Вы находитесь на странице: 1из 61

Datin Fatia Umar

datinf@tekmira.esdm.go.id
datinfatia@gmail.com
datin_fatia@yahoo.com
 Teknologi pemanfaatan batubara yang dapat
menghasilkan energi yang secara lingkungan
lebih bersih dan dalam banyak hal lebih
efisien dan lebih ekonomis daripada
pemanfaatan batubara secara konvensional
Produk pembakaran batubara
•Gas SOx, NOx, CO2 , CO dan limbah padat baik sebagai abu terbang
(fly ash) maupun sebagai abu dasar (bottom ash).
• Gas SO2 dapat beroksidasi membentuk SO3 yang dengan adanya air
dapat membentuk asam sulfat. Menyebabkan penyakit pernafasan,
mengganggu fungsi paru-paru dan iritasi pada mata.
•Pada lingkungan lain gas SOx dapat menyebabkan berkaratnya logam,
mengakibatkan terjadinya hujan asam dan menganggu pertumbuhan
tanaman.
•Gas NOx yang berwarna coklat dan berbau tajam menimbulkan
penyakit paru-paru dan sesak nafas.
•GAS NOx menyebabkan terjadinya reaksi fotokimia oksidasi yang
sangat kompleks oleh cahaya matahari membentuk smog, yaitu polusi
udara yang terdiri dari asap dan kabut
•Gas CO2 merupakan komponen gas rumah kaca yang merusak lapisan
ozon
•Abu terbang mempunyai andil dalam penyebaran penyakit
sebagai media pembawa.
•Abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) merupakan
limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada
pembangkit tenaga listrik.
•Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan
adalah memanfaatkan limbah tersebut untuk keperluan bahan
bangunan
•Pemanfaatan tersebut belum dapat dimasyarakatkan, karena
berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun, abu terbang
dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan
oksida logam berat yang akan mengalami pelindian secara alami
dan mencemari lingkungan.
 Selain itu, emisi gas dari unsur runutan
beracun (trace elements) juga merupakan
kendala. Dimana pada saat pembakaran
unsur-unsur tersebut akan menguap, yang
apabila terjadi kondensasi ke dalam slag atau
abu terbang, unsur tersebut akan keluar
bersama fase gas.
 Sebagai bahan bakar langsung
 Sebagai bahan bakar tak langsung
 Sebagai bukan bahan bakar
 Bahan bakar boiler
 Bahan bakar pada pabrik semen
 Bahan bakar pada PLTU
 Bahan bakar pada industri kapue, genteng, dll
 Absorbans:pemurnian oli bekas
 Bahan baku industri petro kimia
 Karbon aktip
 Reduktor
 Elektroda
PEMANFAATAN BATUBARA
Pembangkit
PENGGUNAAN Listrik
LANGSUNG
INDUSTRI
CWM

LIQUEFACTION BBM

BBG
BATUBARA KONVERSI GASIFICATION
Chemical Feedstock
KOKAS
KARBON AKTIF
BATUBARA PERINGKAT RENDAH

Batubara
UPGRADING Mutu Tinggi

TEKNOLOGI BATUBARA BERSIH


CCT Classifications in the Coal
Product Cycle
Pemanasan partikel batubara. Pemanasan berasal dari
radiasi, konveksi dan konduksi dari lingkungannya.
Pengeluaran zat terbang.
Pencampuran zat terbang dengan O2 dan reaksi
pembakarannya.
Difusi O2 kedalam sisa arang dan reaksi pembakaran sisa
arang tersebut.

