Вы находитесь на странице: 1из 25

Journal Reading

TINGKAT KEPARAHAN CARPAL TUNNEL


SYNDROME PADA DIABETES ATAU
SINDROM METABOLIK

Pembimbing : dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, MSc


Disusun oleh : Tarida Putri Rahmadani

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN SARAF


RSUD AMBARAWA
PERIODE 2018
Pendahuluan
 CTS merupakan gangguan saraf terjepit yang paling
umum dengan prevalensi pada orang dewasa berkisar
2,7% - 5,8%.

 CTS 10x lipat lebih sering pada wanita

 Gangguan ini biasanya dikaitkan dengan kondisi –


kondisi tertentu, termasuk obesitas, artritis, hipotiroid,
DM, trauma, lesi yang luas, amyloidosis, dan
sarkoidosis.

 CTS lebih sering dikaitkan dengan jenis cedera yang


berlebihan yang disebabkan oleh gerakan repetitive.
 Sindroma metabolik, atau yang dikenal juga
sebagai sindroma dismetabolik atau sindrom
X ini ditandai dengan obesitas sentral,
dyslipidemia, hiperglikemia, dan hipertensi.

 Banyak penilitian yang mengkaji dan


mempelajari faktor- faktor risiko terjadinya
CTS, dan penelitian terbaru menunjukkan
bahwa sindroma metabolik berperan dalam
terjadinya CTS.
Tujuan Penelitian
 Menentukan hubungan antara sindroma
metabolik dengan CTS

 Membandingkan derajat keparahan CTS


antara pasien diabetes (tidak bersamaan
dengan sindroma metabolik) dan pasien
dengan sindroma metabolik
Metode Penelitian
 Sampel didapatkan dari pasien yang
dirujuk pada periode April 2013 –
desember 2013 ke laboratorium
elektrofisiologi dengan keluhan sensorik
dan motorik pada ekstremitas atas.

 Didapatkan 200 pasien CTS yang telah


ditetapkan/didiagnosa berdasarkan
gambaran klinis dan elektrofisiologi
Kriteria Eksklusi :
 Kehamilan
 Hipotiroid
 Artritis rheumatoid
 Terapi kortikosteroid atau terapi sulih hormone,
 Riwayat fraktur pergelangan tangan,
 Riwayat pembedahan untuk CTS
 Temuan EMG yang menandakan adanya
polineuropati, radikulopati servikalis, disfungsi
plexus brachial (brachial plexopathy), atau sindrom
outlet toraks (thoracic outlet syndrome)
 ATP III digunakan dalam penelitian ini
untuk menilai sindroma metabolik pasien
– pasien yang telah didapat
The National Cholesterol Education Program of the USA memperkenalkan
Adult Treatment Panel (ATP) III :

 Obesitas sentral (lingkar pinggang > 102cm pada pria dan >88cm
pada wanita)

 Hipertrigliseridemia (trigliserid ≥ 150mg/dL)

 Kadar HDL-C rendah ( <40 mg/dL untuk pria dan < 50 mg/dL
untuk wanita)

 Hipertensi (tekanan darah ≥130/85 mm Hg atau sedang dalam


pengobatan antihipertensi)

 Gula darah puasa (≥ 100 mg/dL)


Pengamatan Elektrofisiologi
 Pengamatan tersebut ditujukan untuk menilai
konduksi saraf motorik dan sensorik pada
saraf median dan ulnar di kedua ekstermitas
atas

 Cara meletakan elektroda pada otot


abductor pollicis brevis dan titik stimulasi
diletakan 7cm dari elektroda untuk saraf
median dan di abductor digiti minimi dan
titik stimulasi diletakan 5cm untuk saraf
ulnar
1) NCV yang abnormal pada segmen jari-pergelangan tangan.
2) NCV yang abnormal pada segmen telapak-pergelangan tangan.
3) terminal latency yang memanjang.
Klasifikasi Responden
1. hanya sindroma metabolik (MS+DM-),
2. hanya diabetes mellitus (MS-DM+),
3. diabetes mellitus dan sindroma
metabolik (MS+DM+),
4. tidak keduanya (MS-DM-).
Analisis Statistik
 Dalam penelitian ini digunakan uji Saphiro-
Wilk untuk menguji normalitas data

 Hasil dari uji tersebut menunjukan bahwa


uji parametrik dan non parametrik harus
dilakukan sebagai uji alternatif

 Uji Mann-Whitney digunakan untuk


membandingkan parameter pasien dengan
atau tanpa sindrom metabolik
Variabel Penelitian
Variabel terikat :
(MS+DM- , MS-DM+, MS+DM+, MS-DM)

