Вы находитесь на странице: 1из 28

LAPORAN KASUS

ANESTESI UMUM PADA


APENDICITIS PERFORASI
DI SUSUN OLEH :

Murni Marlina Debora S (212210043)


Ronny Tarigan (212210096)
Sui Zian Wijaya (71160891770)
Imania (711608911038)
Annisa Chaerani (71160891940)
Rahmat Khairul Syakban Nst (71160891004)

PEMBIMBING :
Dr. Tumbur, Sp.An
BAB 1
ANESTESI?

pembiusan
berasal dari bahasa Yunani
an "tidak, tanpa"
aesthētos "persepsi, kemampuan untuk merasa

secara umum
suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Trias Anestesi

Hipnotik, Analgetik

Relaksan

Anestesi umum atau general anestesi merupakan suatu


keadaan dimana hilangnya kesadaran disertai dengan
hilangnya perasaan sakit di seluruh tubuh akibat pemberian
obat-obatan anestesi dan bersifat reversible.
Anestesi umum dapat diberikan secara intravena, inhalasi dan
intramuskular.
INDIKASI KONTRAINDIKASI
 Pada bayi dan dan anak usia muda  Tergantung dari efek farmakologi
 Memilih anestesi umum obat anestetika terhadap organ
 Pasien gelisah, tidak kooperatif, tubuh, misalnya pada kelainan.
disorientasi dengan gangguan jiwa  Jantung : Hindarkan pemakaian
 Pembedahannya luas atau ekstensif obat-obat yang mendepresi
 Posisi pembedahan seperti miring, miokard atau menurunkan aliran
tengkurap, duduk atau litotomi darah koroner.
 Pembedahan yang berlangsung lama  Hepar : Hindarkan obat yang
 Pembedahan dimana anestesi lokal toksis terhadap hepar
tidak praktis atau tidak memuaskan
 Ginjal : Hindarkan atau seminim
 Riwayat penderita toksik atau alergi
mungkin pemakaian obat-obat
obat anestesi local
yang dieksresi melalui ginjal
 Penderita dengan pengobatan
antikoagulantia  Paru : Hindarkan obat-obat yang
menaikkan sekresi dalam paru
 Endokrin : Hindarkan pemakaian
obat yang merangsang susunan
saraf simpatis pada diabetes
karena bisa menyebabkan
peninggian gula darah.
Persiapan Pre-Anestesi

1
•Anamnesis

2
•Pemeriksaan fisik

3
•Pemeriksaan penunjang
Klasifikasi Status Fisik untuk menilai
kebugaran fisik seseorang (ASA)
• Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan
ASA 1 dioperasi

• Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain
ASA 2 penyakit yang akan di operasi

• Pasien memiliki kelainan sistemik yang berat selain penyakit yang akan di operasi,
ASA 3 tetapi belum mengancam jiwa

• Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit
ASA 4 yang akan di operasi

• Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja
ASA 5 dapat menyelamatkan tapi resiko kematian tetap jauh lebih besar.

• Pasien yang telah dinyatakan telah mati batang otaknya yang mana organnya akan
ASA 6 diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan
PERSIAPAN INDUKSI ANASTESI

T
S A
T Tape I
Scope Airway S
Tube Inducer C
(Sungk (Plast
(Stetos (Stilet Conne Suct
(Endotr upmuk er atau
kop,La a,Pipao ction ion
acheal atau forceps
ringos rofarin
Tube) Hypa Magill)
kop) g)
fix)
Apendicitis
Apendiks Sekitar 250.000
Anatomi

Epidemiologi
merupakan kasus/tahun di
organ AS pada usia 6-
berbentuk 10 tahun.
tabung, Laki-laki >
panjangnya perempuan=3:2
kira-kira 10cm
(kisaran 3-
15cm), dan
berpangkal di
caecum
Etiologi
Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix
sehingga terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi
infeksi. Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab
obstruksi yang paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada
sekitar 20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi
appendiks meliputi: Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau tumor
lainnya, benda asing (pin, biji-bijian), kadang parasit. Penyebab lain yang
diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi mukosa appendix oleh
parasit E. histolytica. Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi pada
pasien appendicitis yaitu: Bakteri aerob fakultatif, Bakteri anaerob
Escherichia coli, Viridans streptococci, Pseudomonas aeruginosa,
Enterococcus Bacteroides fragilis, Peptostreptococcus micros Bilophila
species Lactobacillus species
BAB III
LAPORAN KASUS
• IDENTITAS PASIEN
Nama : Tabera Eka Sari Rumapea

