamilan · massa kehamilan (+/-)
· Uterus agak kenyal
Gawat Darurat Maternal
Perdarahan Ante Partum

Definisi Perdarahan
perdarahan dari jalan antepartum yg
lahir setelah usia berbahaya terutama
kehamilan 22 minggu berasal dari plasenta
•Plasenta
Klasifikasi previa
klinis •Solusio
perdarahan : plasenta
•Vasa previa
PLASENTA PREVIA

• Plasenta yang
berimplantasi pada
segmen bawah rahim
Definisi sehingga menutupi
sebagian/seluruh
ostium uteri internum
PLASENTA PREVIA
Klasifikasi

Menutupi Tepi plasenta plasenta letak rendah


Menutupi
SeluruhOUI berada pada Plasenta berimplantasi
Sebagian pada SBR sehingga tepi
OUI pinggir OUI
bawahnya berada pada
jarak 2 cm dari OUI
PLASENTA PREVIA

Gambaran Klinik
• Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri, pada akhir trimester kedua keatas
• Perdarahan ulangan umumnya lebih banyak dari perdarahan awal
• Darah berwarna merah segar
• Makin rendah letak plasenta, perdarahan terjadi makin dini
• Bagian terbawah janin tidak dapat masuk rongga panggul; mungkin disertai
kelainan letak
Usia lanjut

Multiparitas
Faktor Resiko
Riwayat SC

Merokok
PLASENTA PREVIA

Diagnosis
• Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu,
tanpa sebab, tanpa nyeri
• Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin tidak dapat msk panggul; mungkin
dijumpai pula kelainan letak
• Pemeriksaan in spekulo
Dilakukan untuk mengetahui apakah sumber perdarahan
dari OUE atau kelainan serviks & vagina. Bila berasal dari
OUE dicurigai terdapat plasenta previa
PLASENTA PREVIA
• Ultrasonografi
Pemeriksaan penunjang paling baik dan paling akurat. Hasil positif palsu dapat
disebabkan distensi vesika
• Pemeriksaan dalam
Hanya dilakukan di atas meja operasi (PDMO), biasanya dilakukan pada saat akan
terminasi
PLASENTA PREVIA

Penanganan
• Pada Usia Kehamilan < 36 mg
• Perdarahan sedikit :
• Dirawat sampai 36 mg ( Ekspektatif ), syarat :
• Hamil preterm, perdarahan sedikit dan berhenti
• Belum ada tanda-tanda inpartu
• KU ibu cukup baik ( Hb normal )
• Janin masih hidup
• Antibiotika profilaksis
• Betametason 12 mgIV dosis tunggal  pematangan paru
• Mobilisasi bertahap
• Perdarahan banyak
• Resusitasi cairan
• Atasi anemia (transfusi darah)
• PDMO : PP  SC
PLASENTA PREVIA
 Usia Kehamilan > 37 mg ( TBJ > 2500 gr )
 PDMO : PP  SC (elektif)
 Plasenta Letak Rendah dengan perdarahan sangat sedikit, persalinan
pervaginam masih mungkin, jika tidak  SC.

 Persalinan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika terdapat penekanan pada plasenta, dapat
dengan cara:
 Amniotomi dan akselerasi :
Pada plasenta previa lateralis/ marginal
Pembukaan > 3 cm
Presentasi kepala
Pecah ketuban  plasenta mengikuti SBR, ditekan oleh kepala bayi. Jika
kontraksi uterus belum ada/lemah, akselerasi dengan infus oksitosin.
 Versi Braxton Hicks :
Tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin
Tidak dilakukan pada janin masih hidup.
SOLUSIO PLASENTA