Reaksi-reaksi pembakaran tersebut adalah reaksi antara


O2 dengan unsur-unsur dalam batubara yang bisa
terbakar yaitu C, H, dan S. Reaksi-reaksi tersebut
menghasilkan CO2 (CO kalau kurang sempurna), H2O, N-
oksida dan SO2.
 Proses pembakaran bertujuan supaya reaksi-reaksi
pembakaran berjalan secara sempurna
 Panas yang dihasilkan dari reaksi pembakaran bisa
dimanfaatkan secara maksimum.
 Panas yang terbuang ditekan seminimal mungkin.
◦ Panas dalam gas buang, uap air dan lain-lain.
◦ Adanya hasil pembakaran yang kurang sempurna (sisa
karbon, CO dan lain-lain).
◦ Penggunaan udara lebih yang terlalu besar akan banyak
membuang panas.
 Hasil-hasil buangan bisa dikelola dengan baik misalnya abu,
gas beracun.
 Kurang: 2C+O2 2CO+panas
 Komposisi pembakaran menghasilkan gas CO
yang tinggi dan CO2 rendah
 Penambahan udara: 2CO+O2
2CO2+panas
 Kandungan CO turun dan CO2 naik
 Nitrogen: 78,09%
 Oksigen: 20,95%
 Argon: 0,93%
 CO2: 0,03%
 Ne, He, Kr, H2, Xe, Ra; < 0,003%
 Kualitas batubara (zat terbang tinggi)
 Adanya resirkulasi api yang kuat
 Adanya daerah penyerapan panas
 Kualitas atomisasi
 Dampak penggunaan batubara adalah abu terbang
(fly ash) dan bottom ash
 Dengan jumlah abu yang dihasilkan perharinya cukup
besar, maka akan timbul masalah terutama untuk
lokasi penimbunan dan dampak lingkungan yang
ditimbulkannya.
 Abu batubara adalah abu yang dihasilkan dari
pembakaran batubara, baik berupa abu terbang
maupun abu dasar.
 Abu terbang adalah abu yang mempunyai ukuran
sangat halus dan ditampung dalam filter bag atau
ditangkap ESP.
 Abu dasar adalah abu yang biasanya berukuran agak
kasar dan turun ke dasar boiler.
 diperlukannya lokasi pembuangan yang
sangat luas,
 jauh dari pemukiman penduduk
 memerlukan biaya yang sangat besar
 Jumlah abu sisa pembakaran batubara terus
meningkat.
 Dampak negatip terhadap lingkungan akan
mengganggu terhadap lingkungan sekitarnya.
 Pembuatan bata bangunan,
 Mineral pengisi dalam hamparan aspal,
 Pengganti semen dalam beton,
 Pengganti semen dalam hasil-hasil beton,
 Unsur pokok dalam semen biru (PC),
 Trass buatan (pozzolan) dalam proses pemantapan tanah,
 Bahan mentah dalam agregat ringan,
 Bahan pengisi untuk pengembangan tanah atau tanggul-
tanggul yang dikompakkan,
 Trass buatan dalam semen biru tras,
 Bahan proses penyumbat dalam penyemenan sumur minyak,
 Lain-lain
 Mempunyai daya tahan yang besar (SiO2, Al2O3 dan
Fe)
 Mengurangi permeabilitas, bertambahnya kekuatan
beton
 Mengurangi panas saat hidrasi. Reaksi kimia antara
abu terbang dan kapur dari semen Portland adalah
yang paling lambat/akhir.
 Mengurangi penggunaan semen (PC).
 Mengurangi penyusutan.
 Mengurangi serangan sulfat.
 Partikel-partikel gelas halus dengan bentuk spherical,
akan memberikan terjadinya kondisi yang lebih baik.
 Abu dasar merupakan fraksi kasar, butiran, hasil samping
tidak terbakar yang dikumpulkan dari bagian bawah
tungku (furnace) tempat pembakaran batubara dari
generator uap, pembangkit listrik, atau keduanya.
 Abu dasar lebih kasar dari abu terbang dengan ukuran
antara pasir dan kerikil serta memiliki warna abu-abu
gelap.
 Berdasarkan sifatnya, abu dasar ini dapat digunakan
sebagai campuran agregat atau sebagai bahan pengisi
(filler).
 Jenis abu dasar yang dihasilkan tergantung tipe tungku
yang dipakai untuk membakar abu batubara.
 Pb, Cu, Zn, Ni dan As sebagai mineral sulfida yaitu galena (PbS),
kalkopirit (CuFeS2), sfalerit (ZnS), Millerite (NiS) dan arsenopirit (Fe
AsS2).
 Ba sebagai karbonat atau sulfat, yaitu withwrit (BaCO3) atau barit
(BaSO4)
 Fluor sebagai fluoropatit

 Zirkon sebagai mineral zircon silikat (ZrSiO4)

