Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2
Sistem Cerna
3
Copyright © 2001 Benjamin Cummings, an imprint of Addison Wesley Longman, Inc.
Gaster/ventriculus Dari bolus ke kimus
4
Ventrikulus
Dibagi
Regio
Cardia
(penyimpanan),
Fundus
(penyimpanan),
Corpus
(penyimpanan),
Piloricum (digesti)
Spingter pyloric
mencegah aliran bolus
makanan kembali dari
duodenum ke gaster
6 Figure 14.7
Copyright © 2001 Benjamin Cummings, an imprint of Addison Wesley Longman, Inc. Slide 14.9A
1. Mukosa
Mulai dari lambung
Mukosa : sel epitel : sekresi mukus & hormon
Invaginasi jaringan epitel kedalamnya membentuk
kelenjar eksokrin
Kelenjar eksokrin : sekresi asam, enzim, ion-ion
kedalam lumen
Lamina Propia
Di bawah lapisan epitel
Jaringan ikat : dilalui pembuluh darah kecil, serat
saraf & saluran limfe
17
MOVEMENTS OF FOOD THROUGH THE PHARYNX
AND UPPER ESOPHAGUS DURING SWALLOWING
Pharynx
Epiglottis
Upper
esophageal
Tongue sphincter
Esophagus
Adapted by:
Dr. Andreanyta Meliala, PhD.
THE THREE REGIONS OF THE STOMACH :
FUNDUS, BODY, AND ATRIUM
Esophagus
Fundus
Body
(secretes mucus
Pepsinogen and HCI)
Duodenum
Antrium
(secretes mucus
Pyloric Pepsinogen and gastrin)
sphincter
Adapted by:
Dr. Andreanyta Meliala, PhD.
Pencernaan Pada Lambung
20
PERISTALTIC WAVES
CONTRIBUTE TO Esophagus
THE ANTRAL CONTENTS
Lower
Esophageal
sphincter
Duodenum
Pyloric
sphincter
Stomach
Peristaltic Adapted by:
wave Dr. Andreanyta Meliala, PhD.
DIAGRAM
Heart
Liver
Hepatic
Stomach Portal vein
Mouth
ABSORPTION Anus
Vitamin K Rectum
Vitamin Air, Elektrolit
Karbonhidrat Protein
enzim asam, dll C, D, B2, B12, dll
Mineral Lipid FLATUS
Pembentukan
Food and Gas CO2, Metana, dll
water
SECRETION FECES
Aktifitas
Salivary glands BAKTERI
Small intestine
Large intestine
MOTILITY
Adapted by:
Dr. Andreanyta Meliala, PhD.
Fisiologi Saluran Pencernaan
Ditutupi di bagian dalam oleh lapisan mukosa (Selaput
lendir), untuk :
1. Absorpsi : penyerapan
2. Sekresi : pengeluaran larutan (enzim), mukus
(lendir)
3. Proteksi : perlindungan
Lapisan otot polos utk motilitas (gerakan memeras/mendorong =
peristaltik).
Diatur oleh persarafan simpatis dan parasimpatis (vagus)
Saraf parasimpatis meningkatkan
peristaltik dan sekresi.
Saraf simpatis menghambat efek
parasimpatik (mengurangi peristaltik
dan sekresi)
25
26
Pengaturan sekresi lambung fase ini sudah dimulai
bahkan sebelum
Terdapat 3 makanan masuk ke
fase yaitu: lambUng,
menghasilkan 10% dr
sekresi lambung
FaSe sefalik,
dimulai saat makanan
mencapai antrum
Fase gasTrik pilorus, menghasilkan
2/3 sekresi lambung
Fungsi MENAMPUNG
Fungsi MENCAMPUR
Sekresi bikarbonat
Sekresi mukus
29
Askep Gastritis
Definisi
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan.
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001:127), gastritis adalah:
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri
atau bahan iritan lain. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel.
30
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling
sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya
makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang
terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain
seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi
radiasi (Brunner, 2000 : 187).
Gastritis berarti peradangan mukosa lambung.
Peradangan dari gastritis dapat hanya superficial atau
dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung,
dan pada kasus-kasus yang berlangsung lama
menyebabkan atropi mukosa lambung yang hampir
lengkap. Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi
sangat akut dan berat, dengan ekskoriasi ulserativa
mukosa lambung oleh sekresi peptik lambung
sendiri (Guyton, 2001).