Umur : 13 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Tinggi / Berat badan : 105 cm / 25 kg

No RM : 01.05.86.73

Alamat : Jl. LK I Tanah Enam Ratus

MRS : 18 Juni 2018

Tanggal Operasi : 18 Juni 2018


Anamnesis (Alloanamnesis) (18 Juni 2018)
 Keluhan utama : Nyeri seluruh lapangan perut
 Riwayat penyakit sekarang : Hal ini di alami os ±
2 hari yang lalu SMRS, Awalnya nyeri dirasakan
pada perut kanan bawah namun lama
kelamaan nyeri dirasakan ke seluruh lapangan
perut. Pasien juga mengalami mual dan
muntah sejak 2 hari ini. Pasien juga mengalami
mencret ± 2 hari dengan frekuensi 3 kali dalam
sehari. Demam juga dirasakan pasien 1 hari ini.
BAK (+) dalam batas normal.
 RPT : -
 RPO: -
 RPK: -
Keadaan Pra Bedah
(Follow Up Anestesi 18 Juni 2018)

• Airway : Clear

B1
• Frekuensi pernafasan : 16 x/i
• Suara pernafasan : Vesikuler
• Suara tambahan : (-)
• Riwayat asma/sesak/batuk/alergi: -/-/-/-

• Akral : Hangat/merah/kering

B2
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Frekuensi nadi : 86 x/i
• T/V : Cukup
• Temperatur : 36,6oC
• Konj.palp inferior pucat/hiperemis/ikterik :-/-/-
•Sensorium :Compos mentis
•GCS : 15

B3
•RC : +/+
•Pupil : ɵ 3 mm, bentuk bulat, isokor
•Reflek fisiologis : +/+
•Reflek patologis : -/-
•Riwayat kejang/ muntah proyektil/ nyeri kepala/
pandangan kabur : -/ -/ -/ -

B4
•Urine :+
•Volume : ± 1250 cc
•Warna : Kuning
•Kateter :-
• Abdomen : soepel (+), distensi
(-), nyeri tekan (+), teraba massa (-)

B5
• Peristaltic : (+) N
• Mual/Muntah : +/+
• BAB/Flatus : +/+
• NGT :-

B6
• Fraktur :-
• Luka bakar :-
• Oedem :-
Pemeriksaan Penunjang
HEMATOLOGI HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Hemoglobin 12,6 Gr/dl 11-16,5
Leukosit 24,69 /ul 4000-10000
Hematokrit 37,2 % 36-45
Eritrosit 5,31 /ul 4,5-5,1
Trombosit 327.000 /ul 150000-450000
MCV 70,1 fl 80,0-96,0
MCH 23,7 pg 26,5-33,5
MCHC 33,9 g/dl 31,5-35,0
APTT 34,9 detik 27- 42
PT 19,7 detik 11,6-14,5
INR 1,63 detik 1-1,3
KIMIA DARAH
SGOT 19,9 U/L 0,00- 40,00
SGPT 10.00 mg/dl 0,00-40,00
KGD Adrandom 80,00 mg/dl 0,00-140,00
Ureum 25,00 mg/dl 10,00-50,00
Creatinin 0,47 mg/dl 0,60-1,20

ELEKTROLIT
Natrium (Na+) 140 Mmol/L 136-155
Kalium(Ka+) 4,40 Mmol/L 3,5-5,5
Klorida (Cl-) 107,00 Mmol/L 98-107
IMUNOLOGI
HbsAg Kualitatif Negatif
HIV Kualitatif Negatif
Anti HCV Negatif
FOTO THORAX
Tidak tampak kelainan radiologi pada cor dan pulmo
USG ABDOMEN
 DIAGNOSIS KERJA : Diffuse Peritonitis d/t
appendicitis perforasi

