Вы находитесь на странице: 1из 26

BENIGN PROSTATIC

HYPERPL ASIA ( BP H)
A N N I S A WA R DA I RVA N I
1610211053
DEFINISI

• Penyakit degeneratif pada laki-laki, berupa pembesaran prostat


akibat hiperplasia sel-sel stroma & epitel kelenjar prostat 
menimbulkan terganggunya aliran urin & gangguan miksi
EPIDEMIOLOGI

• Tumor jinak paling sering pada laki-laki dengan insidens


berhubungan dengan usia
- 20% pada 41-50 tahun
- 50% pada 51-60 tahun
- >90% pada >80 tahun
FAKTOR RESIKO

• Usia
• RPK  Herediter
• Merokok
• Pola konsumsi makanan berat
ETIOLOGI

• Teori DHT (dihidrotestosteron)


• Ketidakseimbangan testosteron-endrogen
• Interaksi stroma-epitel
• Berkurangnya apoptosis
• Teori stem cell
KLASIFIKASI
BERDASARKAN MASSA PROSTAT

GRADE I = ±20 gram


GRADE II = 20-40 gram
GRADE III = >40 gram
KLASIFIKASI
BERDASARKAN DERAJAT BPH

DERAJAT COLOK DUBUR (DRE) RESIDU URIN

I PROSTAT BATAS ATAS TERABA <50 ml

II PENONJOLAN JELAS & PROSTAT BATAS ATAS 50 – 100 ml


TERABA

III PROSTAT BATAS ATAS TIDAK TERABA >100 ml

IV - RETENSI TOTAL
MANIFESTASI KLINIS
• Keluhan LUS (Lower Urinary Tract
Symptoms)  gg. Volding (pengeluaran),
Storage (penyimpanan) pasca miksi
a) Gx. Obstruktif b) Gx. Iritatif
 Hesitansi : mulai miksi lama + mengejan  Urgency : BAK tidak bisa ditahan
 Pancaran miksi lemah  Polakisuria anyang-anyangan
 Intermitensi : miksi putus di tengah, tiba-tiba  Nokturia : BAK tengah malam secara
 Miksi tidak tuntas terus-menerus

 Terminal dribbing : menetes di akhir  Disuria : nyeri saat BAK


MANIFESTASI KLINIS

• Gx. Pada Saluran Kemih Atas • Gx. Diluar Saluran Kemih


e.c obstruksi urine yang mengalami reflux  Hernia inguinalis
(Vesico-Uretero Reflux)
 Hemorois
 Nyeri pinggang
e.c sering mengejan
 Hidronefrosis : benjolan di pinggang
(pembengkakan ginjal yg disebabkan
oleh akumulasi urin)
 Urosepsis
DIAGNOSIS
1) ANAMNESA
– Keluhan LUTS dinilai dari SPSS Score
INTERPRETASI
RINGAN = 0-7
SEDANG = 8-19
BERAT = 20-35
DIAGNOSIS
2) PX. FISIK
• Pf. Regiosuprapubik
Untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli akibat retensi urine
• DRE + nilai keadaan prostat
• Pf. Lain
Inguinal  hernia (?)
Genitalia eksterna  obstruksi oleh sebab lain (c/ batu)
Kelainan traktus urinarius bag. atas  komplikasi ke ginjal
DIAGNOSIS
3) PX. PENUNJANG
• URINALISIS
Untuk mencari menentukan adanya leukosituria dan hematuria
• KULTUR URINE
Untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan ISK
• FAAL GINJAL
Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai sal. kemih atas
• PSA (Prostate Specific Antigen)
SA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer specific.
Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal ini jika kadar PSA tinggi
berarti:
(a) pertumbuhan volume prostat lebih cepat,
(b) keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan (c) lebih mudah terjadi retensi urine akut
(c) lebih mudah terjadi retensi urine akut
DIAGNOSIS
• UROFLOWMETRY (PANCARAN URINE )
Untuk untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran kemih bagian bawah
Hasil uroflowmetry tidak spesifik menunjukkan penyebab terjadinya kelainan pancaran urine. Pancaran
urine yang lemah dapat disebabkan obstruksi saluran kemih bagian bawah atau kelemahan otot detrusor
Hasil  >15ml/s  non obstruksi
• RESIDU URINE
Residu urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine di kandung kemih setelah berkemih.
Jumlah residu urine pada pria normal rata-rata 12 mL.
Peningkatan volume residu urine dapat disebabkan oleh obstruksi saluran kemih bagian bawah atau
kelemahan kontraksi otot detrusor
• PX. HISTOPATOLOGI
Indikasi: PSA >10mg/dl, DRE nodul keras, IPSS >7
PX. RADIOLOGI NORMAL USG PROSTAT

• ZONA SENTRAL & PERIFER:


ABU MUDA - GELAP
HOMOGEN
• USG
• ZONA TRANSISIONAL:
- TRUS  Spesifik untuk jaringan & volume prostat HIPOEKOGENIK
- TAUS  Residu Urine di VU
• FOTO POLOS
Untuk melihat apakah ada obstruksi lain (c/ batu)
TATALAKSANA Tujuan terapi pada pasien BPH
adalah memperbaiki kualitas hidup
pasien. Terapi yang didiskusikan
dengan pasien tergantung pada
derajat keluhan, keadaan pasien,
serta ketersediaan fasilitas
setempat. Pilihannya adalah:
(1) konservatif (watchful waiting),
(2) medikamentosa,
(3) pembedahan,
(4) lain-lain (kondisi khusus).

