Вы находитесь на странице: 1из 17

Membahas apa kita kali ini?

Menyeleksi Ragam Informasi


Sebagai Bahan Teks Editorial
1. Aktual

Agar menarik
informasi teks
editorial
3.
2. Fenomenal
Kontroversial
1. AKTUAL
Suatu kejadian yang bersifat nyata yang benar-benar
terjadi dan sedang hangat hangatnya menjadi
pembicaran orang orang banyak
2. FENOMENAL
Kejadian kejadian luar biasa yang menjadi magnet bagi
khalayak umum
3. KONTROFERSIAL
Suatu perbedaan atau pertentangan sikap yang berupa
perdebatan terhadap sebuah masalah yang memiliki sisi
berlainan yang memicu konflik.
1. Isu 2. Isu
sensitif strategis

Macam macam
isu
3. Isu 4. Isu
politik campuran
1. Pernyataan
Pendapat

Menyampaikan
pendapat
3. Pernyataan
terhadap isu
2.
Ulang
Argumentasi
Pendapat
1. Pernyataan Pendapat
Pernyataan pendapat atau tesis adalah bagian
yang berisi tentang pandangan atau sudut
pandang penulis pada permasalahan yang
dibahas. Biasanya ini mengacu pada bentuk
pernyataan atau teori yang diperkuat dengan
argumen.
2. Argumentasi
Argumentasi adalah bentuk bukti atau alasan yang
dapat digunakan untuk memperkuat pernyataan
dalam sebuah tesis, walaupun begitu argumentasi
juga dapat digunakan untuk menolak sebuah
pendapat. Argumentasi dapat berupa generalisasi
atau pernyataan umum, data hasil pernyataan,
pernyataan para ahli ataupun fakta yang didasari
oleh referensi yang terpercaya.
3. Pernyataan Ulang Pendapat
Pernyataan/penegasan ulang pendapat atau
Reiteration adalah bagian teks editorial
yang berisi tentang penguatan kembali
pendapat yang sudah di tunjang oleh fakta
dalam argumentasi. Pernyataan ulang
pendapat terdapat pada bagian akhir teks.
Contoh Teks Editorial
Sebagai konsekuensi dari pembatasan
penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi,
kelangkaan solar, dan premium mulai dirasakan
di sejumlah daerah. Belum jelas tindakan apa
yang akan ditempuh pemerintah agar
Pernyataan kelangkaan yang kian meluas ini tak sampai
pendapat memunculkan keresahan dan gejolak di
masyarakat. Yng pasti, tidak bisa dengan dalih
kuota tak boleh di langgar, barang yang begitu
vital bagi masyarakat dibiarkan menghilang dari
pasaran.
Tanggung jawab pemerintah untuk menjamin BBM tetap ada di pasar.
Kita juga mempertanyakan pernyataan pihak Pertamina yang
menyebutkan, karena pembatasan dilakukan dalam rangka
mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi agar tak melebihi kuota, ada
kemungkinan kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga akhir tahun.
Kita memahami Pertamina dihadapkan pada dilema pelik menjaga BBM
bersubdi agar cukup hingga Desember 2014. Sebagai bagian upaya
dari menekan defisit APBN, kuota BBM bersubsidi dipangkas dari 48 juta
kl menjadi 46 juta kl pada APBN Perubahan 2014. Untuk penyaluran BBM
bersubsidi di atas angka itu, pemerintah tak akan membayarkan
subsudinya kepada Pertamina. Maka yang coba dilakukan Pertamina
adalah membatasi penyaluran BBM bersubsidi secara prorata dengan
menetapkan kuota harian dan mengurangi jatah SPBU.
Argumentasi Persoalannya, dampak yang diakibatkan oleh pembatasan ini dirasakan
bukan hanya oleh pihak pemilik kendaraan pribadi. Warga kesulitan
mendapatkan BBM. Aktivitas ekonomi, termasuk distribusi logistik, juga
lumpuh atau terganggu. Petani dan nelayan kecil yang perlu solar serta
premium untuk irigasi dan melaut juga terkena imbasnya. Di sejumlah
daerah, kelangkaan bahkan bukan hanya terjadi pada BBM bersubsidi,
melainkan juga nonsubsidi. Artinya, langkah pembatasan kembali
membebani secara tak adil pada masyarakat kecil yang bukan hanya
dihadapkan pada kenaikan BBM, melainkan juga kelangkaan. Aktifitas
ekonomi, temasuk distribusi logistik, juga lumpuh atau terganggu, Petani
dan nelayan kecil yang perlu solar serta premium untuk irigasi dan
melaut juga terkena imbasnya.
Pengalaman selama ini, pembatasan yang
mekanismenya tak disiapkan dengan baik hanya
memunculkan persoalan baru. Akrobat
pemerintah dengan subsidi energi mencapai
Rp300 triliun lebih tahun 2014 dan diperkirakan
Pernyataan Rp500 triliun tahun 2015 tak semestinya terjadi
Ulang seandanya pemerintah dari awal tak menunda
menempuh langkah berani untuk memangkas ke
Pendapat
depanm opsi pembatasan saja tak cukup. Bangsa
kita harus disadarkan, era minyak murah telah
lama berlalu dan kita tak mau terus tersandera
subsidi.

Вам также может понравиться