 Boron sebagai mineral turmalin aluminosilikat , yaitu

Na (Mg Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4
 Kemungkinan lain unsur runutan terikat dengan fraksi organic
dalam bentuk organometalik kompleks, seperti Ge, Be dan Sb yang
selalu mempunyai afinitas organic yang tinggi.
 Konsentrasi unsur runutan dalam batubara,
 Tipe dari boiler yang dipakai,
 Peralatan yang digunakan untuk mengontrol gas,
dan
 Sifat dari unsur-unsur tersebut serta ikatannya.
Pengaruh unsur runutan terhadap kesehatan

Unsur Pengaruh

Arsen (As) Sakit perut, sawan, gondok


Berilium (Be) Kanker paru-paru (lewat pernafasan)
Selenium (Se) Kanker, kerusakan kuku dan rambut
Antimon (Sb) Penyakit jantung
Vanadium (V) Pertumbuhan terganggu
Seng (Zn) anemia
 Boiler slag adalah serbuk lebih kasar dari abu
terbang yang biasa dan terbentuk dalam siklon-
siklon boiler yang menghasilkan debu-debu cair
yang didinginkan dengan air.
 Umumnya, boiler slag merupakan butiran kasar
berwarna hitam yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan teknik (engineering).
 Sebelum pembakaran; pengolahan penurunan
zat-zat pengotor dalam batubara
 Saat pembakaran
 Setelah pembakaran
 Pengolahan/Pencucian
 Koversi ke fase gas atau cair
 Merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
memperbaiki kualitas agar memenuhi syarat
penggunaan, prosesnya tergantung pada kualitas
awal. Termasuk didalamnya peremukan dan
pengayakan untuk mendapatkan ukuran batubara
tertentu serta penghilangan/ penurunan kadar air
dan bahan-bahan pengotor yang terdapat dalam
batubara seperti kandungan abu, belerang dan
natrium yang akan mengganggu dalam
pembakaran batubara apabila batubara tersebut
digunakan sebagai bahan bakar langsung.
 Mengurangi ongkos pengangkutan.
 Meningkatkan nilai kalor .
 Mengurangi/menghilangkan emisi gas dan
partikulat yang mungkin timbul.
 Menghindarkan terjadinya kerusakan (korosi)
pada komponen boiler di PLTU.
ROM

Pencampuran (blending)

Penggerusan (crushing plant)

Pencucian (washing plant)