31
Penyebab & Patofisiologi
1. Pola Makan.
Menurut Yayuk Farida Baliwati (2004), terjadinya gastritis
dapat disebabka oleh pola makan yang tidak baik
dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah
makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung
meningkat.
a. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari, baik
kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam
tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus
halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis
makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4
jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya
lambung (Okviani, 2011).
32
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah
terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi
dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung
akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa
nyeri (Ester, 2001).
33
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit
untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam
lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa
pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik.
Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala
tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas
terbakar (Nadesul, 2005).
35
Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak
cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit
gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan
makanan yang banyak mengandung krim atau mentega.
Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena
lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna
makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian usus selebihnya.
Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung
untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan
asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan
dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).
36
c. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan
yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan
makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua
kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan
disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan).
Selain itu, Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi
lambung, yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung
menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka
pada lambung (Baliwati, 2004).
37
2. Kopi
Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari
berbagai jenis bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat,
asam amino, asam nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan
mineral.
38
Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf
pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan
jantung. Oleh sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah
wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir
lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein dapat
menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat
meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada
lambung dan pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh lambung
mempunyai efek sekresi getah lambung yang sangat asam dari bagian
fundus lambung. Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan
iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung (Okviani, 2011).
4. Rokok
Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah.
Dalam sebatang rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya
yang berperan seperti racun. Dalam asap rokok yang disulut, terdapat
kandungan zat-zat kimia berbahaya seperti gas karbon monoksida,
nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol, perylene, hidrogen
sianida, akrolein, asetilen, bensaldehid, arsen, benzopyrene,
urethane, coumarine, ortocresol,nitrosamin, nikotin, tar, dan lain-lain.
Selain nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan
substansi racun lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai
dampak rokok terhadap kesehatan (Budiyanto, 2010).
41
Efek rokok pada saluran gastrointestinal antara lain
melemahkan katup esofagus dan pilorus, meningkatkan
refluks, mengubah kondisi alami dalam lambung, menghambat
sekresi bikarbonat pankreas, mempercepat pengosongan
cairan lambung, dan menurunkan pH duodenum. Sekresi asam
lambung meningkat sebagai respon atas sekresi gastrin atau
asetilkolin. Selain itu, rokok juga mempengaruhi kemampuan
cimetidine (obat penghambat asam lambung) dan obat-obatan
lainnya dalam menurunkan asam lambung pada malam hari,
dimana hal tersebut memegang peranan penting dalam
proses timbulnya peradangan pada mukosa lambung.
42 (Beyer, 2004).
Rokok dapat mengganggu faktor defensif lambung
(menurunkan sekresi bikarbonat dan aliran darah di mukosa),
memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan
komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori. Merokok juga
dapat menghambat penyembuhan spontan dan meningkatkan
risiko kekambuhan tukak peptik(Beyer, 2004).
43
5. AINS ( Anti Inflamasi Non Steroid)
Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif
adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid
(Suyono, 2001).
Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara
kimia heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase,
menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor
tromboksan dari asam arakhidonat. Siklooksigenase merupakan
enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam
arakhidonat.
44
Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa
lambung yang amat penting, selain menghambat produksi prostaglandin
mukosa, aspirin dan obat antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat
merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena
kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat
merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat
antiinflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat
dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif
terganggu. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian setiap hari
selama minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis (Rosniyanti,
2010).
45
46 Cox = cyclo-oxygenase
6. Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh
terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan,
membahayakan dan merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan
bahwa stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu
saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Potter,
2005).
a. Stress Psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, misalnya
pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung
yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini
dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi
sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh
karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif
dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah
raga teratur dan relaksasi yang cukup(Friscaan, 2010).
47
b. Stress Fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar,
refluks empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan
juga ulkus serta pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap
kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan
peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang
menjadi gastritis dan ulkus peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah
kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam
dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung (Anonim, 2010).
Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile
(empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam
tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam
kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin
(pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam
lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu
akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan
48(gastritis).
