Вы находитесь на странице: 1из 115

MENTERI TENAGA KERJA

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI
TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA
NO : PER. 05/MEN/1985

TENTANG

PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT


MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA :

Menimbang : a. Bahwa dengan meningkatnya pembangunan dan


tehnologi dibidang industri, penggunaan pesawat
angkat dan angkut merupakan bagian integraf dalam
pelaksanaan dan peningkatan proses produksi;
b. Bahwa dalam pembuatan, pemasangan, pemakaian,
perawatan pesawat angkat dan angkut mengandung
bahaya potensial;
c. Bahwa perlu adanya perlindungan atas kesehatan dan
keselamatan kerja setiap tenaga kerja yang melakukan
pembuatan, pemasangan, pemakaian, persyaratan
pesawat angkat dan angkut.
Mengingat : 1. Pasal 2 ayat (2) huruf f dan g.
Pasal 3 ayat (1) huruf n dan p.
Pasal 4 ayat (1), Undang-undang No. 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi No. PER.03/MEN/1978, tentang Persyaratan
Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban Pegawai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli
Keselamatan Kerja.
3. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi
dan Koperasi No. KEP.79/MEN/1977, tentang
Penunjukan Direktur sebagai dimaksud dalam undang-
undang No. 1 tahun 1970.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT.
BAB I

KETENTUAN
UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Direktur ialah sebagaimana yang dimaksud dalam Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Kep.79/MEN/1977;
2. Pegawai Pengawas ialah Pegawai Pengawas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang ditunjuk oleh Menteri;
3. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga tehnis yang berkeahlian khusus
dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja untuk mengamati di taatinya Undang-undang Keselamatan
Kerja;
4. Pengurus ialah Pengurus seperti dimaksud dalam Undang-undang
No. 1/1970 yang bertanggung jawab terhadap pesawat angkat dan
angkut;
5. Pengusaha ialah orang atau Badan Hukum seperti yang dimaksud
dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 yang memiliki Pesawat
Angkat;
6. Pesawat adalah kumpulan dari beberapa alat secara berkelompok
atau berdiri sendiri guna menghasilkan tenaga baik mekanik maupun
bukan mekanik dan dapat digunakan tujuan tertentu;
7. Alat adalah suatu unit konstruksi yang dibuat untuk digunakan atau
menghasilkan suatu hasil tertentu dan dapat merupakan suatu bagian
yang berdiri sendiri dari pesawat itu;
8. Instalasi adalah suatu jaringan baik pipa maupun bukan yang dibuat
guna suatu tujuan tertentu;
9. Pembuat dan pemasang pesawat angkat adalah orang atau Badan
Hukum yang melakukan pekerjaan pembuatan dan pemasangan
instalasi pesawat angkat dan bertanggung jawab selama batas waktu
tertentu terhadap pekerjaannya;
10. Pesawat angkat dan angkat ialah suatu pesawat atau alat yang
digunakan untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan
atau barang atau orang secara vertikal dan atau horizontal dalam
jarak yang ditentukan;
11. Peralatan angkat ialah alat yang dikonstruksi aau dibuat khusus
untuk mengangkat naik dan menurunkan muatan;
12. Pita transport ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk
memindahkan muatan secara continue dengan menggunakan
bantuan pita;
13. Pesawat angkat diatas landasan dan diatas permukaan ialah pesawat
atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang
dengan menggunakan kemudi baik didalam atau diluar pesawat dan
bergerak diatas suatu landasan maupun permukaan;
14. Alat angkutan jalan ril ialah suatu alat angkutan yang bergerak
diatas jalan ril;
• Jalan ril ialah jaringan ril dan perlengkapannya yang dipasang
secara permanen yang digunakan untuk jalan lokomotif, gerbong
dan peralatan lainnya guna mengangkut muatan.
Pasal 2

Bahan konstruksi serta perlengkapan dari pesawat angkat dan angkut harus
cukup kuat, tidak cacat dan memenuhi syarat.

Pasal 3
(1) Beban maksimum yang diijinkan dari pesawat angkat dan angkut
harus ditulis pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca dengan jelas;
(2) Semua pesawat angkat dan angkut tidak boleh dibebani melebihi
beban maksimum yang diijinkan;
(3) Pengangkatan dan penurunan muatan pada pesawat angkat dan angkut
harus perlahan-lahan;
(4) Gerak mula dan berhenti secara tiba-tiba dilarang
Pasal 4

Setiap pesawat angkat dan angkut harus dilayani oleh operator yang
mempunyai kemampuan dan telah memiliki ketrampilan khusus
tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 5

(1) Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pemasangan,


peredaran, pemakaian, perubahan, dan atau perbaikan tehnis serta
pemeliharaan pesawat angkat dan angkut
(2) Pesawat angkat dan angkut dimaksud ayat (1) adalah :
a. peralatan angkat;
b. pita transport;
c. pesawat angkut diatas landasan dan diatas permukaan;
d. alat angkut jalan ril.
BAB III

PERALATAN
ANGKAT
Pasal 6

Peralatan angkat antara lain adalah lier, takel, peralatan angkat listrik,
pesawat pneumatik, gondola, keran angkat, keran magnit, keran lokomotif,
keran dinding dan keran sumbu putar.

