Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
datinf@tekmira.esdm.go.id
datinfatia@gmail.com
datin_fatia@yahoo.com
Teknologi pemanfaatan batubara yang dapat
menghasilkan energi yang secara lingkungan
lebih bersih dan dalam banyak hal lebih
efisien dan lebih ekonomis daripada
pemanfaatan batubara secara konvensional
Produk pembakaran batubara
•Gas SOx, NOx, CO2 , CO dan limbah padat baik sebagai abu terbang
(fly ash) maupun sebagai abu dasar (bottom ash).
• Gas SO2 dapat beroksidasi membentuk SO3 yang dengan adanya air
dapat membentuk asam sulfat. Menyebabkan penyakit pernafasan,
mengganggu fungsi paru-paru dan iritasi pada mata.
•Pada lingkungan lain gas SOx dapat menyebabkan berkaratnya logam,
mengakibatkan terjadinya hujan asam dan menganggu pertumbuhan
tanaman.
•Gas NOx yang berwarna coklat dan berbau tajam menimbulkan
penyakit paru-paru dan sesak nafas.
•GAS NOx menyebabkan terjadinya reaksi fotokimia oksidasi yang
sangat kompleks oleh cahaya matahari membentuk smog, yaitu polusi
udara yang terdiri dari asap dan kabut
•Gas CO2 merupakan komponen gas rumah kaca yang merusak lapisan
ozon
•Abu terbang mempunyai andil dalam penyebaran penyakit
sebagai media pembawa.
•Abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) merupakan
limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada
pembangkit tenaga listrik.
•Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan
adalah memanfaatkan limbah tersebut untuk keperluan bahan
bangunan
•Pemanfaatan tersebut belum dapat dimasyarakatkan, karena
berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun, abu terbang
dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan
oksida logam berat yang akan mengalami pelindian secara alami
dan mencemari lingkungan.
Selain itu, emisi gas dari unsur runutan
beracun (trace elements) juga merupakan
kendala. Dimana pada saat pembakaran
unsur-unsur tersebut akan menguap, yang
apabila terjadi kondensasi ke dalam slag atau
abu terbang, unsur tersebut akan keluar
bersama fase gas.
Sebagai bahan bakar langsung
Sebagai bahan bakar tak langsung
Sebagai bukan bahan bakar
Bahan bakar boiler
Bahan bakar pada pabrik semen
Bahan bakar pada PLTU
Bahan bakar pada industri kapue, genteng, dll
Absorbans:pemurnian oli bekas
Bahan baku industri petro kimia
Karbon aktip
Reduktor
Elektroda
PEMANFAATAN BATUBARA
Pembangkit
PENGGUNAAN Listrik
LANGSUNG
INDUSTRI
CWM
LIQUEFACTION BBM
BBG
BATUBARA KONVERSI GASIFICATION
Chemical Feedstock
KOKAS
KARBON AKTIF
BATUBARA PERINGKAT RENDAH
Batubara
UPGRADING Mutu Tinggi
Na (Mg Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4
Kemungkinan lain unsur runutan terikat dengan fraksi organic
dalam bentuk organometalik kompleks, seperti Ge, Be dan Sb yang
selalu mempunyai afinitas organic yang tinggi.
Konsentrasi unsur runutan dalam batubara,
Tipe dari boiler yang dipakai,
Peralatan yang digunakan untuk mengontrol gas,
dan
Sifat dari unsur-unsur tersebut serta ikatannya.
Pengaruh unsur runutan terhadap kesehatan
Unsur Pengaruh
Pencampuran (blending)
Konsumen (market)
Tujuannya adalah untuk mendapatkan
batubara dengan kualitas yang lebih baik
sesuai dengan permintaan pasar yang pada
umumnya berpedoman pada kandungan air
(inherent moisture) dan abu yang rendah
serta nilai kalor yang tinggi.
Operasi pencucian dilakukan secara kontinyu
Operasi pencucian makin sulit dengan makin
kecil ukuran butir umpan batubara
Setiap alat mempunyai selang ukuran tertentu
dimana ia dapat beroperasi secara efisien.
Partikel sangat halus, masih akan hilang pada
operasi terakhir yaitu dewatering.
Konsentrasi gravitasi:
◦ Dense medium separation (DMS)
◦ Jigging
◦ Flowing film
Flotasi
Agglomerasi
Operasi pencucian batubara dengan DMS
dilakukan dengan mencelupkan batubara asal
ke dalam media yang berat jenisnya terletak
di antara batubara bersih dan berat jenis
impurities yang lebih berat. DMS yang
beroperasi secara komersial menggunakan
suspensi padatan di dalam air untuk
mengolah batubara mulai dari ukuran 0,5
mm sampai berukuran 100 mm.
