Вы находитесь на странице: 1из 21

SEMINAR RISET MAHASISWA 4

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA


(STUDI PADA KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
KABUPATEN BANTUL)

Oleh:
Andi Amirullah Arif Tiro
16/401995/PEK/21530

Dosen Pembimbing:
Rusdi Akbar, M.Sc., Ph.D., CMA., Ak., CA.
1. LATAR BELAKANG

Good Governance  Sistem Akuntabilitas


Pengukuran Kinerja
New Public Instansi Pemerintah
Management (Bastian 2006 dan (SAKIP)
Mardiasmo 2009)
(Hood 1991) Perpres No. 29 Thn 2014

Kondisi Akuntabilitas Raport Merah


Instansi Pemerintah Kantor Kesatuan Bangsa
Evaluasi AKIP
Nasional dan Regional dan Politik Kabupaten
III Tahun 2016 Bantul
2. RUMUSAN MASALAH

Hasil evaluasi akuntabilitas


kinerja Kantor Kesatuan
Bangsa dan Politik Kabupaten
Bantul memperoleh raport
merah.
3. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana penerapan sistem pengukuran kinerja
mulai perencanaan strategis hingga pelaporan 4. TUJUAN PENELITIAN
kinerja di kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Bantul?
2. Mengapa kinerja Kantor Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Bantul memperoleh rapor
merah dalam pengukuran akuntabilitasnya?

1. Mengevaluasi penerapan sistem pengukuran


kinerja dan kesesuaian informasi menggunakan
model logika cetak biru kinerja (performance
blueprints) dalam dokumen perencanaan strategis
hingga pelaporan kinerja
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan
dalam penerapan sistem pengukuran kinerja pada
kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Bantul.
5. KONTRIBUSI PENELITIAN
. 6. KONTEKS PENELITIAN

PRAKTIS
Dokumen perencanaan strategis
hingga pelaporan kinerja dengan
TEORITIS fokus pada penerapan sistem
pengukuran kinerja Kantor
Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Bantul tahun 2016.
7. TINJAUAN PUSTAKA

New Public Management Pengukuran Kinerja Sistem Akuntabilitas Instansi


•Hood 1991 •Bastian 2006 Pemerintah
•Mardiasmo 2009 •Perpres No 24 Tahun 2014

Model Logika Cetak Biru Kinerja Teori Institusional dan


(Performance Blueprint) Isomorfisma
•Knowlton 2013 •DiMaggio dan Powell 1983
•PMK No 143 Tahun 2015
•Longo 2002
7. TINJAUAN PUSTAKA (LANJUTAN)
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