Pasal 7
Baut pengikat yang dipergunakan peralatan angkat harus mempunyai
kelebihan ulir sekerup pada suatu jarak yang cukup untuk pengencang,
jika perlu harus dilengkapi dengan mur penjamin atau gelang pegas yang
efektif.
TAKEL

@sep Juhud Mulyadi, ST 14


@sep Juhud Mulyadi, ST 15
@sep Juhud Mulyadi, ST 16
@sep Juhud Mulyadi, ST 17
Pasal 9

(1) Tali baja yang digunakan untuk mengangkat harus :


a. terbuat dari bahan baja yang kuat dan berkwalitas tinggi;
b. mempunyai faktor keamanan sekurang-kurangnya 3 ½ kali
beban maksimum;
c. tidak boleh ada sambungan;
d. tidak ada simpul, belitan, kusut, berjumbai dan terkupas.
(2) Tali baja harus diberi pelumas yang tidak mengandung asam atau
alkali;
(3) Tali baja harus diperiksa pada waktu pemasangan pertama dan
setiap hari oleh operator serta sekurang-kurangnya satu kali dalam
seminggu oleh tenaga yang berkeahlian khusus Pesawat Angkat
dan Angkut dari Perusahaan;
BAB IV

PITA TRANSPORT
Pasal 75

Pita transport antara lain adalah : ekskalator, ban berjalan dan rantai
berjalan.
Pasal 76
(1) Kontruksi mekanis pita transport harus cukup kuat untuk
menunjang muatan yang telah ditetapkan baginya;
(2) Semua pita transport harus dibuat sedemikian rupa sehingga titik-
titik geser yang berbahaya antara bagian-bagian atau benda yang
pindah atau tetap ditiadakan dan atau dilindungi.
BAB V

PESAWAT ANGKUT DIATAS LANDASAN


DAN DIATAS PERMUKAAN
Pasal 98

Pesawat angkut diatas landasan dan diatas permukaan antara lain


adalah : truk, truk derek, traktor, gerobak, forklift dan kereta gantung.
Pasal 99
Semua peralatan pelayanan pesawat angkutan diatas landasan dan
diatas permukaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai
keseragaman dalam fungsi, gerak dan warnanya.
BAB VI

ALAT ANGKUTAN JALAN


RIL
Pasal 116

Alat angkutan jalan ril antara lain adalah : lokomotif, gerbong dan lori.

Pasal 117
Bahan, kontruksi dan perlengkapan jalan ril harus cukup kuat, tidak
cacat dan memenuhi syarat.
(2) Jika pemasangan jembatan atau terowongan pada persilangan
jalan dengan jalan ril tidak dapat dilaksanakan :
a. harus dipasang tanda-tanda yang bertuliskan BAHAYA atau
PERSILANGAN;
b. jalan persilangan harus dibuat rata dengan sebelah atas ril;
c. pada persilangan-persilangan yang ramai harus ditambah
oleh penjaga ril kereta atau isyarat lampu suara.

Pasal 128
Balok bentur harus dipasang pada ujung jalan ril, dengan ruangan
yang cukup untuk lewat dibelakang bumper secara aman.
BAB VII

PENGESAHAN

Pasal 134
(1) Setiap perencanaan pesawat angkat dan angkut harus mendapat
pengesahan dari Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya, kecuali
ditentukan lain;
(2) Permohonan pengesahan dimaksud pada ayat (1) harus diajukan
secara tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya
dengan melampirkan :
a. gambar rencana dan instalasi listrik serta sistem
pengamannya dengan sekala sedemikian rupa sehingga cukup
jelas dan terang;
b. keterangan bahan yang akan digunakan.
Pasal 135

(1) Setiap pembuatan, peredaran, pemasangan, pemakaian, perubahan,


dan atau perbaikan tehnis pesawat angkat dan angkut harus
mendapat pengesahan dari Direktur atau pejabat yang ditunjuknya;
(2) Pemohon dimaksud ayat (1) harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya dengan
melampirkan :
a. gambar kontruksi dan instalasi listrik serta sistem
pengamannya dengan sekala sedemikian rupa sehingga cukup
jelas dan terang;
b. sertifikat bahan dan sambungan-sambungan kontruksinya;
c. perhitungan kekuatan kontruksi dari bagian-bagian yang
penting.
Pasal 136

Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya berwenang mengadakan


perubahan tehnis atas permohonan yang diajukan tersebut dalam
pasal 134 dan pasal 135.

Pasal 137
Pembuatan dan pemasangan pesawat angkat dan angkut harus
dilaksanakan oleh pembuat dan pemasang yang telah mendapat
pengesahan oleh Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya.
BAB VIII

PEMERIKSAAN DAN
PENGUJIAN
Pasal 138

(1) Setiap pesawat angkat dan angkut sebelum dipakai harus


diperiksa dan diuji terlebih dahulu dengan standar uji yang telah
ditentukan;
(2) Untuk pengujian beban lebih, harus dilaksanakan sebesar 125%
dari jumlah beban maksimum yang diujikan;
(3) Besarnya tahanan isolasi dan instalasi listrik pesawat Angkat dan
Angkut harus sekurang-kurangnya memenuhi yang ditentukan
dalam PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik);
(4) Pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat dan angkut
dilaksanakan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun setelah
pengujian pertama dan pemeriksaan pengujian ulang
selanjutnya dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali;
(5) Pemeriksaan dan pengujian dimaksud dalam pasal ini
dilakukan oleh Pegawai Pengawas dan atau Ahli
Keselamatan Kerja kecuali ditentukan lain.

Pasal 139
Biaya pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan Angkut
dibebankan kepada Pengusaha.
BAB IX

KETENTUAN
PERALIHAN
Pasal 140

Pesawat angkat dan angkut yang sudah dipakai sebelum peraturan ini
ditetapkan pengurus atau pengusaha yang memiliki pesawat angkat dan
angkut diwajibkan memenuhi ketentuan-ketentuan peraturan Menteri
ini dalam waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya peraturan ini.
BAB X

KETENTUAN LAIN-
LAIN
Pasal 141

Terhadap pengertian istilah-istilah “cukup”, “sesuai”, “baik”, “aman”,


“tertentu”, “sekurang-kurangnya”, “sejauh”, “sedemikian rupa”, yang
terdapat dalam Peraturan Menteri ini ditentukan oleh Direktur atau
Pejabat yang ditunjuknya.
Pasal 142
Pengurus harus bertanggung jawab terhadap ditaatinya Peraturan
Menteri ini.
BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 143

