Вы находитесь на странице: 1из 37

REFERAT

GANGGUAN TIDUR

OKTAVIA PUTRI WULANDARI EFFENDY

PEMBIMBING:
DR. HYGEA TALITA PATRISIA TOEMON, SP. S

SMF NEUROLOGI RSUD dr. Doris Sylvanus


Pendahuluan

• Tidur  merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat
berfungsi dengan baik.
• Beberapa gangguan tidur dapat mengancam jiwa baik secara langsung (misalnya insomnia
yang bersifat keturunan dan fatal atau apnea tidur obstruktif ) atau secara tidak langsung
misalnya kecelakaan akibat gangguan tidur.
• Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan
tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. 1
• Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa
dampak serius gangguan tidur misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan
atensi dan memori, mood depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak
semestinya dan penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker
lebih tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per
hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari.
Tidur Fisiologis

• Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental.

• Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam.
Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian.

• Pusat kontrol irama sirkadian  ventral anterior hypothalamus.

• Pusat tidur substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata

Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)

2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur
normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam.
Tahap Tidur :
Stadium 0 periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata Stadium 3  ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi
menutup. Fase ini ditandai dengan gelombang voltase rendah, 1-2 siklus per detik, amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta.
cepat, 8-12 siklus per detik. Tonus otot meningkat. Aktivitas alfa Tonus otot meningkat tetapi tidak ada gerakan bola mata.
menurun dengan meningkatnya rasa kantuk. Pada fase mengantuk
terdapat gelombang alfa campuran. Stadium 4  terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%.
Stadium 3 dan 4 sulit dibedakan. Stadium 4 lebih lambat dari
Stadium 1  onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM. stadium 3. Rekaman EEG berupa delta. Stadium 3 dan 4 disebut
Stadium 1 NREM adalah perpindahan dari bangun ke tidur., juga tidur gelombang lambat atau tidur dalam. Stadium ini
menduduki sekitar 5% dari total waktu tidur. Pada fase ini terjadi menghabiskan sekitar 10%-20% waktu tidur total. Tidur ini terjadi
penurunan aktivitas gelombang alfa (gelombang alfa menurun antara sepertiga awal malam dengan setengah malam. Durasi
kurang dari 50%), amplitudo rendah, sinyal campuran, tidur ini meningkat bila seseorang mengalami deprivasi tidur.
predominan beta dan teta, tegangan rendah, frekuensi 4-7 siklus
per detik. Aktivitas bola mata melambat, tonus otot menurun,
berlangsung sekitar 3-5 menit. Pada stadium ini seseorang mudah Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit
dibangunkan dan bila terbangun merasa seperti setengah tidur. sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM.. Pola tidur
REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot
Stadium 2  gelombang EEG spesifik yaitu didominasi oleh yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ
aktivitas teta, voltase rendah-sedang, kumparan tidur dan akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan
kompleks K. Kumparan tidur adalah gelombang ritmik pendek pada laki-laki terjadi ereksi penis, tonus otot menunjukkan
dengan frekuensi 12-14 siklus per detik. Kompleks K yaitu relaksasi yang dalam.
gelombang tajam, negatif, voltase tinggi, diikuti oleh gelombang
lebih lambat, frekuensi 2-3 siklus per menit, aktivitas positif, • NREM 75% yaitu : stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 :
dengan durasi 500 mdetik. Tonus otot rendah, nadi dan tekanan 12%; stadium 4 : 13%
darah cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur
dangkal. Stadium ini menduduki sekitar 50% total tidur. • REM 25 %.4
EEG pada tidur NREM dan REM
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity System).
Jika aktivitas ARAS ↑  keadaan Terjaga. Sedangkan jika aktifitas ARAS ↓ keadaan tidur.

Aktifitas ARAS dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter :


• Sistem serotonergik
• Sistem Adrenergik
• Sistem Kholinergik
• Sistem histaminergik
• Sistem hormon

Tidur dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.