• Terlepasnya sebagian/seluruh
permukaan maternal plasenta
dari letak implantasinya yang
Definisi normal pada lapisan desisua
endometrium sebelum janin
lahir
• Concealed hemorrhage
SOLUSIO PLASENTA
Klasifikasi
SOLUSIO PLASENTA
Berdasarkan Gambaran Klinis dengan derajat lepasnya
plasenta
 Ringan
pelepasan plasenta < 25% atau <1/6 bagian permukaan, jumlah
darah yang keluar <250 ml, tumpahan darah seperti pada haid,
uterus tidak tegang, belum ada tanda syok, janin hidup
 Sedang
pelepasan plasenta 25-50%, Perdarahan 250-1000 cc, uterus
tegang, tanda pre syok (+)
 Berat
Pelepasan plasenta >50%, Perdarahan >1000 cc, Uterus tegang,
tanda syok (+), janin mati
SOLUSIO PLASENTA
Faktor Resiko
Sosio ekonomi
 Usia ibu tua
 Multiparitas
Fisik
 Trauma tumpul abdomen dalam kehamilan
Kelainan pada rahim
 Mioma dibelakang plasenta
 Uterus berseptum
Penyakit ibu
 Hipertensi menahun
 Kelainan sistem pembekuan darah
Sebab iatrogenik
 Merokok
 kokain
SOLUSIO PLASENTA
Penanganan
Usia Kehamilan < 36 mg
Ringan
Ekspektatif bila perbaikan + (perdarahan
berhenti, his (-), janin hidup)
Tirah baring
Atasi anemia
USG dan KTG serial kl memungkinkan
Tunggu persalinan spontan
Aktif, bila memburuk (perdarahan terus, his
terus, mengancam ibu/janin)
Partus pervaginam
(amniotomi/oksitosin infus)
Perdarahan & Bishop skor < 5 atau
persalinan masih lama > 6jam – SC
SOLUSIO PLASENTA
Penanganan
Usia Kehamilan < 36 mg
Sedang/ Berat
Resusitasi cairan
Atasi anemia (transfusi darah)
Partus pervaginam bila diperkirakan dalam 6 jam
(amniotomi & infus oksitosin)
SC dipertimbangkan bila pervaginam tidak dapat
berlangsung 6 jam

Usia Kehamilan > 37 mg ( TBJ > 2500 gr )


Ringan/sedang/berat  SC bila persalinan
pervaginam lama ( > 6 jam )
VASA PREVIA

• Merupakan kelainan tali pusat akibat dari


insersi velamentosa, dimana pembuluh
umbilikalis memisah di dalam selaput
agak jauh dari tepi plasenta

Definisi • Pembuluh darah janin melintasi OUI dan


berada di bagian depan presentasi janin
• Mortalitas janin tinggi akibat kehilangan
darah >> saat pembuluh robek atau
akibat sumbatan vaskular oleh bagian
presentasi janin
VASA PREVIA

Gambaran Klinis

• Perdarahan per vaginam : merah segar, tidak nyeri


• DJJ : dapat lambat & irreguler  gawat janin. DJJ
dapat (-) bila tjd kehilangan darah yg hebat
• Dpt terlihat vasa previa mell spekulum/amnioskopi
• Pembuluh janin dpt terpalpasi pd VT
VASA PREVIA
Penanganan
• Usia Kehamilan < 36 mg
• Dpt diraba pemb drh janin mll pembukaan serviks
• Dpt terlihat vasa previa mll spekulum/ amnioskopi
• Janin mati : partus pervaginam
• Janin hidup : pertimbangkan SC

• Usia Kehamilan > 37 mg ( TBJ > 2500 gr )


• Janin mati : partus pervaginam
• Janin hidup : SC
Gawat Darurat Maternal
Definisi
• Definisi Lama
• Kehilangan darah > 500 mL setelah persalinan
pervaginam
• Kehilangan darah > 1000 mL setelah persalinan sesar (SC)
• Definisi Fungsional
• Setiap kehilangan darah yang memiliki potensia untuk
menyebabkan gangguan hemodinamik
• Insidens
• 5% dari semua persalinan
Etiologi

4T
•Tone - Atoni uterus
•Tissue - Sisa plasenta/bekuan
•Trauma - laserasi, ruptur,inversio
•Thrombin - koagulopati
Diagnosis Perdarahan Pascapersalinan
Gejala dan tanda Gejala dan tanda yang Diagnosis
yang selalu ada Kadang-kadang ada kemungkinan