(1) Pengurus yang melanggar ketentuan tersebut pasal 142 diancam


dengan hukuman kurung selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) sesuai
dengan pasal 15 ayat (2) dan (3) Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja;
(2) Tindak pidana sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) adalah
pelanggaran.
BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 144

Pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan Kerja melakukan pengawasan


terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini.
Pasal 145
Hal-hal yang memerlukan pedoman pelaksanaan dari Peraturan Menteri
ini ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur.
Pasal 146
Peraturan Menteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Permen No. 05/Men/1985
(Pesawat Angkat & Angkut)

Mengapa
diawasi Untuk
apa
TUJUAN

Pengawasan K3
Pesawat Angkat dan
Obyek mekanik Dimana
yg mana dan pengawasannya
Angkut

Siapa yang Bagaimana cara


mengawasi mengawasinya

Dasar hukumnya
apa
direktorat@norma-k3.com

Mengapa diawasi Potensi Bahaya


Sumber Bahaya • Bagian yg bergerak
• Pesawat • Bagian yg menanggung beban
• Operator • Gas buang
• Kemampuan / ketrampilan

• Pasal 2 ayat (2) Pesawat


huruf a, b, f & g
• Pasal 3 ayat (1) Angkat &
huruf a, c, n & p Angkut
• Pasal 4

Jenis Kecelakaan
• Terjungkit/terguling
Kecelakaan • Terjepit
Dasar hukum • Peledakan
Termasuk PAK
pengawasannya

Pengendalian
• Ruang lingkup
• Siapa yang mengawasi
• Bagaimana caranya
• Konstruksi harus kuat
• Safety device terpasang dan
• Menjamin keselamatan dan
berfungsi baik
kesehatan TK dan orang lain
• Layak pakai
• Menjamin penggunaan
• Riksa uji
pesawat angkat dan angkut
• APD
aman dipakai
• Perawatan dengan baik
• Menjamin proses produksi
• Pengoperasian sesuai
aman dan lancar
manual/SOP dan oleh orang yg
berwenang
UU No. 1 tahun 1970 direktorat@norma-k3.com
Permen No. Per.03/Men/1978
SK Men No. Kep. 79/Men/1977

• Bagian integral dalam pelaksanaan proses produksi


Yang memerlukan pedoman • Mengandung bahaya potensial
diatur oleh Direktur (Psl. 145) • Perlindungan K3 terhadap tenaga kerja

Mengatur perencanaan, • Peralatan angkat (Psl. 6 s.d 74)


Permen No. Per. 05/Men/1985 pembuatan, pemasangan, • Pita transport (Psl. 75 s.d 97)
12 Bab peredaran, pemakaian, • Pesawat angkutan di atas
146 Pasal perubahan atau perbaikan landasan & permukaan (Psl. 98
ditetapkan 2 Agustus 1985 teknis dan pemeliharaan s.d 115)
(Psl. 146) pesawat angkat dan angkut • Alat angkutan jalan rel (Psl. 116
(Psl. 5) s.d 133)

Pengurus / pengusaha bertanggung


jawab terhadap ditaatinya semua Dengan ketentuan umum sebagaimana
ketentuan (Psl. 142) ditetapkan pada pasal 1 s.d 4

Untuk mendapatkan Diperiksa dan diuji oleh


pengesahan (Psl. 134 s.d pegawai pengawas dan atau
PELANGGARAN
135) Ahli K3 (Psl. 138 s.d 139)
sangsi (Psl. 143)

Melalui permohonan
Pengawasan dilaksanakan Pembuatan dan pemasangan harus Kewenangan Direktur untuk
oleh pegawai pengawas dilaksanakan oleh perusahaan yang mengadakan perubahan
dan ahli K3 (Psl. 144) ditunjuk (Psl. 137) teknis (Psl. 136)
LATAR BELAKANG
FAKTA LAPANGAN

 Pesawat Angkat dan Angkut merupakan :


 Bagian sarana industri (barang / jasa) yang memegang
peranan penting
 PAA mengandung sumber bahaya yang berpotensi dapat
menimbulkan kecelakaan kerja
 PAA memerlukan kualitas tinggi baik dari segi teknik
peralatan maupun segi lembaga / SDM yang menanganinya

 Pesawat Angkat dan Angkut, SDM dan lingkungannya perlu dijamin


kesalamatannya/kontinuitas operasinya.
TYPE KECELAKAAN KERJA
I. TERKAIT DENGAN PESAWAT ANGKAT DAN
ANGKUT
1. Terjungkit/terguling
2. Terjepit/terpotong
3. Peledakan
4. Roboh
5. Tertimpa/tertimbun
6. Terkena radiasi
7. Penyakit akibat kerja
8. Sentuhan listrik
D. Sebab - sebab Kecelakaan
1. Bahan
2. Konstruksi 3. Peralatan Pengaman

4.
Kelalaian
operator

5. Pemeriksaan
Tidak Lengkap 7. Dan Lain-lain
6. Pelayanan/ Perawatan Forklift
SEBAB - SEBAB KECELAKAAN CRANE

 Beban Statis dan Dinamis


1. BAHAN  Penuaan
 Filler dan Base Metal
 Crack dan Lamianasi

 Ketebalan
2. KONSTRUKSI  Jenis Sambungan
 Spot tack Weld
 Opening Area Welding
PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

 Konstruksi Pesawat Angkat dan Angkut tidak


memenuhi syarat
• Material / proses pembuatan / pemasangan / pemeriksaan /
pengujian
• Adanya kemunduran kualitas / perubahan dimensi PAA akibat
pemakaian / kondisi operasi yang abnormal
3. PEMERIKSAAN TIDAK LENGKAP
Pemeriksaan yang dilakukan pada sewaktu
PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT berada
di pabrik pembuat,
Pemeriksaan Yang meliputi :
 Merusak
 Tidak merusak
 Pengujian Statis dan Dinamis
4. PERALATAN/PERLENGKAPAN PENGAMAN