Faktor internal  irama biologis tubuh, dimana dalam periode 24 jam, orang dewasa tidur sekali,
kadang 2 kali
Faktor eksternal  terang gelap, rutinitas harian, periode makan, dan penyelaras eksternal lainnya.
GANGGUAN POLA TIDUR
International Classification of Sleep Disorders.
Dyssomnias Intrinsic sleep disorders
Extrinsic sleep disorders
Circadian Rhythm Sleep Disorders
Parasomnias Arousal Disorders
Parasomnias usually associated with REM sleep
Other parasomnias
Sleep Disorders Associated with Medical / Psychiatric Associated with Mental Disorders
Disorders Associated with Neurological Disorders
Associated with other medical disorders

Proposed sleep disorders


GANGGUAN POLA TIDUR
1. Gangguan tidur primer 3. Gangguan tidur lain
a. Dissomnia a. Gangguan tidur karena kondisi medis umum
• Insomnia primer • Kejang epilepsi; asma berhubungan dengan tidur
• Hipersomnia primer • Nyeri kepala kluster & hemikrania paroksismal kronik
• Narkolepsi berhubungaan dengan tidur
• Gangguan tidur berhubungan dengan • Sindrom menelan abnormal berhubungan dengan tidur
pernafasan • Asma berhubungan dengan tidur
• Gangguan tidur irama sirkadian (gangguan • Gejala kardiovaskuler berhubungan dengan tidur
jadwal tidur-bangun) • Refluks gastrointestinal berhubungan dengan tidur
• Dissomnia yang tidak ditentukan • Hemolisis berhubungan dengan tidur (Hemoglobinuria
b. Parasomnia Nokturnal Paroksismal)
• Gangguan mimpi buruk
• Gangguan teror tidur b. Gangguan tidur akibat zat
• Gangguan tidur berjalan • Pemakaian obat hipnotik jangka panjang
• Parasomnia yang tidak ditentukan • Obat antimetabolit
• Obat kemoterapi kanker
2. Gangguan tidur yang berhubungan dengan • Preparat tiroid
gangguan mental lain • Anti konvulsan
a. Insomnia berhubungan dengan gangguan aksis I • Anti depresan
atau aksis II • Obat mirip hormon Adenokortikotropik (ACTH);
b. Hipersomnia berhubungan dengan gangguan kontrasepsi oral; alfa metil dopa; obat penghambat beta.
aksis I atau aksis II
Dissomnia

• keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi jatuh tidur ( failling


as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep),
bangun terlalu dini atau kombinasi diantaranya
• perubahan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur.
• meliputi insomnia, hipersomnia,; gangguan tidur berhubungan dengan
pernafasan; dan gangguan tidur irama sirkadian
Insomnia

• Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama


sekali tidak berhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian.
• Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri,
kecemasan obat, depresi, atau stres yang hebat.
Penyebab Insomnia

• Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki
berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik, dan pemakaian obat-
obatan.
• Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik
• Selain itu, perilaku di bawah ini juga dapat menyebabkan insomnia pada beberapa
orang :
• Higienitas tidur yang kurang secara umum (cuci muka)
• Kekhawatiran tidak dapat tidur
• Menkonsumsi kafein secara berlebihan
• Minum alkohol sebelum tidur
• Merokok sebelum tidur
• Tidur siang/sore yang berlebihan
• Jadwal tidur/bangun yang tidak teratur
Gejala

• Penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering terjaga di


malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan.
• Insomnia bisa dialami dengan berbagai cara :
• Sulit untuk tidur
• Tidak ada masalah untuk tidur namun mengalami kesulitan untuk tetap tidur
(sering bangun)
• Bangun terlalu awal

• Gejala yang dialami waktu siang hari adalah mengantuk, resah, sulit
berkonsentrasi, sulit mengingat, gampang tersinggung.
Diagnosis

• dilakukan penilaian terhadap : pola tidur penderita, pemakaian obat-


obatan, alkohol, atau obat terlarang, tingkatan stres psikis, riwayat
medis, aktivitas fisik
Pengobatan
• Meskipun pengobatan hipnotik-sedatif (misalnya pil tidur) tidak dapat
mencegah insomnia, tetapi dapat memberikan perbaikan secara
bertahap.
• Benzodiazepin merupakan obat pilihan pertama untuk alasan
kenyamanan dan manfaatnya
• Obat-obat lain yang sering digunakan meliputi chloralhydrate
• Sedatif antidepresan seperti trazodone (50-20 mg) sering digunakan
dalam dosis rendah sebagai hipnotik untuk pasien yang menderita
insomnia primer.
Kriteria Diagnostik untuk Insomnia Primer
menurut DSM-IV-TR
• Keluhan yang menonjol adalah kesulitan untuk memulai atau mempertahankan
tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan, selama sekurangnya satu bulan.
• Gangguan tidur (atau kelelahan siang hari yang menyertai) menyebabkan
penderitaan yang bermakana secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Gangguan tidur tidak terjadi semata-mata selama perjalanan narkolepsi, gangguan
tidur berhubungan pernafasan, gangguan tidur irama sirkadian, atau parasomnia.
• Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan mental lain
(misalnya, gangguan depresi berat, gangguan kecemasan umum, delirium).
• Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Hipersomnia Primer