49
50
51
7. Alkohol
Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama
dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya
melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel memungkinkannya
cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel
tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun. Alkohol
yang terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras
lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol
(Almatsier, 2002).
Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah
lambung dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi
alkohol dalam jangka panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau
sirosis, tetapi juga kerusakan lambung. Dalam jumlah sedikit, alkohol
merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang,
dan mual, sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi
mukosa lambung dan duodenum. Konsumsi alkohol berlebihan dapat
merusak mukosa lambung, memperburuk gejala tukak peptik, dan
mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol mengakibatkan
menurunnya kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena
ketidakcukupan enzim pankreas dan perubahan morfologi serta fisiologi
52
mukosa gastrointestinal (Beyer 2004).
8. Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang
berbentuk kurva dan batang. Helicobacter pylori adalah suatu
bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis
(gastritis) pada manusia. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi
oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian dalam lapisan
mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat
memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
InfeksiHelicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan
dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya ulkus peptikum dan penyebab tersering
terjadinya gastritis(Prince, 2005).
53
54
55
56
9. Usia
Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita
gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa
seiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi
tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter
Pylory atau gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda.
Sebaliknya,jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan
dengan pola hidup yang tidak sehat.
57
58
59
Klasifikasi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya
bersifat jinak dan sembuh sempurna (Prince, 2005: 422).
61
a. Gastritis Akut Erosif
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 127), gastritis akut erosif
adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di
klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai penyulit
penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.
62
GASTRITIS EROSI
63
b. Gastritis Akut Hemoragik
Penyebab utama gastritis akut hemoragik;
1).minum alkohol atau obat lain yang menimbulkan iritasi pada mukosa
gastrik secara berlebihan (aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun
pendarahan mungkin cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan
pasien akan berhenti sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah.
2). stress gastritis yang dialami pasien di Rumah Sakit, stressgastritis
dialami pasien yang mengalami trauma berat berkepanjangan, sepsis terus
menerus atau penyakit berat lainnya (Suyono, 2001).
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe,
yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun yang terutama mengenai
tubuh dan berkaitan dengan anemia pernisiosa; dan tipe B yang terutama
meliputi antrum dan berkaitan dengan infeksiHelicobacter pylori. Terdapat
beberapa kasus gastritis kronis yang tidak tergolong dalam kedua tipe
tersebut dan penyebabnya tidak diketahui (Chandrasoma, 2005 : 522).
c. Atrofi lambung
stadium akhir gastritis kronik
struktur kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata
dengan jaringan ikat
sel-sel radang juga menurun.
Mukosa menjadi sangat tipis sehingga dapat menerangkan mengapa
66
pembuluh darah menjadi terlihat saat pemeriksaan endoskopi
4. Metaplasia intestinal
Suatu perubahan histologis kelenjar-kelenjar mukosa lambung
menjadi kelenjar-kelenjar mukosa usus halus yang mengandung sel
goblet. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi secara
menyeluruh pada hampir seluruh segmen lambung, tetapi dapat pula
hanya merupakan bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.
67
Jadi, anemia pernisiosa itu disebabkan oleh kegagalan absorpsi
vitamin B12karena kekurangan faktor intrinsik akibat gastritis kronis
autoimun. Autoimunitas secara langsung menyerang sel parietal pada
korpus dan fundus lambung yang menyekresikan faktor intrinsik dan
asam (Chandrasoma, 2005 : 522).
68
2. Gastritis Kronis Tipe B
disebut juga sebagai gastritis antral (umumnya mengenai daerah
antrum) lebih sering terjadi dibandingkan dengan gastritis kronis tipe A.
lebih sering terjadi pada penderita yang berusia tua.
memiliki sekresi asam yang normal dan tidak berkaitan dengan anemia
pernisiosa.
Kadar gastrin yang rendah sering terjadi.
Penyebab utama gastritis kronis tipe B adalah infeksi kronis
oleh Helicobacter pylori.
Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang
berlebihan, merokok, dan refluks empedu kronis dengan
kofaktor Helicobacter pylori (Prince,2005: 423).
Memperlihatkan sebukan limfoplasmasitik pada mukosa lambung
superfisial.
Pada saat lesi berkembang, peradangan meluas yang meliputi mukosa
dalam dan korpus lambung.