 Bekerja tidak tepat dan kurang baik


 Perawatan
 Kalibrasi
₪Alat pengaman / perlindungan / perlengkapan tidak memenuhi
syarat atau tidak berfungsi dengan baik Kondisi operasi tidak
sesuai disain

₪Proses operasi tidak sesuai prosedur


5. Pelayanan/ Perawatan

FAKTOR MANUSIA / PEKERJA


 Sikap kurang baik (sembrono/arogansi)
 Kesehatan tak memenuhi syarat
 Tidak pakai APD
 Berbuat menyimpang/keterpaksaan
 Pengetahuan teknis/keterampilan kerja kurang, termasuk cara
kerja yang aman
-- Memperkirakan beban kurang tepat
-- Pengangkatan beban tidak sentris
-- Komunikasi tidak jelas
-- Mengangkat beban tanpa tagline
-- Pengikatan sembrono, kurang benar, tidak
baik --> beban dapat terlepas
-- Tidak mematuhi peraturan perundangan K3

 Lain-lain (keluarga/kecewa)
FAKTOR INSTALASI / PERALATAN TEKNIK

• Faktor Peralatan
-- Alat Bantu Angkat/ABA (sling) tidak bersertifikat
-- ABA (sling) tidak dipelihara dan dirawat
-- Kelayakan pengikatan di bawah standar
-- Tali Kawat Baja/TKB (sling) cacat

• Faktor lain
-- ABA putus tiba-tiba
-- Sambaran halilintar
-- Sabotase
-- Banjir, cuaca buruk, tanah longsor
6. KELALAIAN

Kelalaian merupakan permasalahan yang paling tinggi


sampai mencapai 75 % kerusakan yang terjadi
disebabkan oleh faktor manusia
“ Mengapa seorang pekerja melakukan
pekerjaan dengan ceroboh/sembarangan yang
seharus ia dapat melakukan dengan aman “
Skema Riksa Uji
(Pedoman Riksa Uji Alat-alat Berat)
Memenuhi Syarat
Dokumen
Komponen Hasil memenuhi
Riksa data
Alat – alat berat syarat / tidak
Umum dan
Teknis Memenuhi tidak syarat

 Riksa visual > checklidt


 Dimensi check Perbaikan komponen

Memenuhi syarat
Hasil
Komponen kritis / Memenuhi syarat /
penerima beban
NDT
Tidak
Tidak memenuhi
syarat

Pengujian
 Uji Fungsi
Laporan  Uji Beban
 Uji Dinamis
 Uji Statis
II. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PAA
A. MEKANISME RIKSA UJI OLEH PJK3
Perusahaan
Ijin/Pengesahan Pengawasan
dan Sertifikasi

Penawaran Riksa / Uji


Pemerintah / Dinas
PJK3 Inspeksi Tenaga Kerja

Laporan
Riksa/Uji

Pemberitahuan
B. PROSEDUR RIKSA UJI PAA
Jenis Riksa dan Uji berdasarkan peraturan perundang-undangan
• Pemeriksaan dan pengujian dalam pembuatan
• Pemeriksaan dan pengujian pertama dalam pemakaian peralatan/
instalasi baru dan atau setelah selesai pemasangan
• Pemeriksaan dan pengujian berkala sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Kreteria teknis jenis riksa dan uji (tahapan)
a. Pemeriksaan data/ verifikasi
• Data umum
• Data teknis
b. Pemeriksaan visual
• Pemeriksaan visual dengan menggunakan checklist
• Dimensi check
c. Pemeriksaan NDT
• Seluruh komponen utama atau komponen yang menerima beban
atau komponen yang diragukan kekuatannya / kemampuannya
www.norma-k3.com

d. Pengujian
• Dinamis (Running Test)
• Statis
e. Pemeriksaan setelah pengujian
f. Laporan
Bentuk 51 (pesawat angkat dan angkut)
Formulir tersebut di lengkapi dengan formulir/ chesklist dari hasil
riksa uji /NDT

3. Pelaksanaan riksa uji


• Ahli K3 Spesialis  PJIT / Perusahaan
• Peg. Pengawas K3 Spesialis  daerah otonom setempat
4. Mekanisme pengesahan peralatan PA dan A dan sertifikasi operator
dalam format Otoda
CONTOH BENTUK FORMAT 51 C
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN & PENGUJIAN
CRAWLER CRANE
NO. LAPORAN......................................
I. DATA UMUM
1. Pemilik :

2. Alamat :

3. Pemakai :
4. Pengurus Kontraktor Utama / Sub
:
Kontraktor / Penanggung Jawab
5. Lokasi Unit :
6. Nama Operator :
7. Jenis Pesawat Angkat :
8. Pabrik Pembuat :
9. Merk / Type :
10. Tahun Pembuatan :
11. No. Serie / No. Unit :
12. Kapasitas :
13. Standar yang dipakai :
14. Digunakan untuk :
15. Izin Pemakaian No. :
16 Sertifikat Operator :
17. Data Riwayat Pesawat :
18. Pembayaran Retribusi :
II. DATA TEKNIS

1 Spesifikasi Keran Tinggi Angkat :


Panjang Boom :
Berat :-
Kecepatan - Hoisting
- Lowering
- Slewing
- Travelling
2 Motor Penggerak - Merk :
- Type :
- Jumlah Silinder :
- Putaran :
- No. Serie
- Daya :
- Frekwensi :
3 Rem Hoisting Slewing Travelling
- Macam
- Type
- Kapasitas
- System
4 Kait Utama - Type
- Kapasitas
- Material
5 Kait Tambahan - Type
- Kapasitas
- Material
6 Tali Kawat Baja Hoisting Angkat Bom Pendan
Utama Tambahan