•Uterus tidak berkontraksi dan lembek •Syok Atonia uteri


•Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan primer atau)
•Perdarahan segera •Pucat Robekan jalan
•Darah segar yang mengalir segera setelah bayi •Lemah lahir
lahir •Menggigil
•Uterus kontraksi baik
•Plasenta lengkap
•Plasenta belum lahir setelah 30 menit •Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
•Perdarahan segera (P3) berlebihan
•Uterus kontraksi baik •Inversio uteri akibat tarikan
•Perdarahan lanjutan
•Plasenta atau sebagian selaput (mengandung •Uterus berkontaksi tetapi tinggi Tertinggalnya
pembuluh darah) tidak lengkap fundus tidak berkurang sebagian plasenta
•Perdarahan segera (kontraksi hilang-timbul)
Gejala dan tanda Gejala dan tanda yang Diagnosis
yang selalu ada Kadang-kadang ada kemungkinan

•Uterus tidak teraba •Syok neurogenik Inversio uteri


•Lumen vagina terisi massa •Pucat dan limbung
•Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
•Perdarahan segera
•Nyeri sedikit atau berat
•Sub-involusi uterus •Anemia Perdarahan
•Nyeri tekan perut bawah •Demam terlambat
•Perdarahan > 24 jam setelah persalinan. Endometritis atau
Perdarahan sekunder atau P2S. Perdarahan sisa plasenta
bervariasi (ringan atau berat, terus menerus atau (terinfeksi atau
tidak teratur) dan berbau (jika disertai infeksi) tidak)

•Perdarahan segera (Perdarahan intraabdominal •Syok Robekan dinding


dan / atau pervaginam •Nyeri tekan perut uterus (Ruptura
•Nyeri perut berat atau akut abdomen •Denyut nadi ibu cepat uteri
Perdarahan pascapersalinan 
termasuk kegawatdaruratan obstetrik

Prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan


• Sebagian besar kegawatdaruratan dapat dihindari 
perencanaan yang benar, ikuti petunjuk klinis,
pemantauan seksama
• Reaksi terhadap kegawatdaruratan  kerja tim dg
anggota yang mengetahui : klinis pasien, diagnosis,
penanganan, manfaat dan efek samping obat,
peralatan gawat darurat dan cara kerjanya
Pencegahan

• Bersiap dan waspada


• Manajemen aktif kala 3
• Oksitosin profilaksis setelah persalinan atau setelah lahir bahu anterior
• 10 U IM or 5 U IV bolus
• 20 U/L N/S IV tetesan cepat
• Penjepitan dan pemotongan tali pusat secara cepat
• Peregangan tali pusat terkendali dengan perasat Brand-andrew
Penatalaksanaan
Penanganan Umum
• Jangan tinggalkan pasien sendiri
• Mintalah bantuan. Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
• Lakukan pemeriksaan secara tepat KU ibu, termasuk tanda vital
• ABC (Jaga jalan napas, O2, cairan)
• Bila dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan penanganan syok.
Penatalaksanaan

Diagnosis – Apakah ini HPP?


• Pertimbangkan faktor risiko
• Lakukan observasi jumlah
perdarahan
• Perhatikan darah yang keluar dari
vagina setelah operasi sesar
• Ingat !!!
• Darah yang hilang selalu
dianggap sedikit dari yang
seharusnya
Perdarahan post partum

•A = airway
•B = breathing
•C = circulation
Penanganan Awal
• Nilai kegawatan melalui pemeriksaan tanda vital
• Cegah hipotermia dan miringkan kepala/tubuh
pasien untuk mencegah aspirasi muntahan.
– Jangan berikan sesuatu melalui mulut untuk mencegah
aspirasi.
• Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen melalui
slang atau masker dengan kecepatan 6-8 liter per
menit
• Tinggikan tungkai untuk membantu beban kerja
jantung.
– Bila setelah posisi tersebut ternyata pasien menjadi sesak
atau mengalami edema paru maka kembalikan tungkai
pada posisi semula dan tinggikan tubuh atas untuk
mengurangi tekanan hidrostatik paru
Terapi Definitif
• Tentukan penyebab syok dan tentukan
tindakan segera untuk mengatasi hal
tersebut
– Perdarahan  hipovolemik
– Infeksi  septik
– Nyeri hebat  kardiogenik/vasovagal
• Infus/restorasi cairan
• Oksigen
• Antibiotika
• Agen Vasoaktif
RESUSITASI
upaya pemulihan kesadaran penderita
yang secara klinis dan mendadak atau
baru mengalami kehilangan tanda-
tanda kehidupan
atau
restorasi fase awal kegagalan fungsi
vital, baik sistem pengaturan fungsi
vital tunggal maupun majemuk
Tahapan Resusitasi