• tidur yang berlebihan atau terjadi serangan tidur ataupun


perlambatan waktu bangun.
• Hipersomnia mungkin merupakan akibat dari penyakit
mental, penyakit organik (termasuk obat-obatan) atau
idiopatik.
• Pengobatan dari hipersomnia primer meliputi kombinasi
antara pengukuran sleep hygiene, obat-obatan stimulan, dan
tidur siang untuk beberapa pasien
Kriteria Diagnostik untuk Hipersomnia Primer
menurur DSM-IV-TR

• Keluhan yang menonjol adalah mengantuk berlebihan di siang hari selama sekurangnya satu
bulan (atau lebih singkat jika rekuren) seperti yang ditunjukkan oleh episode tidur yang
memanjang atau episode tidur siang hari yang terjadi hampir setiap hari.

• BMengantuk berlebihan di siang hari menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

• Mengantuk berlebihan di siang hari tidak dapat diterangkan oleh Insomnia dan tidak terjadi
semata-mata selam perjalan gangguan tidur lain (misalnya, narkolepsi, gangguan tidur
berhubungan pernafasan, gangguan tidur irama sirkadian, atau parasomnia) dan tidak dapat
diterangkan oleh jumlah tidur yang tidak adekuat.

• Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan lain.

• Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan tidur yang diakibatkan oleh gangguan psikologis dan
hanya bisa disembuhkan melalui bantuan pengobatan dokter ahli jiwa.

Penatalaksanaan narkolepsi
• Stimulan adalah obat yang sering digunakan untuk mengatasi serangan tidur karena mula kerjanya yang singkat
dan sedikitnya efek samping yang ditimbulkan. Sebagai contoh, methylphenidate

• Modafinil, merupakan obat baru yang disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration sebagai alternatif lain
dalam pengobatan narkolepsi. Obat tersebut toleransinya baik dan efek kardiovaskular-nya sedikit; dosis
hariannya 200 sampai 400 mg.

• Antidepresan trisiklik sering digunakan untuk menangani cataplexy atau sleep paralysis tetapi mempunyai
sedikit efek pada serangan tidur

• Kerjasama dan pertolongan dari lingkungan sosial diperlukan untuk mengurangi kesulitan kerja dan membantu
menurunkan tingkat kebutuhan pasien terhadap obat-obatan stimulan.
Gangguan Tidur Berhubungan Dengan Pernapasan

• Central apnea timbul sebagai akibat kerusakan pada pusat pernafasan


• tanda nocturnal lainnya seperti mendengkur, nafas yang terengah-engah, gastro-
esophageal reflux, ngompol, pergerakan tubuh yang hebat, berkeringat pada malam
hari dan pagi hari, sakit kepala.
• Gejala pada siang hari meliputi keinginan untuk tidur yang sangat hebat atau
serangan tidur.
• Gangguan tersebut mempunyai efek psikologis yang serius, meliputi proses berfikir
yang lambat, kerusakan ingatan, dan perhatian. Pasien sering merasa cemas,
dysphoric mood, keluhan fisik yang bervariasi.
• Apnea terjadi karena fluktuasi atau irama yang tidak teratur dari denyut jantung dan
tekanan darah. Ketika serangan datang, penderita seketika merasa mengantuk dan
jatuh tertidur.
GANGGUAN TIDUR IRAMA SIRKADIAN (GANGGUAN
JADWAL BANGUN TIDUR)

• 1. Sementara (acut work shift, Jet lag)


• 2. Menetap (shift worker)

a)Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type)


b)Tipe Jet lag
c)Tipe pergeseran kerja (shift work type).
d)Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome).
e)Tipe bangun-tidur beraturan
f) Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.
Parasomnia

• kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode yang berlangsung


pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur
• Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:
a. Peminum alkohol
b. Kurang tidur (sleep deprivation)
c. Stress psikososial
• terdiri dari mimpi buruk, ancaman tidur dan tidur berjalan (atau somnambulism).
• Ketiga gangguan tersebut relatif sering terjadi pada anak-anak, biasanya akan
berkurang pada akhir masa remaja tapi dapat juga berlanjut ke masa dewasa.
Gangguan Mimpi Buruk (Nightmares)

Mimpi buruk adalah mimpi yang lama dan menakutkan membuat orang terbangun dengan rasa
ketakutan.