- Type
- Konstruksi
- Diameter
KONSTRUKSI KERANGKA
Komponen yang Kondisi
No. Nama Bagian Keterangan
diperiksa Baik Buruk
1 2 3 4 5 6
1. Konstruksi Kelabang (crawler)
bagian bawah Kerangka Kalabang (Track
(dengan Frame
Rantai) Roller Atas
Roller Bawah
Roda Pengencang
Kalabang
Roda Penggerak Kelabang
Rumah Gigi Penggerak
Rantai Penggerak dan
Sproket (Gigi)
Sambungan antara Truk
Frame dan Track Frame
2. Meja Putar Bantalan Roller (Slewing)
Dudukan Meja (Roller
Path)
Sambungan Pengikat (las,
baut, mur)
3. Meja Putar Rangka & Sambungan-
Konstruksi sambungan
(Bagian Atas)
Gantri Sambungan
Pengikat Beban Timbang
Dudukan Pasak Boom
Pasak Boom
IV. PEMERIKSAAN TIDAK MERUSAK
IV.1. TALI KAWAT BAJA
DIAMETER (mm) CACAT
PENGGUNAAN TIDA
NO SPEC ACTUAL KONSTRUKSI JENIS PANJANG UMUR ADA K KET.
PADA
ADA
1. Main Hoist Line
2. Aux. Hoist
3. Boom Hoist Line
4. Pendant Line

IV.2. BOOM (NDT)


NO Bagian yang di lokasi cacad Keterangan
periksa ada Tidak ada
1 Lattice Boom
2. Cross Boom
3. Pin area

IV.3. KAIT (HOOK) UTAMA & TAMBAHAN

Cacat
No. Dimensi Lokasi ada Keterangan
Tidak Ada
Spec A=

B=

C=

D=
E=
V. PENGUJIAN

V.1. PENGUJIAN DINAMIS


POSISI BOOM RADIUS
BEBAN UJI PANJANG SUDUT
NO. TERHADAP ANGKAT PEMBERAT HASIL
(Ton/Kg) BOOM (M) BOOM (O) (M)
PEMBAWA
1 2 3 4 5 6 7 8
1 25% SWL
2 50% SWL
3 75% SWL
4. 100% SWL

V.2. PENGUJIAN STATIS

BEBAN
POSISI BOOM
PANJANG SUDUT BOOM RADIUS PEMBERA KERJA BEBAN UJI
NO. TERHADAP HASIL
BOOM (M) (O) ANGKAT (M) T AMAN (Ton)
PEMBAWA
(SWL)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
VI. KESIMPULAN

- Kesimpulan yang dibuat adalah hasil dari pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan
- Kesimpulan yang dibuat harus menegaskan apakah crawler crane tersebut laik atau tidak untuk
dioperasikan dan dapat diproses pengesahanny di Dinsaker setempat.

VII. SARAN - SARAN


- Saran yang dibuat adalah untuk meninjalanjuti permasalahan jika ada di crawler crane tersebut.

PEGAWAI PENGAWAS/AHLI K3 SPESIALIS MEKANIK BIDANG


PESAWAT ANGKAT & ANGKUT
Contoh bentuk ceklist 51E
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
PESAWAT ANGKUT (FORKLIFT)
NO. Laporan
DATA UMUM :
1. Pemilik :
2. Alamat :
3. Pemakai :
4. Pengurus/ Sub kontraktor /
:
Penanggung jawab
5. Lokasi unit :
6. Nama operator :
7. Jenis pesawat :
8. Pabrik pembuat :
9. Merk / Type :
10. Tahun pembuatan :
11. No. Serie / No. Unit :
12. Kapasitas :
13. Standar yang di pakai
14. Digunakan untuk :
15. Izin pemakaian :
16. Sertifikat operator :
17. Data Riwayat Pesawat :
18. Pembayaran Retribusi :
DATA TEKNIK :

Kapasitas angkat (Ton)


Spesifikasi Forklift Tinggi angkat maksimum (mm)
Kecepatan angkat minimum (Low)
Kecepatan angkat maksimum (Fast)
Panjang keseluruhan
Jarak antar Roda :
Bagian depan
Bagian belakang
Jarak as roda depan / belakang
Berat kendaraan (Ton)
Kecepatan maksimum (Travelling)
Macam
Rem Type
Kiri max/min
Radius Putaran
Kanan max/min
Model / Type
Engine Nomor serie / unit
Jumlah silinder
Daya (psi)
Merek / tahun pembuatan
Kondisi
Komponen Keterangan
Baik Buruk
1 2 3 4 5
Tenaga Penggerak Kondisi radiator
Level air radiator
Kondisi fan belt (tali kipas)
Kondisi dan stelan ban kipas
dynamo amper (alternator)
Kondisi slang air radiator
Kondisi saringan udara awal
Struktur Bagian Bawah Jenis ban
Mati / tekanan angin
Kondisi ban dan tekanan angin
Kekencangan ikat mur / baut roda
Power stering dan perlengkapannya
Struktur Bagian Atas Kondisi tempat duduk
Kondisi penutup atas canopy
Peralatan Pengangkat Kekendoran dan kehilangan baut-
baut, perlengkapan dan lain-lain
Kondisi tuas-tuas kontrol / handel
Kondisi tiang rantai dan
perlengkapannya
Kondisi sandaran beban
Kondisi garpu dan
perlengkapannya
Kondisi silinder pengangkat dan
perlengkapannya
NDT. Terhadap Garpu (PT/MT/UT/FILM)
CACAD
No. BAGIAN YANG DIPERIKSA LO KASI KETERANGAN
TIDAK

KIRI
KANAN

KIRI
KANAN

NDT. Terhadap Ketebalan garup (WALL THICKNESS)


Thickness (mm)
Rated A
Identification Remark
Thickness (mm)
A B C

Fork 1
B
Fork 2

Fork 1 Fork 2
TINGGI
BEBAN UJI
ANGKAT TRAVELING /
No. (SWL LOAD GERAKAN HASIL KETERANGAN
GARPU KECEPATAN
CHARD)
(mm)
1 2 3 4 5 6 7
1. 25 % SWL a) Maju mundur
2. 50% SWL =
3. 75% SWL b) Belok kanan/
4. 100% SWL kiri =
c) Maju mundur
=
d) Belok kanan/
kiri =
e) Maju mundur
=
f) Belok kanan/
kiri =
g) Maju mundur
=
h) Belok kanan/
kiri =

5. 110% SWL Diam


VI. KESIMPULAN

- Kesimpulan yang dibuat adalah hasil dari pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan
- Kesimpulan yang dibuat harus menegaskan apakah crawler crane tersebut laik atau tidak untuk
dioperasikan dan dapat diproses pengesahanny di Dinsaker setempat.