 PENGGOLONGAN STATUS FISIK PASIEN


MENURUT ASA : ASA III

 RENCANA TINDAKAN : Laparatomy

 RENCANA ANESTESI : GA – ETT


ANESTESI
Persiapan pasien
 Pasien puasa sejak pukul 07.00
 Pemasangan infus pada dorsum manus sinistra dengan
cairan RL
 Persiapan alat
 Stetoskop
 Tensi meter
 Meja operasi dan perangkat operasi
 Infus set
 Abocath no.20
 Spuit 3 cc,5 cc,10 cc

Obat – obat yang dipakai


 Premedikasi : midazolam 2 mg, fentanyl 50 mcg
 Medikasi : propofol 50 mg, recuronium 30 mg,
dexamethasone 5 mg, ketorolac 15 mg, ondancentrone 4
mg, sulfas atropine 0,25 mg.
Urutan pelaksana anastesi
 Cairan pre operasi :RL 500 ml

 Prosedur anastesi :
- Pasien dibaringkan di meja operasi dalam posisi
supine
- Infus RL terpasang di lengan kiri
- Pemasangan tensimeter di lengan kanan
- Pemasangan oksimetri di ibu jari kanan pasien
- Pemasangan elektrodapengukuran frekuensi
nadi dan frekuensi nafas
Teknik anastesi :
 Pasien posisi supine oksigenasi O2 2-3 L/i selama 3-5 menit
 premedikasi dengan midazolam 2 mg dan fentanyl 50
mcg  induksi dengan propofol 50 mg  eyelid (-) 
pasien sleep non apnoe  dilakukan ventilasi positif 
injeksi rocuronium 30 mg  pasien sleep apnoe  ventilasi
90-120 detik  insersi ETT nomor 6  cuff (+)  cek
pernapasan kanan dan kiri  fiksasi dengan hipafix.

 Monitoring perdarahan
Perdarahan
 Kassa basah : 10 x 30 = 300 cc
 Kassa ½ basah : 5 x 0 = 0 cc
 Suction : 200 cc
 Handuk :-

 Infuse RL o/t regio dorsum manus sinistra


 Pre operasi : RL 500 ml
 Durante operasi : RL 500ml

 Urine output durante operasi : 150 cc


KETERANGAN TAMBAHAN
 Diagnose pasca bedah : Post
kolesistektomi d/t kolelitiasis
 Lama anastesi : 07.45–10.05
 Lama operasi : 08.00 – 09.55
 EBV :80 x 25 kg = 2000cc
 EBL:10% = 200 cc
20% = 400 cc
30% = 600cc
INSTRUKSI POST OPERASI
 Bed rest
 IVFD RL 20 gtt/i makro
 O2 1-2 L/i
 Injeksi Ketorolac 15 mg/ 8 jam
 Injeksi Ceftriaxone 500 mg/12 jam
 Injeksi Ranitidine 25 mg / 12 jam
 Antibiotik dan terapi lain sesuai TS
Bedah
 Pantau Vital sign per 15 menit selama 2
jam di RR
BAB III
PEMBAHASAN TEORI
TEORI KASUS
Pertimbangan anesthesia-analgesia yang akan diberikan Pasien perempuan 13 tahun dengan diagnosa Diffuse
kepada pasien yang akan menjalani pembedahan, Peritonitis d/t appendicitis perforasi akan dilakukan
memperhatikan berbagai faktor, yaitu:
tindakan laparatomy dengan rencana GA-ETT
1. Umur  pada pasien bayi dan anak adalah anestesi
(General Anestesi Endo Tracheal Tube)
umum karena pasien ini kurang kooperatif
2. Jenis kelamin Faktor emosional dan rasa malu yang
lebih dominan pada pasien wanita merupakan faktor
pendukung pilihan anesthesia umum.
3. Jenis operasi :
 Lokasi
 Posisi
 Manipulasi: operasi laparatomy dengan manipulasi
intraabdominal yang luas dengan segala resiko,
membutuhkan relaksasi lapangan operasi optimal, harus
dilakukan dengan anestesi umum dengan fasilitias
intubasi endotrakeal
 Durasi  jika operasi membutuhkan waktu yang sangat
lama membutuhkan anesthesia umum
Kontra indikasi: Berhubungan dengan efek farmakologi obat
yang digunakan
TEORI KASUS
Hal ini sesuai dengan teori bahwa Appendicitis Perempuan 13 tahun dengan keluhan nyeri
dapat mengenai semua usia. Gejala awal pada seluruh lapangan paru. Hal ini di alami os ± 2
Appendicitis yaitu dengangangguan hari yang lalu SMRS. Awalnya nyeri dirasakan
gastrointestinal yaitu penurunan nafsu makan,
pada perut kanan bawah namun lama
adanya mual, muntah dan diare juga dapat
kelamaan nyeri dirasakan ke seluruh
terjadi akibat infeksi sekunder dan iritasi pada
lapangan perut. Pasien juga mengalami
ileum terminal atau caecum. Selain itu gejala
nafsu makan menurun, mual dan
lainnya adalah nyeri pada perut kanan bawah.
Pada appendicitis perforasi biasanya akan
muntahjuga dialami oleh pasien sejak 2 hari