Konsumen (market)
 Tujuannya adalah untuk mendapatkan
batubara dengan kualitas yang lebih baik
sesuai dengan permintaan pasar yang pada
umumnya berpedoman pada kandungan air
(inherent moisture) dan abu yang rendah
serta nilai kalor yang tinggi.
 Operasi pencucian dilakukan secara kontinyu
 Operasi pencucian makin sulit dengan makin
kecil ukuran butir umpan batubara
 Setiap alat mempunyai selang ukuran tertentu
dimana ia dapat beroperasi secara efisien.
 Partikel sangat halus, masih akan hilang pada
operasi terakhir yaitu dewatering.
 Konsentrasi gravitasi:
◦ Dense medium separation (DMS)
◦ Jigging
◦ Flowing film
 Flotasi
 Agglomerasi
 Operasi pencucian batubara dengan DMS
dilakukan dengan mencelupkan batubara asal
ke dalam media yang berat jenisnya terletak
di antara batubara bersih dan berat jenis
impurities yang lebih berat. DMS yang
beroperasi secara komersial menggunakan
suspensi padatan di dalam air untuk
mengolah batubara mulai dari ukuran 0,5
mm sampai berukuran 100 mm.
 Jigging adalah proses stratifikasi partikel
yang menghasilkan lapisan-lapisan dengan
berat jenis partikel makin membesar dari atas
ke bawah oleh suatu gerakan bolak balik
fluida. Proses ini dapat mengolah batubara
mulai dari ukuran maksimum 20 cm sampai
ukuran kecil 0,5 mm.
 Konsentrasi batubara pada aliran tipis
(flowing film) hanya diterapkan pada
batubara berukuran kecil yaitu –2 mm dan
dengan laju yang rendah pula (kapasitas
alat kecil). Oleh karena itu tidak semua alat
konsentrasi flowing film dapat digunakan
pada pencucian batubara. Alat yang umum
digunakan adalah Humprey spiral dan
dapat berfungsi dengan baik apabila :
◦ Ukuran partikel yang diolah antara –2,0 sampai
0,15 cm.
◦ Perbedaan berat jenis minimum 1.
 Flotasi diterapkan pada batubara halus yang
berukuran < 0,5mm dan hanya sebagai pelengkap
dari alat lain seperti baum jig.
 Berdasarkan kepada pperbedaan sifat permukaan
 Batubara adalah mineral hidrofobik yaitu bila
dicelupkan ke dalam air tidak akan basah. Partikel
yang tidak dibasahi ini bila berbenturan dengan
gelembung udara akan langsung menempel
(aerofilik).
 Pada kenyataannya permukaan partikel batubara
tidak betul-betul hidrofobik, oleh karena itu perlu
diolah lebih dahulu untuk mengubah permukaan
menjadi betul-betul hidrofobik. Pengolahan seperti
ini disebut conditioning, yaitu partikel padatan
diolah dengan reagen kimia tertentu untuk
mengubah permukaannya menjadi hidrofobik.
 Abu yang terdapat dalam batubara merupakan
suatu pengotor dan pada umumnya bersifat
sebagai hidrofobik atau aerofilik. Berdasarkan
hipotesis ini, maka jika batubara dicampur dengan
minyak dan air, maka abu dalam batubara akan
menempel pada minyak.
 Berat jenis minyak lebih ringan daripada berat jenis
air, maka minyak akan terpisah dengan sendirinya
dengan air. Berdasarkan hal tersebut maka abu
yang menempel pada minyak akan dengan mudah
dipisahkan.
 Distribusi ukuran batubara yang baik untuk proses
aglomerasi adalah < 0,5 mm
 Senyawa belerang dalam batubara dapat dibedakan
dalam dua jenis, yaitu:
 Belerang anorganik berada sebagai senyawa besi
disulfida (pirit, FeS2) dan senyawa sulfat dalam
bentuk besi sebagai ferro sulfat (FeSO4) atau ferri
sulfat (Fe2(SO4)3), kalsium (CaSO4) dan barium
sulfat (BaSO4).
 Belerang organik dalam batubara masih belum
diketahui dengan jelas tetapi diperkirakan
merupakan bagian tak terpisahkan dari matriks
organik. Berdasarkan gugus fungsi belerang
organik dapat dibedakan sebagai sulfida (RSR’),
disulfida (RSSR’) dan merkaptan (RSH).
 Penurunan kadar belerang batubara dapat
dilakukan secara fisika dan kimia.
 Penurunan belerang secara fisika hanya dapat
menghilangkan kandungan mineral saja, yaitu
mengurangi belerang pirit dan belerang sulfat.
Proses yang dapat digunakan adalah dengan
jigging untuk batubara yang berukuran besar dan
dengan flotasi untuk batubara yang berukuran
halus.
 Penurunan belerang secara kimia untuk belerang
organik, di antaranya dengan cara oksidasi
menggunakan oksidator kalium permanganat atau
oksigen.
 Natrium dalam batubara dapat dibedakan menjadi
natrium aktif dan tidak aktif.
 Natrium aktif adalah natrium dalam bentuk garam
anorganik, misalnya, natrium klorida (NaCl), natrium
sulfat (Na2SO4) atau natrium karbonat (Na2CO3) dan
natrium yang terikat dengan bahan organik. Natrium
yang dapat menyebabkan terjadinya fouling adalah
natrium aktif karena natrium tersebut pada saat
pembakaran akan terkondensasi pada partikel-partikel
abu membentuk lapisan yang menempel pada dinding-
dinding boiler.
 Natrium tidak aktif adalah natrium yang terikat dengan
bahan-bahan pengotor seperti mineral-mineral
lempung dan silikat. Natrium tidak aktif, tidak akan
mengganggu karena pada saat pembakaran akan
tertinggal sebagai abu.
 Proses pertukaran ion:
Na+ > K+ > Mg++ > Ca++ > Al+++ >
Fe+++ > H+
Artinya ion natrium mempunyai kestabilan
terkecil terhadap gugus karboksil di dalam
lignit, sedangkan hidrogen merupakan ion
yang paling stabil
 Pelarutan dengan air
 Tingginya kadar air bawaan akan
menimbulkan masalah dalam proses
pemanfaatannya, terutama jika digunakan
sebagai bahan bakar langsung. Pada proses
pembakaran, air bawaan akan mengurangi
nilai kalor batubara sehingga jumlah
batubara yang diperlukan akan lebih besar
hingga gas CO2 yang ditimbulkannya akan
lebih besar pula. Tingginya gas CO2 akan
mempunyai dampak negatif terhadap
lingkungan yang cukup besar dengan
timbulnya efek rumah kaca yang dapat
menyebabkan pemanasan global.
 Perubahan ke fasa gas (gasifikasi)
 Perubahan ke fasa cair
(pencairan/liquefaction)
 Perubahan ke fasa cair (suspensi)
 Karbonisasi (briket/kokas)
Gasifikasi Batubara:
konversi batubara menjadi produk gas dalam sebuah reaktor, dengan
atau tanpa menggunakan pereaksi berupa udara, campuran udara/uap
air atau campuran oksigen/uap air)