VII. SARAN - SARAN


- Saran yang dibuat adalah untuk meninjalanjuti permasalahan jika ada di crawler crane tersebut.

PEGAWAI PENGAWAS/AHLI K3 SPESIALIS MEKANIK BIDANG


PESAWAT ANGKAT & ANGKUT
DOKUMENTASI PEKERJAAN INSPEKSI
MULTITEK

Pemeriksaan Visual PEMERIKSAAN TIDAK MERUSAK (MPT) MAIN HOOK

Pemeriksaan Name Plate PEMERIKSAAN MESIN


DOKUMENTASI PEKERJAAN INSPEKSI

PEMERIKSAAN VISUAL KONSTRUKSI PEMERIKSAAN ENGINE

PEMERIKSAAN WIRE ROPE PEMERIKSAAN INDIKATOR


DOKUMENTASI PEKERJAAN INSPEKSI

PENGUKURAN HOOK
NDT BOOM (MPI)

NDT HOOK (MPI)


PENGUJIAN DINAMIS & STATIS
DOKUMENTASI PEKERJAAN
MULTITEK DOKUMENTASI
FORKLIFT

PEMERIKSAAN VISUAL KONSTRUKSI PEMERIKSAAN TIDAK MERUSAK (MPT) FORK

PEMERIKSAAN TIDAK MERUSAK (WALLTIHICKNESS) PEMERIKSAAN MESIN & ACCU


DOKUMENTASI PEKERJAAN INSPEKSI

PEMERIKSAAN VISUAL KONSTRUKSI PEMERIKSAAN NDT DENGAN MT

PEMERIKSAAN INDIKATOR
PEMERIKSAAN WALL THICKNESS
DOKUMENTASI PEKERJAAN INSPEKSI

PEMERIKSAAN HYDRAULIC
PEMERIKSAAN MESIN & ACCU

PEMERIKSAAN RANTAI
PENGUJIAN DINAMIS & STATIS
III. SERTIFIKASI
A. PROSEDUR PEMBERIAN IJIN / PENGESAHAN PAA
3
**
1 **
3
Perusahaan / Dinas Tenaga Pemerintah
**
Calon Pemakai Kerja (Dit. PNKK)
1

PENGAWASAN **
BERKAS PERMOHONAN 1  Verifikasi
berkas 1
• Bentuk 52
• Gambar Konstruksi,  Riksa/ uji
1. Data
Instalasi Listrik
2. Visual
• Sertifikat Bahan 3. NDT (bila perlu)
• Perhitungan Konstruksi 4. Pengujian
* • Dinamis
• Statis
Pesawat AA

Pemeriks. & pengujian * Perakitan


2
** lintas propinsi/laut nasional
Tenaga kerja +
peralatan bantu Pengesahan pemakaian
3
B. Prosedur Sertifikasi Operator

Pemerintah
Dirjen Binawas
Direktur PNKK

Sertifikat SIO
+ SIO (perpanja
Data (baru) ngan)
Peserta &
Kelulusan

Dinas TK Propinsi
Pembinaan &
PJK3
pengujian
Diklat
lisensi K3 Dinas TK
Kab/ Kota

Perusahaan / Tempat Kerja

OPERATOR SIO
Lama
Baru Perpanjangan
IV. PENUTUP

Pemilik diharapkan untuk melakukan upaya


pengendalian bahaya PAA melalui :
 Pemeriksaan dan pengujian PAA sesuai PERMENAKER
05/1985 baik dilakukan oleh pegawai pengawas
spesialis PAA atau ahli K3 spesialis PAA yang berada di
perusahaan jasa K3
 Pengoperasian PAA sesuai manual/SOP dan oleh
operator yang kompeten.
 Perawatan PAA dengan baik.
 Pemasangan safety devices sesuai standar
 Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berhubungan dengan PAA
1. Operator adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan
memiliki keterampilan khusus dalam pengoperasian pesawat angkat
dan angkut.

2. Petugas adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan


memiliki keterampilan khusus di bidang pesawat angkat dan angkut
yang terdiri dari juru ikat (rigger) dan teknisi.

3. Juru ikat (rigger) adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan


dan memiliki keterampilan khusus dalam melakukan pengikatan
barang serta membantu kelancaran pengoperasian peralatan angkat.

4. Teknisi adalah petugas pelaksana pemasangan, pemeliharaan,


perbaikan dan/atau pemeriksaan peralatan/komponen pesawat
angkat dan angkut.
5. Pesawat angkat dan angkut adalah suatu pesawat atau alat yang
digunakan untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan
atau orang secara vertikal dan/atau horizontal dalam jarak yang
ditentukan.
6. Peralatan angkat adalah alat yang dikonstruksi atau dibuat khusus
untuk mengangkat naik dan menurunkan muatan.
7. Pita transport adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan
untuk memindahkan muatan secara terus menerus (continue)
dengan menggunakan bantuan pita.
8. Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan adalah
suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan
muatan atau orang dengan menggunakan kemudi baik di dalam
atau di luar pesawat dan bergerak di atas landasan maupun
permukaan.
9. Alat angkutan jalan rel adalah suatu alat angkutan yang bergerak
di atas jalan rel.
10. Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat Lisensi K3 adalah kartu tanda kewenangan seorang
operator untuk mengoperasikan pesawat angkat dan angkut sesuai
dengan jenis dan kualifikasinya atau petugas untuk
penanganan pesawat angkat dan angkut.