Ada pun kriteria diagnosis adalah:2


• Terbangun berulang kali dari periode tidur utama atau tidur sejenak dengan ingatan yang terinci
tentang mimpi yang panjang dan sangat menakutkan, biasanya berupa ancaman akan
kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri. Terjaga biasanya terjadi pada separuh bagian
kedua periode tidur.
• Saat terjaga dari mimpi menakutkan, orang dengan segera berorientasi dan sadar (berbeda dengan
konfusi dan disorientasi yang terlihat pada gangguan teror tidur dan beberapa bentuk epilepsi.
• Pengalaman mimpi, atau gangguan tidur yang menyebabkan terjaga, menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara khas atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Mimpi buruk tidak terjadi semata-mata selam perjalanan gangguan mental lain (misalnya,
delirium, gangguan stres pascatraumatik) dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
Gangguan Teror Tidur

Gangguan teror tidur merupakan terbangun pada sepertiga awal malam selama tidur non-rem yang
dalam tahap 3 dan 4. Gangguan ini sering diawali dengan jeritan atau tangisan pilu yang disertai
manifestasi perilaku ansietas hebat yang hampir mendekati panik.2

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Teror Tidur menurut DSM-IV-TR :


• Episode rekuren terjaga tiba-tiba dari tidur, biasanya terjadi selama sepertiga bagian pertama episode
tidur utama dan dimulai dengan teriakan panik.
• Rasa takut yang kuat dan tanda rangsangan otonomik, seperti takikardia, nafas cepat, dan
berkeringat, selama tiap episode.
• Relatif tidak responsif terhadap usaha orang lain untuk menenangkan penderita tersebut selama
episode.
• Tidak ada mimpi yang diingat dan terdapat amnesia untuk episode.
• Episode menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan,
medikasi) atau kondisi medis umum.
Tidur Berjalan (Somnambulism)

Terdiri atas rangkaian perilaku kompleks yang diawali pada sepertiga pertama malam selama tidur nrem yang
dalam tahap 3 dan 4, meskipun tidak selalu, dilanjutkan dengan tanpa kesadaran penuh atau ingatan mengenai
episode tersebut untuk meningggalkan tempat tidur dan berjalan berkeliling.2

Kriteria diagnosis :
• Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat tidur dan berjalan berkeliling terjadi selama sepertiga bagian
pertama episode tidur utama.
• Saat berjalan sambil tidur, orang memiliki wajah yang kosong dan menatap, relatif tidak responsif terhadap
usaha orang lain untuk berkomunikasi dengannya, dan dapat dibangunkan hanya dengan susah payah.
• Saat terbangun (baik dari episode tidur berjalan atau pagi harinya), pasien mengalami amnesia untuk episode
tersebut.
• Dalam beberapa menit setelah terjaga dari episode tidur berjalan, tidak terdapat gangguan aktivitas mental atau
perilaku (walaupun awalnya mungkin terdapat periode konfusi atau disorientasi yang singkat).
• Tidur berjalan menyebabkan terjaga, menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan,
medikasi) atau kondisi medis umum.
Penatalaksanaan Parasomnia

• Hindari faktor pencetus seperti film menakutkan, kafein, alkohol atau makan larut
malam dan adanya bukti jadwal tidur-bangun yang stabil.
• Selain itu dapat juga menjaga pasien terhadap bahaya, seperti mengunci jendela atau
pintu sehingga tidak lari lewat pintu atau tidur di lantai, dan keamanan teman yang
tidur disebelahnya atau anak-anak yang berada di dekatnya juga perlu diperhatian.
• Clonazepam dengan dosis 3 mg per malam telah dilaporkan memiliki efektiftifitas
yang memadai. Selain clonazepam, dapat juga digunakan paroxetine dan
imipramine. Pemberian hydroxytryptamine selama 3 minggu pada anak-anak dapat
memberikan bukti keberhasilan setelah 6 bulan.4
Gangguan Tidur Yang Berhubungan Dengan Gangguan Mental Lain