terjadi peningkatan suhu tubuh. ini. Pasien juga mengalami mencret ± 2 hari
dengan frekuensi 3 kali dalam sehari.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa salah satu
Demam juga dirasakan pasien 1 hari ini. BAK
penyebab peritonitis paling sering adalah
(+) dalam batas normal.
appendicitis perforasi. Gejala pada peritonitis
umumnya adalah nyeri abdomen merupakan
gejala yang hampir selalu ada pada peritonitis.
Nyeri biasanya datang dengan onset yang tiba-
tiba, hebat dan pada penderita dengan perforasi
nyerinya didapatkan pada seluruh bagian
abdomen, mual, muntah dan gejala sistemik
pada peritonitis salah satunya adalah demam.
TEORI KASUS

Hal ini sesuai dengan teori Dijumpain pada pemeriksan


pada Appendicitis Perforasi laboratorium didapatkan
dapat terjadi peningkatan peningkatan pada Leukosit :
leukosit yaitu dengan jumlah 24,69 /ul
leukosit diatas 10.000
ditemukan pada lebih dari
90% anak dan pada kasus
peritonitis hitung sel darah
putih biasanya lebih dari
20.000/mm3
TEORI KASUS
Klasifikasi yang digunakan untuk menilai kebugaran fisik
seseorang berasal dari The American Society of
Pasien ini digolongkan
Anesthesiologists (ASA). Klasifikasi sebagai berikut : dalam ASA 3 karena
 ASA 1 : pasien tidak memiliki kelainan organik dari hasil laboratorium
maupun sistemik selain penyakit yang akan dioperasi
 ASA 2 : pasien yang memiliki kelainan sistemik didapatkan hasil
ringan sampai dengan sedang selain penyakit yang
akan di operasi. leukositosis dan
 ASA 3 : pasien memiliki kelainan sistemik yang
berat selain penyakit yang akan di operasi, tetapi
mengganggu aktivitas

belum mengancam jiwa.
ASA 4 : pasien memiliki kelainan sistemik berat
pasien.
yang mengancam jiwa selain penyakit yang
akan di operasi.
 ASA 5 : pasien dalam kondisi yang sangat jelek
dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat
menyelamatkan tapi resiko kematian tetap jauh lebih
besar.
 ASA 6 : pasien yang telah dinyatakan telah mati
batang otaknya yang mana organnya akan diangkat
untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi
yang membutuhkan
BAB IV
KESIMPULAN
 Pasien perempuan, usia13 tahun dengan diagnosis
Apendicitis Perforasi, akan dilakukan tindakan Laparotomi
dengan rencana anastesi umum akan tidak memuaskan atau
tidak praktis jika dilakukan anestesi lokal.
 Pada pasien ini juga tidak dijumpai komplikasi dari tindakan
anestesi umum seperti kerusakan fisik (pembuluh darah dan
intubasi), pernafasan, kardiovaskular, hati dan suhu tubuh.
 Pasien ini digolongkan dalam ASA 2 karena dari hasil
laboratorium didapatkan hasil Leukositosis.

Вам также может понравиться