11. Buku kerja (log book) adalah buku kerja yang diberikan
kepada seorang operator untuk mencatat kegiatan selama
mengoperasikan pesawat angkat dan angkut sesuai dengan jenis
dan kualifikasinya atau petugas untuk mencatat penanganan
pesawat angkat dan angkut.
Pengusaha atau pengurus dilarang mempekerjakan
operator dan/atau petugas pesawat angkat dan
angkut yang tidak memiliki Lisensi K3 dan buku
kerja
BAB II
KUALIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT
OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

Bagian Kesatu
Operator Pesawat Angkat dan Angkut

Pasal 5

(1) Pesawat angkat dan angkut harus dioperasikan oleh operator


pesawat angkat dan angkut yang mempunyai Lisensi K3 dan buku
kerja sesuai jenis dan kualifikasinya.

(2) Operator pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) meliputi operator peralatan angkat, pita transport,
pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan, dan
alat angkutan jalan rel.
Operator Peralatan Angkat

Pasal 6

(1) Operator peralatan angkat meliputi operator dongkrak mekanik (lier),


takal, alat angkat listrik/lift barang/passenger hoist, pesawat hidrolik,
pesawat pneumatik, gondola, keran mobil, keran kelabang, keran
pedestal, keran menara, keran gantry, keran overhead, keran portal, keran
magnet, keran lokomotif, keran dinding, keran sumbu putar, dan mesin
pancang.

(2) Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diklasifikasikan sebagai berikut:
a. operator kelas I;
b. operator kelas II; dan
c. operator kelas Ill.

(3) Pengklasifikasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak


berlaku bagi operator gondola, dongkrak mekanik (lier), takal, dan
mesin pancang.
Pasal 7

(1) Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat


(2) huruf a (Kelas I) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun membantu
pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 23 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.

(2) Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat


(2) huruf b (Kelas II) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun membantu
pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
(3) Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2) huruf c (Kelas III) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun membantu
pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.

(4) Operator gondola, dongkrak mekanik (lier), takal, dan mesin pancang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun membantu
pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 8

Operator peralatan angkat kelas III dapat ditingkatkan menjadi operator


peralatan angkat kelas II dan operator peralatan angkat kelas II dapat
ditingkatkan menjadi operator peralatan angkat kelas I dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. berpengalaman sebagai operator sesuai dengan kelasnya sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus; dan
b. lulus uji operator peralatan angkat sesuai dengan kualifikasinya.
Paragraf Kedua
Operator Pita Transport

Pasal 9

Operator pita transport meliputi operator eskalator, ban berjalan, dan


rantai berjalan.

Pasal 10

Operator pita transport sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus


memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun membantu
pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 20 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Paragraf ketiga
Operator Pesawat Angkutan di atas Landasan dan di atas Permukaan

Pasal 11

Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan


meliputi antara lain operator: dump truk, truk derek/trailer, alat
angkutan bahan berbahaya, traktor, kereta gantung, shovel,
excavator/back hoe, compactor, mesin giling, bulldozer, loader,
tanden roller, tire roller, grader, vibrator, side boom, forklift dan/atau
lift truk.

Pasal 12

Operator forklift dan/atau lift truk sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. operator kelas I; dan
b. operator kelas II.
Pasal 13

Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di atas


permukaan sebagaimana di maksud dalam Pasal 11 kecuali
operator forklift dan/atau lift truk harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 14

(1) Operator forklift dan/atau lift truk kelas I sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12 huruf a harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun membantu
pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.

(2) Operator forklift dan/atau lift truk kelas II sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12 huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun membantu
pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 15

Operator forklift dan/atau lift truk kelas II dapat


ditingkatkan menjadi operator forklift dan/atau lift truk kelas I
dengan persyaratan sebagai berikut:
a. berpengalaman sebagai operator sesuai dengan kelasnya
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus; dan
b. lulus uji operator forklift dan/atau lift truk sesuai dengan
kualifikasinya.
Bagian Kedua
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut
Pasal 18

(1) Pengoperasian pesawat angkat dan angkut dapat dibantu oleh petugas
pesawat angkat dan angkut yang mempunyai Lisensi K3 dan buku
kerja sesuai jenis dan kualifikasinya.
(2) Petugas pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi juru ikat (rigger) dan teknisi.

Paragraf Kesatu
Juru Ikat (rigger)
Pasal 19

Juru ikat (rigger) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Paragraf Kedua
Teknisi

Pasal 20

Teknisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) harus


memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat dan/atau
berpengalaman di bidangnya sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun;
b. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
c. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan
d. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
BAB III
TATA CARA MEMPEROLEH LISENSI K3 DAN BUKU KERJA

Pasal 21

Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan Lisensi K3 dan


buku kerja operator atau petugas pesawat angkat dan angkut.

Pasal 22

(1) Untuk memperoleh Lisensi K3 dan buku kerja operator atau petugas
pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
pengusaha atau pengurus mengajukan permohonan tertulis kepada
Direktur Jenderal dengan melampirkan:
a. copy ijazah terakhir;
b. surat keterangan berpengalaman kerja membantu operator atau
petugas pesawat angkat dan angkut sesuai bidangnya yang diterbitkan oleh
perusahaan;
c. surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
d. copy kartu tanda penduduk;
e. copy sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan kualifikasinya; dan
f. pas photo berwarna 2 x 3 (3 lembar) dan 4 x 6 (2 lembar).
Pasal 23

(1) Lisensi K3 dan buku kerja berlaku untuk jangka waktu 5 (lima
tahun), dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

(2) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diajukan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan:
a. lisensi K3 lama yang asli;
b. buku kerja asli yang telah diperiksa oleh atasannya;
c. surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
d. copy kartu tanda penduduk;
e. copy sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan kualifikasinya;
f. pas photo berwarna 2 x 3 (3 lembar) dan 4 x 6 (2 lembar).
Pasal 24

Dalam hal sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22


ayat (1) huruf e dan Pasal 23 ayat (2) huruf e belum dapat
dilaksanakan maka dapat menggunakan sertifikat pembinaan K3 yang
dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 25

Buku kerja operator atau petugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


21 harus diperiksa setiap 3 bulan oleh atasannya.
Pasal 26

Lisensi K3 dan buku kerja hanya berlaku selama operator atau


petugas pesawat angkat dan angkut yang bersangkutan bekerja di
perusahaan yang mengajukan permohonan.