Dukungan Awal terhadap Fungsi : Airway (Bebaskan jalan nafas)


Vital (Basic Life-support) Breathing (Pulihkan napas/ventilasi buatan)
Circulation (Perbaiki sirkulasi)

Dukungan Lanjut terhadap Fungsi : Drugs and Fluid (Obat dan cairan)
Vital (Advanced Life-support) Electrocardiography (Pemeriksaan Jantung)
Fibrilation (Atasi ggn alur impuls jantung)

Mempertahankan Fungsi Vital : Gauging (Penilaian dan terapi lanjutan)


(Prolonged Life-support) Human Mentation (Pelihara fungsi normal)
Intensive Care (Perawatan Intensif)
Penatalaksanaan

SYOK
Tanda dan gejala :
• Nadi cepat dan lemah (110 x/mnt atau lebih)
• Tekanan darah yang rendah (sistolik < 90 mmHg)
• Tanda lain : pernafasan cepat, pucat, akral dingin,
gelisah, urin sedikit
• Prinsip dasar penanganan : tujuan utama
menstabilkan kondisi pasien, memperbaiki volume
cairan sirkulasi darah, mengefisiensikan sistem
sirkulasi darah.
1. Atonia uteri

Masase uterus, pasang minimal 2 IV line


Oksitosin 20-40 IU dlm RL 500 cc 20-40 tts, Ergometrin 0,2 mg IM/IV

Perlukaan (-), retensio/ sisa plasenta (-)


Uterus tidak berkontraksi
Ergometrin 0,2 mg dapat diulang 15’ dari I
Misoprostol 1000 mcg rektal

Kompresi bimanual
Kompresi aorta abdominalis
perdarahan (+)

Tampon uterus
Rujuk RS

Ligasi arteri atau histerektomi


Masase fundus uteri
Segera sesudah plasenta lahir
(maksimal 15 detik)

Uterus kontraksi Ya Evaluasi rutin


?
Tidak

 Evaluasi / bersihkan bekuan


darah / selaput ketuban
 Kompresi Bimanual Interna
(KBI)  maks. 5 menit
 Pertahankan KBI selama 1-2 menit
Uterus kontraksi ? Ya  Keluarkan tangan secara hati-hati
 Lakukan pengawasan kala IV
Tidak

 Ajarkan keluarga melakukan Kompresi


Bimanual Eksterna (KBE)
 Keluarkan tangan (KBI) secara hati-hati
 Suntikan Methyl ergometrin 0,2 mg i.m
 Pasang infus RL + 20 IU Oksitosin, guyur
 Lakukan lagi KBI
Uterus kontraksi Ya Pengawasan
? kala IV
Tidak

 Rujuk siapkan laparotomi


 Lanjutkan pemberian infus + 20 IU Oksitosin
minimal 500 cc/jam hingga mencapai
tempat rujukan
 Selama perjalanan dapat dilakukan
Kompresi Aorta Abdominalis atau Kompresi
Bimanual Eksternal

Ligasi arteri uterina dan/atau hipogastrika Perdarahan Pertahankan


B-Lynch method berhenti uterus

Perdarahan
berlanjut

Histerektomi
Postpartum
Hemorrhage

•Management - Bimanual Massage


2. RETENSIO PLASENTA
• Plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir
• Plasenta sudah lepas, inkarseratio plasenta
• Plasenta adhesiva, plasenta akreta-perkreta
• Perasat Brandt-Andrew
• Manual plasenta
• Bila diagnosis plasenta inkreta  histerektomi
Plasenta manual
• Dilakukan bila plasenta belum lahir 30 menit setelah
bayi lahir
• Berikan sedativa dan analgetik jika diperlukan
(untuk relaksasi dan mencegah refleks vagal)
• Masukkan tangan secara obstetrik dengan
menelusuri bagian bawah tali pusat, sementara
tangan yang lain menahan fundus uteri
• Lepaskan implantasi plasenta
• Jika plasenta tidak dapat dilepaskan  plasenta
akreta
3. INVERSIO UTERI
• Bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga
fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum
uteri
• Derajat 1, 2, 3
• Terjadi tiba-tiba pada kala III, akibat tindakan
• Gejala : nyeri, perdarahan
• Diagnosis : fundus uteri tidak teraba, pada derajat 3
dapat ditemui ostium tubae
• Reposisi pervaginam segera dalam anestesi umum,
bila perlu laparotomi
•Replacement of Inverted Uterus
• Replacement of Inverted Uterus
4. PERLUKAAN & PERISTIWA LAIN
DALAM PERSALINAN