Underground Coal Gasification (UCG):


konversi batubara menjadi produk gas langsung di dalam tanah, dengan
menggunakan pereaksi berupa udara, campuran udara/uap air atau
campuran oksigen/uap air)

Coal Bed Methane (CBM):


Gas metan yang terperangkap dalam lapisan batubara pada waktu
proses pembatubaraan dan gas tersebut dapat digunakan untuk bahan
bakar maupun bahan baku industri kimia
Batubara

• Industri Agro
Penggunaan
• Industri Keramik
Langsung
• Industri Mineral
Udara + Uap Gas Kalori
Rendah
(<200 Gas • PLTD
btu/scf) Pemurnian Bersih
(CO, • EOR
H2 , N 2 )

O2 + Uap Reaktor • Bahan bakar


Gas Kalori • Bahan baku kimia
Menengah syngas (CO, • Pupuk
Pemurnian
(200-400 H2 ) • Listrik (IGCC)
btu/scf) • Bahan bakar cair
• SNG
bbara 6-50 mm Fluidized Bed
Gas
bbara
Gas 0-5 mm

Carry Over
Fixed Bed

Oksigen
uap
udara/uap Abu Char

Molten Bath Bed


Gas
bbara
0-5 mm
gas
Ash
Oksigen
uap Oksigen
uap

Slag
bbara Lelehan
<-1mm abu
Entrained Bed
Lurgi Winkler Kopper-Totzek TIGAR

Fixed Bed Fluidized Bed Entrained Bed Twin Fluidized


Tipe reaktor Bed
Low rank/hard Low rank/hard Semua jenis Lignite
Batubara coal coal batubara

Lump <8mm Pulverized (200 <5 mm


Ukuran mesh)
O2/uap O2/uap O2/uap Udara/uap
Pereaksi

Temperatur, 1.000-1.400 1.000 1.900 1.000


°C
H2=30%; H2=40%; H2=31%; H2=56%;
Kualitas CO=21% CO=35% CO=58% CO=18%
Teknologi Pencairan batubara
Langsung

Coal Dekomposisi H
dan
hidrogenasi H
Minyak
sintetis
Tidak langsung
Gasifikasi

F/T CxHy
CO + H2 Synthesis Minyak/baha
n baku kimia
 Fischer-Tropsch synthesis (SASOL PROCESS)
- proses tidak langsung
- komersial dengan menggunakan batubara
bituminus
 Headwaters Technology Innovation (HTI)
- proses langsung, dikembangkan oleh AS
- komersial di China
- studi kelayakan di Philippine dan India
 Brown Coal Liquefaction (BCL)
- proses langsung, dikembangkan oleh Jepang
- Pilot plant di Victoria Australia
- Studi kelayakan di Indonesia (Banko, Berau and
Mulia)
 Untuk membangun pabrik pencairan batubara skala
komersial kapasitas 27000 barrel/hari dengan teknologi BCL
terlebih dahulu perlu dibangun pabrik skala semikomersial
kapasitas 13.500 barrel/hari, bertujuan untuk menguji
kehandalan teknologi BCL.
 Pembangunan semikomersial ini memerlukan biaya sekitar
US $ 1,3 milyar. Pemerintah Jepang telah berkomitmen untuk
memberikan hibah dana pembangunan Process Supporting
Unit (PSU) yang bernilai US $ 100 juta.
 PSU tersebut digunakan sebagai sarana pelatihan operator
pabrik pencairan batubara skala komersial dan menguji
karakterisktik pencairan batubara Indonesia.
TEKNOLOGI SASOL

