Oleh : Annafira Yuniar 132011101026 Fadiah Ulfa Khairina 142011101089
Fakultas Kedokteran Universitas Jember
KSM Ilmu Penyakit Saraf RSD dr.Soebandi Jember SKDI 2 : mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya serta mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. • Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan area otak yang bertanggung jawab untuk bahasa. • Dapat terjadi tiba-tiba (stroke atau cedera kepala), atau perlahan-lahan (tumor otak, infeksi). Dapat timbul akibat cedera otak atau proses patologik pada area lobus frontal, temporal atau parietal yang mengatur kemampuan berbahasa, yaitu area Broca, area Wernicke, dan jalur yang menghubungkan antara keduanya. 1. Area Broca 2. Area Wernicke bertanggungjawab atas Bertanggung jawab atas pelaksanaan motorik sensorik untuk impuls berbicara. pendengaran (suara Lesi pada bagian ini diidentifikasi sebagai bahasa) mengakibatkan kesulitan dan impuls visual yang masuk dalam berbicara, tetapi ke pusat visual primer pada memahami bahasa dan lobus oksipital untuk tulisan. identifikasi tulisan.
Gerakan motorik berbicara Lesi pada bagian ini
kerjasama antara area mengakibatkan penurunan broca dan motorik primer kemampuan memahami bahasa dan tulisan. Area sensorik primer Area motorik primer Berdasarkan Manifestasi Klinis
Afasia tidak lancar (nonfluent)
Penderita bicara lambat, mengucapkan beberapa kata yang dilakukan dengan susah payah. Intonasi dan pengucapannya terganggu, tetapi kata-katanya masih mengandung makna.
Afasia lancar (fluent)
Penderita bicara fasih, sering cepat, dan tanpa upaya keras. Intonasi dan pengucapan katanya baik, tapi kalimatnya kurang bermakna bahkan bicaranya mungkin tidak dapat dimengerti sama sekali. Berdasarkan Lesi Anatomik Afasia Broca Afasia Wernicke Afasia konduksi lesi di area fasciculus arcuatus yaitu penghubung antara Wernicke dan Broca. Kemampuan berbahasa dan pemahaman baik tetapi didapatkan adanya gangguan repetisi atau pengulangan. Afasia transkortikal disebabkan lesi di area pengaturan bahasa (daerah perisylvii). Terganggu fungsi bahasa tetapi kemampuan mengulang bahasa baik. Afasia anomik penderita kesulitan menemukan kata dan tidak mampu menamai benda yang dihadapkan kepadanya. Afasia global Afasia paling berat . Disebabkan lesi yang luas, merusak sebagian besar atau semua area bahasa pada otak. Ditandai dengan: 1. Berkurang/hilangnya kemampuan berbahasa scr spontan 2. Pemahaman bahasa berkurang atau hilang 3. Repetisi, membaca dan menulis juga terganggu berat 4. Afasia global hampir selalu disertai hemiparese atau hemiplegia. Berdasarkan manifestasi klinis dan riwayat trauma/penyakit Pemeriksaan radiologi. CT Scan/MRI untuk mendeteksi perdarahan otak atau stroke iskemik. Penggunaan kontras untuk mendeteksi tumor Penatalaksanaan afasia didasarkan pada penyebabnya: misalnya stroke, perdarahan akut, dan tumor otak. Terapi wicara/bina wicara 1. Terapi kognitif linguistik. Terapi ini menekankan pada komponen-komponen emosional bahasa 2. Program stimulus. Menggunakan modalitas sensori seperti gambar dan musik 3. Terapi kelompok (group therapy). Mempraktekkan kemampuan komunikasi PACE (Promoting Aphasic’s Communicative Effectiveness). Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan percakapan sebagai alatnya