• Perlukaan vulva
• Pada primipara hati-hati laserasi periuretral
• Ruptur perineum grade 1, 2, 3 , 4. Pemberian laksans dan
diet rendah serat pada grade 3-4
• Perlukaan vagina
• Sering pada ekstraksi dengan forceps
• Dapat terjadi kolpaporeksis. Hati-hati  fistula
• Robekan serviks
• Lakukan eksplorasi
• Ruptura uteri
- Lakukan eksplorasi kavum uteri
• Ditemukan sebagian besar pada bagian bawah uterus
• Ruptura uteri spontan, ruptura uteri traumatik (pada
versi ekstraksi), ruptura uteri pada parut uteri (lebih
sering pada seksio sesarea klasik dibanding profunda)
• Emboli air ketuban
• Masuknya air ketuban melalui vena endoserviks atau
sinus vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan
plasenta
• Adanya rambut lanugo, verniks kaseosa, mekoneum
menyumbat pemb darah kapiler. Zat asing dari janin
menimbulkan reaksi anafilaksis
• Hematoma obstetrik
• Karena pertolongan persalinan, karena penjahitan luka
episiotomi atau ruptura perinei yang kuarng sempurna
• Hematoma infralevatorial atau supralevatorial
• Lakukan eksplorasi dan hemostasis
Gawat Darurat Maternal
Pada tahun 2016 European Society of Intensive Care
Medicine (ESICM) mempublikasikan consensus baru
definisi sepsis dan kriteria klinis yang terkait :

1. Istilah SIRS dan sepsis berat ditiadakan.


2. Sepsis kini didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam yang
disebabkan disregulasi terhadap infeksi.
3. Disfungsi organ kini didefinisikan dengan adanya perubahan dari skor
SOFA (Sequential organ failure assessment)
4. Syok septik didefinisikan sebagai sepsis dimana terjadi abnormalitas
metabolik atau selular cukup menyebabkan peningkatan mortalitas.
Klasifikasi Sepsis
SEPSIS

• Sepsis merupakan sindrom yang dipengaruhi oleh factor pathogen


dan factor host seperti usia, jenis kelamin, determinan genetic,
komorbid penyert dan lingkungan.
• Yang membedakan sepsis dari infeksi adalah telah terjadinya
disregulasi dari respon host dan munculnya disfungsi organ.
• Disfungsi organ tersebut dapat terjadi dengan tidak dikenali nya
infeksi yang sedang terjadi, sehinggan adanya disfungsi organ yang
akut dan tidak dapat dijelaskan penyebabnya perlu dipikirkan
kemungkinan adanya suatu infeksi.
• Diagnosis sepsis ditegakkan dengan kriteia SIRS
Kriteria SIRS
DISFUNGSI ORGAN

• Derajat disfungsi organ dievaluasi dengan berbagai skoring yang


menilai abnormalitas dari tanda klinis dan data laboratorium dan
intervensi terapetik yang diberikan.
• Salah satu sistem skoring yang dipakai adalah Sequential Organ
Failure Assesment (SOFA).
• Semakin tinggi jumlah skor SOFA maka risiko mortalitas akan
meningkat.
• Skor SOFA menentukan derajat abnormalitas sistem organ dan
intervensi yang harus kita lakukan.
SKORING SOFA
ALUR PENILAIAN SOFA
SYOK SEPSIS

• Syok sepsis adalah keadaan sepsis dengan adanya abnormalitas


sistem sirkulasi dan metabolism selular hingga mampu menyebabkan
kematian.
• Pada consensus Sepsis 2016 dikatakan :
“Patients with septic shock can be identified with a clinical
construct of sepsis with persisting hypotension requiring
vasopressors to maintainMAP_65mmHg and having a serum lactate
level >2 mmol/L (18mg/dL) despite adequate volume resuscitation.
With these criteria, hospital mortality is in excess of 40%.”
• Dari berbagai kesepakatan dalam menyusun panduan sepsis,
peningkatan laktat menggambarkan disfungsi selular karena berbagai
faktor seperti hantaran oksigen yang tidak cukup, terganggunya
respiratorik aerob, peningkatan glikolisis aerob dan menurunnya
bersihan pada hepar. Hiperlaktatemia menjadi penanda derajat
sepsis dan semakin tinggi nilai laktat maka semakin tinggi pula risiko
mortalitas yang bias terjadi.
TATA LAKSANA