Insomnia akibat gangguan jiwa lain (Aksis I Atau Aksis II)


Insomnia yang terjadi selama sedikitnya 1 bulan dan jelas disebabkan oleh gejala perilaku dan
psikologis gangguan jiwa yang dikenal baik secara klinis.
Menurut kriteria diagnostik insomnia akibat gangguan jiwa lain digolongkan sebagai berikut:2
• Keluhan yang dominan adalah sulit untuk memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur
yang tidak menyegarkan, untuk sedikitnya 1 bulan yang disertai kelelahan disiang hari atau
gangguan fungsi di siang hari
• Gangguan tidur (gejala sisa di siang hari)menyebabkan penderitaan yang secara klinis
bermakna atau henidaya fungsi penting lain
• Insomnia dianggap terkait dengan gangguan aksis i atau ii lain (contoh gangguan depresi
berat, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan penyesuaian dengan ansietas) tetapi cukup
berat sehingga memerlukan perhatian klinis khusus
• Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan tidur lain (contoh narkolepsi,
gangguan itidur terkait pernapasan, parasomnia)
• Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis secara langsung suatu zat (contoh:
penyalahgunaan zat, atau obat) atau keadaan medis umum.
Gangguan Tidur Yang Berhubungan Dengan Gangguan Mental Lain

Hipersomnia akibat gangguan jiwa lain (aksis I atau aksis II)

Adapun kriteria diagnostik menurut DSM-IV-TR tentang hipersomnia akibat


gangguanjiwa lain adalah:2
• Keluhan yang dominan adalah rasa mengantuk yang berlebihan setidaknya 1 bulan
seperti adanya episode tidur lama atau episode tidur siang yang terjadi hampir setiap
hari
• Rasa mengantuk yang berlebihan menyebabkan penderitaan yang secara klinis
bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain
• Hipersomnia dianggap terkait dengan gangguan aksis i atau ii lain (contoh gangguan
depresi berat, gangguan distimik) tetapi cukup berat sehingga memerlukan
perhatian klinis tersendiri
• Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan tidur lain (contoh
narkolepsi, gangguan tidur terkait pernapasan, parasomnia) atau kurang tidur
• Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis secara langsung suatu zat (contoh:
penyalahgunaan zat, atau obat) atau keadaan medis umum.
Gangguan Tidur Lain

DSM-IV-TR  gangguan tidur yang disebabkan oleh keadaan medis sebagai keluhan
gangguan tidur akibat efek fisiologis keadaan medis pada sistem tidur-bangun.
Gangguan tidur terkait zat muncul akibat penggunaan atau penghentian penggunaan
suatu zat
• Gangguan tidur karena kondisi medis umum
• Gangguan tidur akibat zat
Gangguan Tidur Karena Kondisi Medis Umum

Setiap gangguan tidur (cth: insomnia, hipersomnia, parasomnia, atau kombinasi) dapat disebabkan oleh
keadaan medis umum. Hampir setiap keadaan medis yang disertai rasa nyeri atau tidak nyaman
(cth:arthritis atau angina) dapat menimbulkan insomnia. Keadaan-keadaan ini mencakup neoplasma,
lesi vaskuler, dan keadaan degeneratif serta traumatic. Keadaan lain, terutama penyakit endokrin dan
metabolic, sering meliputi beberapa gangguan tidur. Mewaspadai kemungkinan adanya keadaan
tersebut serta melakukan anamnesis medis yang baik biasanya dapat membawa diagnosis yang tepat.
Terapinya, kapanpun memungkinkan, adalah penatalaksanaan keadaan medis yang mendasari.