1. Satu-satunya pabrik pencairan batubara skala komersial


2. Memproduksi Bbm 160 000 Boe/Hari
3. Menyerap Tenaga Kerja 140 000 orang (Direct & indirect)
4. Menghemat devisa US$ 3,9 Milyar/tahun
5. Membayar pajak dan pungutan sekitar US$ 1 milyar per tahun
 Coal water mixture (CWM) atau coal water fuel (CWF) adalah
campuran batubara halus dan air dalam perbandingan
tertentu yang dengan bantuan aditif membentuk suspensi
kental yang homogen dan stabil selama penanganan,
penyimpanan dan pengangkutan

 Coal oil mixture (COM) campuran batubara halus dan minyak

 Upgraded brown coal water mixture (UBCWM): CWM dari


batubara hasil proses UBC

 Hot water treating coal slurry (HWTCS): CWM dari batubara


hasil proses HWT
Lignit CWM

Mixing:
+ air
+ aditif

Lignit: 50%
UBC/HWD Sub Bit: 55%
Bituminus: 60%
UBC/HWD: 62%
Bituminus
 Menghemat energi minyak,
 Memperbesar penganeka ragaman energi,
 Memperbesar penganeka ragaman pemakaian
batubara,
 Bebas dari bahaya penyalaan spontan,
 Pengangkutan lebih mudah karena memungkinkan
pengangkutan lewat pemipaan,
 Lingkungan lebih bersih,
 Dapat menggunakan boiler yang sudah ada, yaitu
yang dirancang untuk bahan bakar minyak dengan
sedikit modifikasi.
 Fluidized bed combustion: de SOx dan de
NOx
 Integrated gasification combine cycle
(IGCC): gas hasil pembakaran batubara
digunakan untuk menggerakkan turbin
pembangkit listrik. Panas buang dari turbin
tsb digunakan untuk mengeraakn turbin
uap
 Magneto hydro dynamic (MHD): hantaran
gas yang berkecepatan tinggi melintasi
medan magnet
 Penyerapan gas-gas SOx dan NOx
 Electro static separator (ESP) untuk abu
terbang
Old Concept: CCT Process Focusses
on the Reduction of SOx, NOx and
Particulates

New Concept: Focuss on the reduction


of CO2 emission and mercury

• Reduction of CO2: by increasing combustion or


electricity power plant efficiencies (supercritical,
ultra-supercritical and IGCC)
• Carbon capture and storage (CCS) technology
Status of CCT in Indonesia
I. Commercial
Pre combustion:
1) Coal washing in Ombilin and Kitadin coal mines.
2) Gasification has been installed up to 20 units with reactor capacity of
<4 tons coal feed/hr, implementing fixed bed gasifier and the poducer
gas is utilized by ceramic, glove and other industries.
On-going combustion:
1) Low NOx burner in pulverized coal power plant.
2) Bubbling fluidized bed for waste coal of 2 x 7 MW power plant capacity
in operation in East Kalimantan.
3) Circulating fluidized bed of 2 x 100 MW power plant capacity in
operation in Tarahan, Lampung.
Post combustion:
Electrostatic precipitator (EP) installed in mostly pulverized coal power
plant for collecting particulates

59
Status of CCT in Indonesia (cont.)

CCT by supercritical power plant


• Has been implemented at Paiton (East Jawa)
and Cirebon (West Jawa) power plants.
• Under construction at Central Jawa power plant

II. Research and Development


• Coal upgrading: UBC, CWM and CDB.
• Utilization of coal gas for dual fuel diesel engine.
• Development of syngas for fuel and fertilizer
Clean Coal Technology Scenario

Energy Efficiency Scenario (e.g. lighting, home


appliances and commercial building)

Renewable Energy Scenario (e.g. geothermal, biofuel,


nuclear, hydro, solar, wind & biomass)

Carbon Capture and Storage Scenario

Вам также может понравиться