Keterlibatan mukosa bagian dalam menyebabkan destruksi kelenjar
mukus antrum dan metaplasia intestinal (gastritis atrofik kronis tipe
B) (Chandrasoma, 2005 : 523).
69
Pada 60-70% pasien, didapatkan Helicobacter pylori pada pemeriksaan
histologis atau kultur biopsi. Pada banyak pasien yang tidak didapati
organisme ini, pemeriksaan serologisnya memperlihatkan antibodi
terhadap Helicobacter pylori, yang menunjukkan sudah ada
infeksi Helicobacter pylori sebelumnya (Suyono, 2001).
Helicobacter pylori
organisme yang kecil dan melengkung, seperti vibrio,
muncul pada lapisan mukus permukaan yang menutupi permukaan epitel
dan lumen kelenjar.
Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang menyerang sel
permukaan, menyebabkan deskuamari sel yang dipercepat dan
menimbulkan respon sel radang kronis pada mukosa lambung.
Helicobacter pyloriditemukan lebih dari 90% dari hasil biopsi
yang menunjukkan gastritis kronis.
Organisme ini dapat dilihat pada irisan rutin, tetapi lebih jelas dengan
pewarnaan perak Steiner atau Giemsa.
Keberadaan Helicobacter pylori berkaitan erat dengan peradangan
aktif dengan netrofil.
Organisme dapat tidak ditemukan pada pasien gastritis akut inaktif,
terutama
70 bila terjadi metaplasia intestinal (Chandrasoma, 2005 : 524).
3. Gastritis kronis tipe AB
Gastritis kronis tipe AB merupakan gastritis kronik yang
distribusi anatominya menyebar keseluruh gaster. Penyebaran
ke arah korpus tersebut cendrung meningkat dengan
bertambahnya usia (Suyono, 2001: 130).
71
Diagnosis
1. Tes Darah
untuk melihat adanya antibodi terhadap serangan Helicobacter pylori.
Hasil test yang positif menunjukkan bahwa seseorang pernah mengalami
kontak dengan bakteri Helicobacter pylori dalam hidupnya, tetapi keadaan
tersebut bukan berarti seseorang telah terinfeksi Helicobacter pylori.
Tes darah juga digunakan untuk mengecek terjadinya anemia yang mungkin
saja disebabkan oleh perdarahan karena gastritis (Anonim, 2010).
2. Breath Test
Test ini menggunakan tinja sebagai sampel dan ditujukan untuk
mengetahui apakah ada infeksi Helicobacter pylori dalam tubuh seseorang
3. Stool Test
Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacter pylori dalam
sampel tinja seseorang. Hasil test yang positif menunjukkan orang
tersebut terinfeksi Helicobacter pylori. Biasanya dokter juga menguji
adanya dar
4. Rontgen
untuk melihat kelainan pada lambung yang dapat dilihat dgn sinar X.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
5. Endoskopi
untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang mungkin tidak dapat
dilihat dengan sinar X.
73
Manifestasi Klinis
74
Keluhan saluran cerna :
Disfagia
Nyeri dada
Nyeri /rasa panas epigastrium
Kembung Sindroma dispepsia
Nausea/mual
Vomitus/muntah
Cepat kenyang
Colic,mules
Diare
Melena
Konstipasi
Komplikasi
77
KANKER LAMBUNG
78
TATALAKSANA GASTRITIS
NON MEDIKAMENTOSA
Diet : diet lambung :
lunak, tidak merangsang, porsi kecil tapi sering
STOP/JANGAN: makan/minum asam, pedas, sayur mgd
gas, kopi, soft drink, obat OAINS/kortikosteroid
Jika ada mematemesis-melena : Puasa
Hindari makanan/minum sbg pencetus, makanan
merangsang spt: Pedas,Asam,tinggi lemak, mengandung gas,
Kopi, alkohol dll
Bila muntah hebat, jgn makan dulu
Makan teratur, tidak berlebihan, porsi kecil tapi sering
Hindari stress
79
Terapi Medikamentosa
ANTACIDA :
penetralisir faktor asam sesaat, pe nyeri sesaat
Paling umum digunakan
Study metaanalisis manfaat (-), efektifitas = plasebo
80
Penghambat pompa proton / proton
pump inhibitor (PPI) menghambat
produksi asam lambung :
Paling efektif dan superior dlm menghambat
produksi asam lambung
omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol,
esomeprazol
mahal
81
Prokinetik (anti mual-muntah):
dimenhidrinat, metoklopramid, domperidon,
cisapride, ondansetron
Antagonis reseptor dopamin2 dan reseptor
serotonin
Utk tipe dismotilitas efektif dibanding
plasebo
82
Sitoprotektor :
sukralfat, teprenon, rebamipid
Mucopromotor
me prostaglandin
me aliran darah mukosa
83
Antibiotik:
bila terbukti terlibatnya H.pylori (+)