Variabel Bebas :
 Median Nerve Motor Amplitude (MNMA)
 Median Nerve Motor Conduction Velocity (MNMCV)
 Median Nerve Motor Distal Latency (MNMDL)
 Median Nerve Motor Amplitude (MNMA),
 Median Nerve Sensory Onset Latency (MNSOL)
 Median Nerve Sensory Amplitude (MNSA)
 Median Nerve Sensory Conduction Velocity
(MNSCV)
Hasil
622 200 pasien yang di diagnosa CTS dan
diikut sertakan pada penelitian ini
 140 (70%) pasien ialah wanita
 60 (30%) pasien pria,
 CTS unilateral  BMI keseluruhan
sebanyak 59 (29,5%) subjek penelitian
 CTS bilateral 141 25,40±2,24 kg/m2
(70,5%)  78% subjek penelitian
memliiki BMI >24,9
kg/m2
 Kadar LDL-C tinggi
ditemukan sebanyak
71%
 Hipertrigliseridemia
sebanyak 22%
 Kadar HDL-C rendah
sebanyak 33%
Perbandingan atara pasien CTS
dengan dan tanpa sindrom
metabolik
 Berdasarkan definisi ATP III, 96 (48%)
responden termasuk dalam klasifikasi
sindrom metabolik dan 104 (52%)
responden termasuk dalam klasifikasi
tidak sindrom metabolik
Tidak ada perbedaan signifikan antara pasien dengan sindrom
metabolik dan tanpa sindrom metabolik bila dibandingkan
berdasarkan usia dan jenis kelamin p = 0,241
 CTS bilateral ditemukan pada 84 ( 87.5%)
dari 96 responden yang mengalami CTS
dengan sindrom metabolik dan 57 (54.8
%) dari 104 responden yang mengalami
CTS tanpa sindrom metabolik ( p <
0.001)
CTS Sindrom Metabolik Tanpa Sindrom
Metabolik

Ringan 42 61

Sedang 87 75

Berat 12 24

Proporsi pasien CTS berat lebih tinggi pada pasien


yang disertai dengan sindrom metabolik ( p < 0.001).
Perbandingan antara pasien
CTS yang disertai sindrom
metabolik dengan diabetes
Klasifikasi Responden Jumlah responden

MS+DM- 44 responden

MS-DM+ 20 responden

MS+DM+ 52 responden

MS-DM- 84 responden
 Hasil perbandingan elektrofisiologis pada
keempat kelompok pasien ini adalah
MNMDL, MNSOL, MNSA, dan MNSCV lebih
buruk pada pasien MS+DM- dibandingkan
pasien MS- DM+ + dan MS-DM-.
 MNMDL, MNSOL, MNSA, dan MNSCV lebih
buruk pada pasien MS+DM+ dibandingkan
pasien MS-DM+ dan MS-DM-, namun tidak
berbeda antara kelompok MS+DM + dan
MS+DM-
 Lingkar pinggang rata-rata kelompok MS-DM + lebih rendah dari pada
kelompok MS + DM- kelompok (p <0,001) dan kelompok MS + DM + (p
= 0,009)
 Frekuensi hipertensi lebih rendah dalam kelompok MS-DM- dibandingkan
pada tiga kelompok lainnya (p> 0,05).
 LDL-C serum tinggi tidak berbeda secara signifikan antara keempat
kelompok (p> 0,05)
 Frekuensi HDL-C serum rendah secara signifikan lebih rendah kelompok
MS-DM- daripada tiga kelompok lainnya (p> 0,05).
 Frekuensi hipertrigliseridemia secara signifikan lebih rendah pada
kelompok MS-DM- daripada tiga kelompok lainnya (p> 0,05).
Diskusi
 Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah gangguan saraf
terjepit yang paling umum.

 Kondisi tertentu umumnya terkait dengan CTS: usia,


peningkatan aktivitas motorik, wanita, kehamilan,
diabetes melitus, rheumatoid artritis, hipotiroidisme.

 Sindrom metabolik dan komponennya, seperti


hiperkolesterolemia, LDL-C serum tinggi, dan obesitas,
baru saja didefinisikan sebagai faktor risiko CTS.

 Penelitian ini menganalisis dampak diabetes dan sindrom


metabolik pada CTS dalam elektrofisologi, dan
mengevaluasi asosiasi antara sindroma metabolik dan
CTS.
 CTS paling sering terjadi pada wanita dengan rentang umur 40-60
tahun.

 Hypercholesterolemia dan terutama LDL-C tinggi telah dikaitkan


dengan fibrogenesis. Pada CTS idiopatik, proliferasi jaringan ikat
intraneural menyebabkan pembesaran saraf median di carpal tunnel.

 Sebuah penelitian retrospektif yang melibatkan 720 pasien


menemukan bahwa BMI secara signifikan lebih tinggi pada pasien
dengan CTS dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki CTS.

 Pada penelitian ini. CTS ditemukan lebih parah pada kelompok


DM+ MS+ daripada pasien dengan MS-DM +. Ini menunjukkan
bahwa komponen sindrom metabolik selain diabetes dapat memiliki
pengaruh lebih besar terhadap tingkat keparahan CTS.
 Komponen sindrom metabolik seperti obesitas perut, hipertensi,
dan dislipidemia dianalisis antara empat kelompok pasien.

 Hasilnya menunjukkan bahwa lingkar pinggang lebih besar pada


kelompok MS + DM- dibandingkan kelompok MS-DM +

 Frekuensi hipertensi dan dislipidemia tidak berbeda secara


signifikan antara kedua kelompok ini.

 Oleh karena itu, tampak bahwa obesitas perut, yang merupakan


komponen sindrom metabolik, dapat mempengaruhi tingkat
keparahan CTS.

 Namun, memiliki lebih dari satu komponen sindrom metabolik juga


tampaknya mempengaruhi tingkat keparahan CTS.
Kesimpulan

 CTS ditemukan lebih berat pada pasien


dengan sindrom metabolik dibandingkan
dengan pasien yang hanya menderita
diabetes mellitus saja.

 CTS harus dipertimbangkan pada pasien


dengan sindrom metabolik, obesitas, dan
dislipidemia.

Вам также может понравиться