• Bangkitan epileptik terkait tidur


• Sakit kepala cluster terkait tidur dan hemikrania paroksismal kronik
• Sindrom menelan abnormal terkait tidur
• Asma terkait tidur
• Gejala kardiovaskuler terkait tidur
• Refluks gastroesofagus terkait tidur
Gangguan Tidur Karena Kondisi Medis Umum

kriteria diagnostik DSM-IV-TR gangguan tidur akibat keadaan medis umum

• Gangguan tidur menonjol yang cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis
tersendiri.
• Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa
gangguan tidur merupakan akibat fisiologis langsung suatu keadaan medis umum.
• Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan jiwa lain (cth: gangguan
penyesuaian yang stresornya adalah penyakit medis serius).
• Gangguan ini tidak hanya terjadi selama onset delirium.
• Gangguan ini tidak memenuhi kriteria gangguan tidur terkait pernapasan atau
narkolepsi.
• Gangguan tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
Gangguan Tidur Akibat Zat

• Setiap gangguan tidur (cth: insomnia, hipersomnia, parasomnia atau kombinasi)


dapat disebabkan oleh suatu zat.
• Somnolen yan berkaitan dengan toleransi atau putus zat akibat stimulant system
saraf pusat lazim terjadi pada orang-orang dengan putus zat amfetamin, kokain,
kafein, dan zat terkait.
Gangguan Tidur Akibat Zat
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR gangguan tidur yang dicetuskan zat
A. Gangguan tidur yang menonjol dan cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis tersendiri.
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium baik (1) atau (2):
1. Gejala pada kriteria a terjadi selama, atau dalam sebulan sejak, intoksikasi atau putus zat.
2. Penggunaan obat secara etiologis terkait dengan gangguan tidur.
C. Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan tidur yang bukan dicetuskan zat. Bukti
bahwa gejala sebaiknya disebabkan oleh gangguan tidur yang bukan dicetuskan zat dapat mencakup
hal berikut: gejala mendahului onset penggunaan zat (atau penggunaan obat), gejala berlangsung
untuk suatu periode waktu tertentu (cth: sekitar satu bulan) setelah penghentian dari putus zat akut
atau intoksikasi berat atau sangat berlebihan jika mengingat jenis atau jumlah zat yang digunakan.
Atau durasi penggunaannya; atau terdapat bukti lain yang mengesankan adanya gangguan tidur yang
dicetuskan oleh bukan zat tersendiri (cth: riwayat episode yang terkait dengan bukan zat)
D. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan delirium.
E. Gangguan tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial,
pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
Gangguan Tidur Akibat Zat

Catatan: diagnosis harus ditegakkan selain diagnosis intoksikasi atau putus zat
hanya jika gejala tidur berlebihan dengan gejala yang biasanya dikaitkan dengan
sindrom intoksikasi atau putus zat dan jika gejala cukup berat sehingga
membutuhkan perhatian klinis tersendiri.
• Tipe insomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah insomnia.
• Tipe hipersomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah hipersomnia.
• Tipe parasomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah parasomnia.
• Tipe campuran: jika terdapat lebih dari satu gangguan tidur dan tidak ada yang
dominan.
Penatalaksanaan
Nonfarmakologi
 Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya:
• Untuk mencari penyebab dasarnya danpengobatan yang adekuat
• Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik
• Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh penggunaan obat
hipnotik,alkohol, gangguan mental
• Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek
 Konseling dan psikoterapi
 Sleep hygiene terdiri dari:
• Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
• Hindari tidur pada siang hari/sambilan
• Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
• Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
• Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
• Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut kosong
• Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)
• Hindari rasa cemas atau frustasi
• Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
Penatalaksanaan
Farmakologi

• Obat golongan sedatif hipnotik.  penekanan aktifitas dari reticular


activating system (aras) diotak  Benzodiazepin

• Antidepresan  Trisiklik
Kesimpulan

• Tidur  salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Tidur dibagi
menjadi 2 tipe yaitu tipe Rapid Eye Movement (REM) dan tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
• Apabila keadaan tersebut mengalami kelainan maka akan timbul gangguan tidur. Gangguan tidur
dapat dibagi menjadi gangguan tidur primer yaitu insomnia, hipersomnia, parasomnia, gangguan
tidur yang berhubungan dengan gangguan mental lain, dan gangguan tidur lain yaitu karena
gangguantidur karena kondisi medis umum dan akibat zat.
• Langkah pertama mengobati gangguan tidur adalah mengoptimalkan terapi terhadap penyakit yang
mendasarinya. Edukasi penting diberikan kepada pasien tentang sleep hygiene yang baik dalam
mengatasi berbagai gangguan tidur. Penggunaan obat hipnotik-sedatif harus dibatasi dan diawasi
dengan cermat, mengingat efek samping yang dapat ditimbulkannya, oleh karenanya penggunaan
obat tersebut harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan individual dari pasien.
TERIMAKASIH

Вам также может понравиться