JUDUL/PENELITI HASIL
Performance measurement in Pemerintah daerah di Indonesia dalam mengembangkan indikator kinerja cenderung hanya untuk
Indonesia: the case of local memenuhi persyaratan peraturan daripada membuat organisasi mereka lebih efektif dan efisien. Dalam
Government penerapan implementasi pengukuran kinerja, komitmen melalui kepemiminan yang baik menjadi faktor
utama yang berperan. Kemudian tekanan koersif dari pemerintah pusat juga berdampak pada hasil seperti
Akbar (2012) isomorfisme normatif melalui pelatihan oleh universitas dan berbagi pengetahuan.
Evaluasi Implementasi Sistem Sistem pengukuran kinerja mulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan kinerja di Poltekkes Ternate
Pengukuran Kinerja (Studi Pada sudah cukup memberikan gambaran kesesuaian informasi (hubungan yang logis). Hasil evaluasi indikator
Poltekkes Kemenkes Ternate) kinerja pada dokumen perencanaan dan pelaporan Poltekkes Ternate menggunakan 4 kuadran menghasilkan
bahwa dari 36 indikator kinerja, sebagian besar yaitu 15 indikator (41,67%) masuk kuadran prioritas 4 pada
Kusumaningrum (2015) kuantitas upaya, sehingga secara umum indikator kinerja masih berorientasi upaya bukan hasil.
Implementing Performance Pegawai menganggap isomorfisma koersif sebagai penggerak terhadap kepatuhan Pemerintah Daerah di
Measurement System: Indonesian Indonesia dengan instruksi presiden Presiden BJ Habibie (Inpres No. 7/1999). Laporan Akuntabilitas Kinerja
Local Government under pressure Institusi Pemerintah(LAKIP), banyak instansi masih belum melaporkan dan belum melakukannya dengan baik.
Banyak instansi kekurangan motivasi manajemen, dengan beberapa memilih untuk hanya meniru
Akbar (2015) (isomorfisme mimetik) apa yang sedang dilakukan orang lain. Bagian sumber daya yang baik memanfaatkan
konsultan eksternal atau universitas lokal dalam berbagi pengetahuan (normatif isomorfisma).
Evaluasi Implementasi Sistem Inspektorat Kabupaten Purworejo telah melakukan suatu sistem pengukuran kinerja kegiatan namun
Pengukuran Kinerja (Studi Pada penilaian tersebut belum sesuai dengan Permenpan dan RB Nomor 12 Tahun 2015. Indikator kinerja
Inspektorat Kabupaten kegiatan belum mendukung kinerja Inspektorat Purworejo sebab masih berorientasi pada aktifitas dan
Purworejo) belum berorientasi pada hasil yangbermanfaat bagi obyek pemantauan. Dalam penelitian ini terbukti
mekanisme isomorfisma koersif terjadi dalam sistem pengukuran kinerja kegiatan pemantauan TLHP di
Indrawati (2016) Inspektorat Kabupaten Purworejo.
8. OBJEK PENELITIAN
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik merupakan unsur
pendukung pemerintah daerah yang dipimpin oleh kepala
kantor yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada bupati melalui sekretaris daerah. Organisasi Perangkat
Daerah ini mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan
pemerintah daerah di bidang kesatuan bangsa dan politik
dalam negeri. Dan dalam melaksanakan tugasnya kemudian
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik menyelenggarakan fungsi
yaitu:
1. Perumusan kebijakan tehnis bidang kesatuan bangsa dan
politik dalam negeri .
2. Pelaksanaan tugas bidang kesatuan bangsa dan politik
dalam negeri.
3. Pembinaan Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri.
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
8. METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
•Wawancara
•Analisis Dokumen
Metode Penelitian
• Kualitatif
• Study Kasus
Analisis Data Tekstual (Hennink et.al
2011)
• Deskripsi Tebal (Thick Description)
• Perbandingan (Comparison)
• Kategorisasi dan Konseptualiasi (Categorizing
Sumber Data and Conceptualizing)
• Pengembangan Teori (Theory Development)
• Primer
• Sekunder
Pengujian Data
• Triangulasi Sumber
• Member Checking
9. PARTISIPAN

NAMA JABATAN ID Waktu Durasi

Indrastuti, S.Ip Staff Tata Usaha P1 5 Desember 2017 28 Menit 11 Detik

Supriyanta, S.Stp Kepala Seksi Wawasan Kebangsaan dan P2 5 Desember 2017 44 Menit 14 Detik
Politik Dalam Negeri
Drs. Mursana Kepala Sub Bagian Tata Usaha P3 5 Desember 2017 35 Menit 34 Detik

Umardani, SH., MM Kepala Seksi Kewaspadaan dan P4 5 Desember 2017 56 Menit 18 Detik
Ketahanan Nasional
Stevanum Heru Wesmandoro Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan P5 11 Desember 2017 63 Menit 30 Detik
Politik
10. ANALISIS DATA

Analisis Dokumen Tekstual Data Analysis


Deskripsi Tebal (Thick Description)
Dianalisis Alur Logikanya Pada tahap ini,
Manggunakanan transkrip Perbandingan (Comparison)
Performance Blue Print RPJMD wawancara Membandingkan Kategorisasi dan Konseptualiasi
direduksi dan jawaban antar (Categorizing and Conceptualizing)
difokuskan pada partisipan terkait
penekanan kata- pertanyaan yang Mengelompokkan Pengembangan Teori
Rencana Strategis kata tertentu sama
kode-kode yang (Theory Development)
sama dari hasil
wawancara Penarikan
Kesimpulan dari
Rencana Tahunan hasil wawancara
yang telah
dikategorikan

Perjanjian Kinerja

Laporan Kinerja (LAKIP)