Jigging adalah proses stratifikasi partikel
yang menghasilkan lapisan-lapisan dengan
berat jenis partikel makin membesar dari atas
ke bawah oleh suatu gerakan bolak balik
fluida. Proses ini dapat mengolah batubara
mulai dari ukuran maksimum 20 cm sampai
ukuran kecil 0,5 mm.
Konsentrasi batubara pada aliran tipis
(flowing film) hanya diterapkan pada
batubara berukuran kecil yaitu –2 mm dan
dengan laju yang rendah pula (kapasitas
alat kecil). Oleh karena itu tidak semua alat
konsentrasi flowing film dapat digunakan
pada pencucian batubara. Alat yang umum
digunakan adalah Humprey spiral dan
dapat berfungsi dengan baik apabila :
◦ Ukuran partikel yang diolah antara –2,0 sampai
0,15 cm.
◦ Perbedaan berat jenis minimum 1.
Flotasi diterapkan pada batubara halus yang
berukuran < 0,5mm dan hanya sebagai pelengkap
dari alat lain seperti baum jig.
Berdasarkan kepada pperbedaan sifat permukaan
Batubara adalah mineral hidrofobik yaitu bila
dicelupkan ke dalam air tidak akan basah. Partikel
yang tidak dibasahi ini bila berbenturan dengan
gelembung udara akan langsung menempel
(aerofilik).
Pada kenyataannya permukaan partikel batubara
tidak betul-betul hidrofobik, oleh karena itu perlu
diolah lebih dahulu untuk mengubah permukaan
menjadi betul-betul hidrofobik. Pengolahan seperti
ini disebut conditioning, yaitu partikel padatan
diolah dengan reagen kimia tertentu untuk
mengubah permukaannya menjadi hidrofobik.
Abu yang terdapat dalam batubara merupakan
suatu pengotor dan pada umumnya bersifat
sebagai hidrofobik atau aerofilik. Berdasarkan
hipotesis ini, maka jika batubara dicampur dengan
minyak dan air, maka abu dalam batubara akan
menempel pada minyak.
Berat jenis minyak lebih ringan daripada berat jenis
air, maka minyak akan terpisah dengan sendirinya
dengan air. Berdasarkan hal tersebut maka abu
yang menempel pada minyak akan dengan mudah
dipisahkan.
Distribusi ukuran batubara yang baik untuk proses
aglomerasi adalah < 0,5 mm
Senyawa belerang dalam batubara dapat dibedakan
dalam dua jenis, yaitu:
Belerang anorganik berada sebagai senyawa besi
disulfida (pirit, FeS2) dan senyawa sulfat dalam
bentuk besi sebagai ferro sulfat (FeSO4) atau ferri
sulfat (Fe2(SO4)3), kalsium (CaSO4) dan barium
sulfat (BaSO4).
Belerang organik dalam batubara masih belum
diketahui dengan jelas tetapi diperkirakan
merupakan bagian tak terpisahkan dari matriks
organik. Berdasarkan gugus fungsi belerang
organik dapat dibedakan sebagai sulfida (RSR’),
disulfida (RSSR’) dan merkaptan (RSH).
Penurunan kadar belerang batubara dapat
dilakukan secara fisika dan kimia.
Penurunan belerang secara fisika hanya dapat
menghilangkan kandungan mineral saja, yaitu
mengurangi belerang pirit dan belerang sulfat.
Proses yang dapat digunakan adalah dengan
jigging untuk batubara yang berukuran besar dan
dengan flotasi untuk batubara yang berukuran
halus.
Penurunan belerang secara kimia untuk belerang
organik, di antaranya dengan cara oksidasi
menggunakan oksidator kalium permanganat atau
oksigen.
Natrium dalam batubara dapat dibedakan menjadi
natrium aktif dan tidak aktif.
Natrium aktif adalah natrium dalam bentuk garam
anorganik, misalnya, natrium klorida (NaCl), natrium
sulfat (Na2SO4) atau natrium karbonat (Na2CO3) dan
natrium yang terikat dengan bahan organik. Natrium
yang dapat menyebabkan terjadinya fouling adalah
natrium aktif karena natrium tersebut pada saat
pembakaran akan terkondensasi pada partikel-partikel
abu membentuk lapisan yang menempel pada dinding-
dinding boiler.
Natrium tidak aktif adalah natrium yang terikat dengan
bahan-bahan pengotor seperti mineral-mineral
lempung dan silikat. Natrium tidak aktif, tidak akan
mengganggu karena pada saat pembakaran akan
tertinggal sebagai abu.