Amoxicillin, claritromisin, tetrasiklin,
metronidazol, bismuth
84
85
86
Nursing care plan
1. Nyeri b/d mukosa lambung teriritasi.
Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas
(skala 0-10).
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan
dengan gejala nyeri pasien sebelumnya.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau yang menurunkan
nyeri.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga
menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah
distensi dan haluaran gastrin.
87
keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat kimia.
4) Identifikasi dan batasi makanan yang dapat menimbulkan
iritasi lambung.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung
sehingga nyeri meningkat.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: analgesik
dan antasida.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat
menurunkan
88
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d masukan nutrien yang tidak adekuat.
Tujuan : Menghindari makanan pengiritasi atau minuman yang mengandung
kafein dan alkohol.
Intervensi :
1) Catat masukan nutrisi.
R/ Mengidentifikasi kebutuhan diet.
2) Berikan perawatan oral teratur.
R/ Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan berbau.
3) Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus.
R/ Peristaltik kembali normal menunjukkan kesiapan untuk memulai
makanan yang lain.
4) Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau
penentuan kebutuhan nutrisi.
5) Kolaborasi pemberian protein sesuai indikasi.
R/ Protein tambahan dapat membantu perbaikan dan penyembuhan.
89
3. Risiko kekurangan volume cairan b/d masukan cairan tidak
adekuat dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dibuktikan oleh
membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan frekuensi muntah.
R/ Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital.
R/ Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
3) Ukur berat badan tiap hari.
R/ Indikator cairan status nutrisi.
4) Kolaborasi pemberian antiemetik pada keadaan akut.
R/ Mengontrol mual dan muntah pada keadaan akut.
90
4. Ansietas b/d pengobatan.
Tujuan : Ansietas teratasi/berkurang.
Intervensi :
1) Catat petunjuk perilaku, mis: gelisah, peka rangsang.
R/ Indikator derajat ansietas.
2) Motivasi menyatakan pernyataan, berikan umpan balik.
R/ Membuat hubungan terapeutik, membantu pasien/orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.
3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang dipersepsikan orang lain.
R/ Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stress.
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku koping yang digunakan pada
masa lalu.
R/ Perilaku yang berhasil dapat diikutkan pada penerimaan masalah saat ini,
meningkatkan rasa kontrol dingin pasien.
5) Bantu pasien belajar mekanisme koping yang efektif.
R/ Belajar cara memecahkan masalah dapat membantu dalam menurunkan stress
dan ansietas.
91
92
The role of microorganisms
Helicobacter Pylori
PATHOGENIC PROPERTIES OF HELICOBACTER PYLORI
112
SINDROMA DISPEPSIA
Bukan istilah dari suatu nama penyakit
Tapi istilah untuk suatu sindroma/kumpulan dari beberapa
gejala/keluhan, berupa:
Nyeri di daerah ulu hati (epigastrium)
Rasa panas di epigastrium
Rasa tidak nyaman (discomfort) di epigastrium
Kembung
Mual – muntah
Rasa cepat kenyang/perut rasa cepat penuh/begah
Rasa seperti menyesak dari ulu hati ke atas
113
Keluhan2 di atas tidak harus ada semuanya
pada seorang pasien Sindroma Dispepsia
Keluhan bisa episodik atau menetap
Awam : bila ada keluhan spt di atas
diasumsikan Sakit Maag
Ringan berat RS
114
Definisi Dispepsia
Menurut konsensus ROMA II th 2000, adalah:
“Dyspepsia refers to pain or discomfort centered
in the upper abdomen”
115
Epidemiologi dispepsia
116
Etiologi Dispepsia
117
2. Penyakit2 hati, pankreas, dan bilier, spt: hepatitis, pankreatitis,
kolesistitis dll
118
Hasil esofagogastroduodenoskopi pada 591 kasus
Dispepsia di RSCM th 1994
120
Endoskopi (esofagoduodenoskopi),
diindikasikan bila:
Dispepsia + Alarm symptoms :
Petunjuk awal akan kemungkinan adanya kelainan
organik: BB, anemia, muntah2 hebat, dugaan
obstruksi, hematemesis,melena, keluhan berulang,
umur > 45 th.