Pasal 27

Lisensi K3 dan buku kerja dapat dicabut apabila operator atau


petugas pesawat angkat dan angkut yang bersangkutan terbukti:
a. melakukan tugasnya tidak sesuai dengan jenis dan kualifikasi
pesawat angkat dan angkut;
b. melakukan kesalahan, atau kelalaian, atau kecerobohan
sehingga menimbulkan keadaan berbahaya atau kecelakaan kerja;
dan
c. tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 sesuai bidangnya.
BAB IV
KEWENANGAN OPERATOR DAN PETUGAS

Pasal 28

(1) Operator peralatan angkat Kelas I sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 6 ayat (2) huruf a berwenang:
a. mengoperasikan peralatan angkat sesuai dengan jenisnya dengan
kapasitas lebih dari 100 ton atau tinggi menara lebih dari 60 meter; dan
b. mengawasi dan membimbing kegiatan operator Kelas II dan/atau
operator Kelas III, apabila perlu didampingi oleh operator Kelas II
dan/atau Kelas III.

(2) Operator peralatan angkat Kelas II sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 6 ayat (2) huruf b berwenang:
a. mengoperasikan peralatan angkat sesuai dengan jenisnya dengan
kapasitas Iebih dari 25 ton sampai kurang dari 100 ton atau tinggi
menara lebih dari 40 meter sampai dengan 60 meter; dan
b. mengawasi dan membimbing kegiatan operator Kelas III, apabila
perlu didampingi oleh operator Kelas Ill.
(3) Operator peralatan angkat Kelas III sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) huruf c berwenang mengoperasikan peralatan
angkat sesuai jenisnya dengan kapasitas kurang dari 25 ton atau tinggi
menara sampai dengan 40 meter.

(4) Operator peralatan angkat jenis gondola, dongkrak mekanik (lier),


takal, dan mesin pancang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) berwenang mengoperasikan gondola, dongkrak mekanik (lier),
takal, dan mesin pancang.

Pasal 29

Operator pita transport sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


berwenang mengoperasikan eskalator, ban berjalan, dan rantai
berjalan.
Pasal 30

(1) Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berwenang mengoperasikan antara
lain operator: dump truk, truk derek/trailer, alat angkutan bahan
berbahaya, traktor, kereta gantung, shovel, excavator/back hoe,
compactor, mesin giling, bulldozer, loader, tanden roller, tire roller,
grader, vibrator, side boom, forklift dan/atau lift truk.

(2) Operator forklift dan/atau lift truk kelas I sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12 huruf a berwenang:
a. mengoperasikan forklift dan/atau lift truk sesuai dengan jenisnya
dengan kapasitas lebih dari 15 ton; dan
b. mengawasi dan membimbing kegiatan operator Kelas II.

(3) Operator forklift dan/atau lift truk kelas II sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12 huruf b berwenang mengoperasikan forklift dan/atau lift
truk sesuai jenisnya dengan kapasitas maksimum 15 ton.
BAB V
KEWAJIBAN OPERATOR DAN PETUGAS

Pasal 34

(1) Operator pesawat angkat dan angkut berkewajiban untuk:


a. melakukan pengecekan terhadap kondisi atau kemampuan kerja pesawat
angkat dan angkut, alat-alat pengaman, dan alat-alat perlengkapan lainnya
sebelum pengoperasian pesawat angkat dan angkut;
b. bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian pesawat angkat dan
angkut dalam keadaan aman;
c. tidak meninggalkan tempat pengoperasian pesawat angkat dan angkut,
selama mesin dihidupkan;
d. menghentikan pesawat angkat dan angkut dan segera melaporkan kepada
atasan, apabila alat pengaman atau perlengkapan pesawat angkat dan
angkut tidak berfungsi dengan baik atau rusak;
e. mengawasi dan mengkoordinasikan operator kelas II dan operator kelas III
bagi operator kelas I, dan operator kelas II mengawasi dan
mengkoordinasikan operator kelas III;
f. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah
ditetapkan dalam pengoperasian pesawat angkat dan angkut; dan
g. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian selama mengoperasikan
pesawat angkat dan angkut.
(2) Juru ikat (rigger) berkewajiban untuk:
a. melakukan pemilihan alat bantu angkat sesuai dengan
kapasitas beban kerja aman;
b. melakukan pengecekan terhadap kondisi pengikatan aman dan
alat bantu angkat yang digunakan;
c. melakukan perawatan alat bantu angkat;
d. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan
yang telah ditetapkan; dan
e. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian sesuai dengan
pekerjaan yang telah dilakukan.
(3) Teknisi berkewajiban untuk:
a. melaporkan kepada atasan langsung, kondisi pesawat angkat dan
angkut yang menjadi tanggung jawabnya jika tidak aman atau tidak
layak pakai;
b. bertanggung jawab atas hasil pemasangan, pemeliharaan,
perbaikan, dan/atau pemeriksaan peralatan/komponen pesawat
angkat dan angkut;
c. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang
telah ditetapkan;
d. membantu pegawai pengawas ketenagakerjaan spesialis pesawat
angkat dan angkut dalam pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian
pesawat angkat dan angkut; dan
e. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian sesuai dengan
pekerjaan yang telah dilakukan.

Вам также может понравиться