Proses pertukaran ion:
Na+ > K+ > Mg++ > Ca++ > Al+++ >
Fe+++ > H+
Artinya ion natrium mempunyai kestabilan
terkecil terhadap gugus karboksil di dalam
lignit, sedangkan hidrogen merupakan ion
yang paling stabil
Pelarutan dengan air
Tingginya kadar air bawaan akan
menimbulkan masalah dalam proses
pemanfaatannya, terutama jika digunakan
sebagai bahan bakar langsung. Pada proses
pembakaran, air bawaan akan mengurangi
nilai kalor batubara sehingga jumlah
batubara yang diperlukan akan lebih besar
hingga gas CO2 yang ditimbulkannya akan
lebih besar pula. Tingginya gas CO2 akan
mempunyai dampak negatif terhadap
lingkungan yang cukup besar dengan
timbulnya efek rumah kaca yang dapat
menyebabkan pemanasan global.
Perubahan ke fasa gas (gasifikasi)
Perubahan ke fasa cair
(pencairan/liquefaction)
Perubahan ke fasa cair (suspensi)
Karbonisasi (briket/kokas)
Gasifikasi Batubara:
konversi batubara menjadi produk gas dalam sebuah reaktor, dengan
atau tanpa menggunakan pereaksi berupa udara, campuran udara/uap
air atau campuran oksigen/uap air)
• Industri Agro
Penggunaan
• Industri Keramik
Langsung
• Industri Mineral
Udara + Uap Gas Kalori
Rendah
(<200 Gas • PLTD
btu/scf) Pemurnian Bersih
(CO, • EOR
H2 , N 2 )
Carry Over
Fixed Bed
Oksigen
uap
udara/uap Abu Char
Slag
bbara Lelehan
<-1mm abu
Entrained Bed
Lurgi Winkler Kopper-Totzek TIGAR
Coal Dekomposisi H
dan
hidrogenasi H
Minyak
sintetis
Tidak langsung
Gasifikasi
F/T CxHy
CO + H2 Synthesis Minyak/baha
n baku kimia
Fischer-Tropsch synthesis (SASOL PROCESS)
- proses tidak langsung
- komersial dengan menggunakan batubara
bituminus
Headwaters Technology Innovation (HTI)
- proses langsung, dikembangkan oleh AS
- komersial di China
- studi kelayakan di Philippine dan India
Brown Coal Liquefaction (BCL)
- proses langsung, dikembangkan oleh Jepang
- Pilot plant di Victoria Australia
- Studi kelayakan di Indonesia (Banko, Berau and
Mulia)
Untuk membangun pabrik pencairan batubara skala
komersial kapasitas 27000 barrel/hari dengan teknologi BCL
terlebih dahulu perlu dibangun pabrik skala semikomersial
kapasitas 13.500 barrel/hari, bertujuan untuk menguji
kehandalan teknologi BCL.
Pembangunan semikomersial ini memerlukan biaya sekitar
US $ 1,3 milyar. Pemerintah Jepang telah berkomitmen untuk
memberikan hibah dana pembangunan Process Supporting
Unit (PSU) yang bernilai US $ 100 juta.
PSU tersebut digunakan sebagai sarana pelatihan operator
pabrik pencairan batubara skala komersial dan menguji
karakterisktik pencairan batubara Indonesia.
TEKNOLOGI SASOL
Mixing:
+ air
+ aditif
Lignit: 50%
UBC/HWD Sub Bit: 55%
Bituminus: 60%
UBC/HWD: 62%
Bituminus
Menghemat energi minyak,
Memperbesar penganeka ragaman energi,
Memperbesar penganeka ragaman pemakaian
batubara,
Bebas dari bahaya penyalaan spontan,
Pengangkutan lebih mudah karena memungkinkan
pengangkutan lewat pemipaan,
Lingkungan lebih bersih,
Dapat menggunakan boiler yang sudah ada, yaitu
yang dirancang untuk bahan bakar minyak dengan
sedikit modifikasi.
Fluidized bed combustion: de SOx dan de
NOx
Integrated gasification combine cycle
(IGCC): gas hasil pembakaran batubara
digunakan untuk menggerakkan turbin
pembangkit listrik. Panas buang dari turbin
tsb digunakan untuk mengeraakn turbin
uap
Magneto hydro dynamic (MHD): hantaran
gas yang berkecepatan tinggi melintasi
medan magnet
Penyerapan gas-gas SOx dan NOx
Electro static separator (ESP) untuk abu
terbang
Old Concept: CCT Process Focusses
on the Reduction of SOx, NOx and
Particulates
59
Status of CCT in Indonesia (cont.)