• Pemberian antimicrobial dini dan efektif:


Dari Survival Sepsis Campaign (SSC)
merekomendasikan pemberian antibiotic
dalam waktu 1 jam dari ditegakannya sepsis
berat atau syok sepsis. Untuk mencapai
eradikasi mikroorganisme maka perlu
dilakukan prosedur skrining dan protokol pada
pusat pelayanan kesehatan untuk mendeteksi
sepsis, mengambil sampel mikrobiologi segera
dan pemberian antibiotika.
TATA LAKSANA

• Resusitasi
Target tercapainya tekanan vena sentral antara 8-12 mmHg,
mean arterial pressure 65-90 mmHg
urin 0.5 mL/kg/jam
Dengan cairan kristaloid atau koloid dan vasopressor.

Pada “Early Goal Directed Therapy” (EGDT), tiga parameter yang


menjadi target sama dengan target tersebut serta tercapainya saturasi
oksigen vena sentral 70% dengan tranfusi PRC dan agen inotropic bila
diperlukan.
Gawat Darurat Maternal
Patient Positioning

• Left Lateral Tilt


Increases maternal stroke
volume by 30% with
decompression of the inferior
vena cava and the aorta by the
gravid uterus
Improved fetal parameters of
oxygenation, nonstress test,
and fetal heart rate.
• Manual Uterine
Displacement
• Left uterine displacement
performed from the patient’s
left side with the 2-handed
technique
Manual Uterine
Displacement
Left uterine displacement
performed from the the
patient’s right side with
the 1-handed technique
5 Penyebab “cardiac Arrest”
What Defines a Gravid Uterus With the Potential to Cause
Aortocaval Compression?

Not every pregnant woman in cardiac arrest is a candidate for an


emergency cesarean section;
The decision depends on whether or not the gravid uterus is
thought to interfere with maternal hemodynamics.
The exact gestational age at which aortocaval compression occurs is
not consistent,
multiple-gestation pregnancies
intrauterine growth retardation,
Gestational age and number of fetuses may not always be known in
the emergency situation
Less than 20 weeks
urgent Caesarean delivery need not be considered,
because a gravid uterus of this size is unlikely to
significantly compromise maternal cardiac output.
20–23 weeks,
initiate emergency hysterotomy to enable successful
resuscitation of the mother, not survival of the
delivered infant, which is unlikely at this gestational age.
≥24–25 weeks, initiate emergency hysterotomy to save the
life of both the mother and the infant.
Why Perform an Emergency Cesarean Section in Cardiac
Arrest?

Return of spontaneous circulation or improvement in maternal


hemodynamic status only after the uterus has been emptied
Pregnant women develop anoxia faster than non-pregnant women
and can suffer irreversible brain damage within four to six minutes
after cardiac arrest
One systematic review documented 38 cases of Caesarean section
during CPR, with 34 surviving infants and 13 maternal survivors at
discharge, suggesting that Caesarean section may have improved
maternal and neonatal outcomes.
• Katz V, Balderston K, DeFreest M. Perimortem cesarean delivery: were our assumptions correct? Am J
Obstet Gynecol 2005;192:1916–20, discussion 20–1
Langkah langkah resusitasi Jantung Paru

• Ask for hellp


• Bekerja secara tim
• Bersihkan jalan nafas
• Posisikan miring 30 0 dengan kepala ekstensi
• Dengarkan nafas pasien dari mulut pasien ditelinga pemeriksa (10
detik)
• Bila bernafas, berikan oksigen sungkup
• Bila tidak bernafas berikan ventilasi tekanan positif atau dengan
mouth to mouth satu hembusan setiap 5 – 6 menit
• Evaluasi arteri carotis tiap 2 menit, bila arteri carotis tidak teraba
dilakukan RJP.
• Dilakukan dengan 2 penolong

Вам также может понравиться