11. VALIDITAS DATA

TRIANGULASI SUMBER MEMBER CHECKING

P1
P5 P2
KODE X

P4 P3
12. HASIL PENELITIAN

PERENCANAAN KINERJA Temuan


RPJMD • Melibatkan berbagai pihak Kantor Kesatuan
Bangsa dan Politik
Renstra SKPD • Terjadi Isomorfisma Mimetik dalam
penyusunan program dan Kegiatan
Renja SKPD
• Indikator kinerja berdasarkan kriteria
SMART:
Evaluasi RKA SKPD
– IKU ke-2 tidak memenuhi kriteria.
Penetapan Kinerja – IKP (6 Program) telah memenuhi
kriteria
Kinerja Actual
• Alur logika antar dokumen belum
menunjukkan kesesuaian, terjadi
LAKIP
inkonsistensi penetapan program dan
Gambar 4.2 Alur Logika Perencanaan Kinerja
kegiatan.
12. HASIL PENELITIAN (LANJUTAN)

PEGUKURAN KINERJA TEMUAN


• Pengukuran kinerja telah dilakukan
berkala
• Pengukuran kinerja sementara baru lebih
kepada keluaran (output)

• Alokasi anggaran tahun 2016 lebih fokus


mengarah pada pencapaian indikator
kinerja utama (IKU) ke-2.
12. HASIL PENELITIAN (LANJUTAN)

PELAPORAN KINERJA TEMUAN

• Pelaporan kinerja tidak sesuai dengan


perjanjian kinerja yang telah ditetapkan.
• Antara dokumen banyak indikator kinerja
yang berbeda meskipun program dan
kegiatannya sama.
• Telah dilakukan analisis pelaporan, namun
tindak lanjut belum maksimal.
12. HASIL PENELITIAN (LANJUTAN)

EVALUASI KINERJA TEMUAN

• Evaluasi kinerja telah dilakukan berupa


pengendalian internal
• Tidak ada mekanisme reward and
punishment
12. HASIL PENELITIAN (LANJUTAN)

FOUR QUADRAN FRIEDMAN

Secara umum indikator kinerja Kantor


Kesatuan Bangsa dan Politik masih
didominasi oleh upaya (kuantitas upaya
56% dan kualitas upaya 44%), dan belum
berorientasi pada dampak.
12. HASIL PENELITIAN (LANJUTAN)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PENERAPAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA
KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BANTUL

SUMBER DAYA ROTASI


MANUSIA (SDM) PEGAWAI

STATUS BUDAYA EWUH


KELEMBAGAAN PEKEWUH
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN REKOMENDASI
1.Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bantul telah 1. Perlu dilakukan perbaikan penerapan sistem pengukuran
melakukan penerapan sistem pengukuran kinerja berdasarkan kinerja, khusunya pada bagian perencanaan kinerja. Kantor
Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bantul perlu
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Namun dalam memperhatikan konsistensi penetapan indikator kinerja
penerapannya, mulai perencanaan kinerja sampai dengan dalam penetapan kinerja dan pelaporan kinerjanya agar
pelaporan kinerja masih belum cukup memberikan gambaran pengukuran kinerja dapat dilakukan relevan dan berorientasi
alur logika yang sesuai antar dokumen. Masih terdapat hasil untuk menunjang tujuan organisasi.
beberapa ketidakselarasan terutama antara perjanjian kinerja 2. Perlu dilakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia
dan laporan kinerjanya dalam hal penetapan program dan baik kuantitas maupun kualitas dan penempatan personel
indikator kinerja. Kemudian berdasarkan evaluasi model yang tepat pada posisi utama penggerak aktivitas organisasi
performance blueprint, secara umum indikator kinerja program khususnya perencanaan dan administrasi keuangan. Kemudian
yang ditetapkan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik masih Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik juga perlu memperjelas
berorientasi pada upaya (kuantitas upaya 56% dan kualitas upaya status kelembagaannya kepada pemerintah daerah. Selain itu
44%), dan belum berorientasi pada dampak. diperlukan kerja sama dan komitmen bersama untuk
2.Faktor-faktor yang memengaruhi penerapan sistem pengukuran memperbaiki kinerjanya organisasi.
kinerja di Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Bantul yaitu sumber
daya manusia, status kelembagaan, rotasi pegawai, dan budaya
ewuh pakewuh.
KETERBATASAN
1. Penelitian ini hanya dilakukan atas
dokumen-dokumen perencanaan strategis
dan pelaporan kinerja tahun 2016 saja,
sehingga belum membandingkan dengan
kinerja tahun-tahun sebelumnya.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu
SKPD yaitu Kantor Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Bantul.

Вам также может понравиться