Endoskopi dpt mengidentifikasi kelainan organik pada
lumen sal.cerna, biopsi dan pengambilan spesimen
untuk biakan kuman H. pylori
121
USG : batu empedu, kolesistitis, sirosis
hati, hepatoma dsb
122
DISPEPSIA
Alarm symptoms
(anemia, BB, hematemesis, melena dsb)
- Terapi gagal +
Terapi empirik Eksplorasi diagnostik :
(endoskopik, radiologi, USG dll)
123
Alur tatalaksana ringkas diagnosis kasus dispepsia
DISPEPSIA FUNGSIONAL
DEFINISI
Konsensus ROMA II th 2000, adalah dispepsia
Berlangsung minimal 12 minggu (tak hrs berurutan) di dlm 12 bulan
1. dispepsia persisten a/ rekuren (nyeri a/ tak nyaman yg berpusat di upper
abdomen
2. Tak ada kelainan organik (endoskopik)
3. Bukan dispepsia yg berhubungan dg IBS
124
Epidemiologi Dispepsia Fungsional
Inggris dan Skandinavia :
Prevalensi : 7 – 41 %
Hanya 10 – 20 % yg berobat
Indonesia :
secara nasional data (-)
125
Untuk kepentingan th/ gambaran klinis
dispepsia fungsional terbagi atas:
1. Tipe spt ulkus keluhan dominan nyeri
epigastrium disertai nyeri malam hari
2. Tipe spt dismotilitas keluhan dominan
kembung, mual, muntah, rasa penuh, cepat
kenyang.
3. Tipe non pesifik tak ada keluhan dominan
126
Sebelum konsensus Roma II,
heart burn/ regurgitasi termasuk dispepsia
tapi saat ini masuk penyakit GERD krn
tingginya sensitifitas dan spesifisitasnya untuk
adanya proses GER
127
Patofisiologi Dispepsia Fungsional
PATOFISIOLOGIS PASTI BELUM DIKETAHUI
Faktor hipersekresi asam lambung mukosa hipersensitif thd
asam
Faktor infeksi Helicobacter pylori ?
Dismotilitas hipomotilitas antrum & ggn koord antroduodenal
perlambatan pengosongan lambung
128
Ambang rangsang nyeri rendah shg distensi gaster ringan
timbul nyeri
129
TATALAKSANA DISPEPSIA
NON MEDIKAMENTOSA
Hindari makanan/minum sbg pencetus, makanan
merangsang spt:
Pedas
Asam
tinggi lemak
mengandung gas
Kopi
alkohol dll
Bila muntah hebat, jgn makan dulu
Makan teratur, tidak berlebihan, porsi kecil tapi sering
Hindari stress, olah raga
130
Terapi Medikamentosa
ANTACIDA :
penetralisir faktor asam sesaat, pe nyeri sesaat
Paling umum digunakan
Study metaanalisis manfaat (-), efektifitas = plasebo
131
Penghambat pompa proton / proton
pump inhibitor (PPI) menghambat
produksi asam lambung :
Paling efektif dan superior dlm menghambat
produksi asam lambung
omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol,
esomeprazol
mahal
132
Prokinetik (anti mual-muntah):
dimenhidrinat, metoklopramid, domperidon,
cisapride, ondansetron
Antagonis reseptor dopamin2 dan reseptor
serotonin
Utk tipe dismotilitas efektif dibanding
plasebo
133
Sitoprotektor :
sukralfat, teprenon, rebamipid
Mucopromotor
me prostaglandin
me aliran darah mukosa
134
Antibiotik:
bila terbukti terlibatnya H.pylori (+)
Amoxicillin, claritromisin, tetrasiklin,
metronidazol, bismuth
135