INTERPRETASI
RINGAN = 0-7  Konservatif
SEDANG = 8-19  Medikamentosa
BERAT = 20-35  Operatif
1. KONSERVATIF
Pada watchful waiting ini, pasien diberi penjelasan mengenai segala sesuatu hal
yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya:
1) jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan
malam,
2) kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada
kandung kemih (kopi atau cokelat),
3) jangan menahan kencing terlalu lama.
2. MEDIKAMENTOSA

α1-blocker 5α-reductase inhibitor


– Menghambat kontraksi otot polos prostat – menginduksi proses apoptosis sel epitel
sehingga mengurangi resistensi tonus leher prostat yang kemudian mengecilkan
kandung kemih dan uretra. volume prostat hingga 20 – 30%
– Yaitu terazosin, doksazosin, alfuzosin, dan – Yaitu finasteride dan dutasteride
tamsulosin yang cukup diberikan sekali – ESO: disfungsi ereksi, penurunan libido,
sehari ginekomastia, atau timbul bercak-bercak
– ESO: sistem kardiovaskuler yang berbeda kemerahan di kulit
(hipotensi postural, dizzines, dan asthenia)
Antagonis Reseptor Muskarinik Phospodiesterase 5 inhibitor
– Menghambat atau mengurangi stimulasi – meningkatkan konsentrasi dan
reseptor muskarinik sehingga akan memperpanjang aktivitas dari cyclic
mengurangi kontraksi sel otot polos guanosine monophosphate (cGMP)
kandung kemih intraseluler, sehingga dapat mengurangi
– Yaitu fesoterodine fumarate, propiverine tonus otot polos detrusor, prostat, dan
HCL, solifenacin succinate, dan tolterodine uretra
l-tartrate – Yaitu sildenafil, vardenafil, dan tadalafil
– ESO: mulut kering (sampai dengan 16%),
konstipasi (sampai dengan 4%), kesulitan
berkemih (sampai dengan 2%),
nasopharyngitis (sampai dengan 3%), dan
pusing (sampai dengan 5%)
TERAPI KOMBINASI
α1-blocker + 5α-reductase inhibitor α1-blocker + antagonis reseptor
– meningkatkan efektivitas dalam muskarinik
memperbaiki gejala dan mencegah – meningkatkan konsentrasi dan memblok α1-
perkembangan penyakit. adrenoceptor dan cholinoreceptors muskarinik
– data saat ini menunjukkan terapi kombinasi (M2 dan M3) pada saluran kemih bawah.
memberikan hasil yang lebih baik – Terapi kombinasi ini dapat mengurangi frekuensi
dibandingkan monoterapi dalam risiko berkemih, nokturia, urgensi, episode
inkontinensia
terjadinya retensi urine akut dan
kemungkinan diperlukan terapi bedah
– Akan tetapi, terapi kombinasi juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya efek samping
– Kombinasi ini hanya direkomendasikan
apabila direncanakan pengobatan jangka
panjang (>1 tahun)
PEMBEDAHAN
Indikasi tindakan pembedahan, yaitu pada BPH yang sudah menimbulkan
komplikasi, seperti:
1. retensi urine akut;
2. gagal Trial Without Catheter (TwoC);
3. infeksi saluran kemih berulang;
4. hematuria makroskopik berulang;
5. batu kandung kemih;
6. penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi akibat BPH;
7. dan perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih bagian
atas.
INVASIF MINIMAL
TRANSURETHRAL RESECTION OF L A S E R P RO S TAT E K TO M I
T H E P RO S TAT E ( T U R P )

• Merupakan tindakan baku emas • Penggunaan laser pada terapi pembesaran


pembedahan pada pasien BPH prostat jinak dianjurkan khususnya pada
pasien yang terapi antikoagulannya tidak
dengan volume prostat 30-80 ml dapat dihentikan
INVASIF MINIMAL

R A N S U R E T H R A L I N C I S I O N O F T H E P RO S TAT E ( T U I P )

• Atau insisi leher kandung kemih (bladder neck insicion) direkomendasikan pada
prostat yang ukurannya kecil (kurang dari 30 ml) dan tidak terdapat
pembesaran lobus medius prostat.
TRIAL WITHOUT
O P E R A S I T E R BU K A C AT H E T E R I Z AT I O N ( T WO C )

• Pembedahan terbuka dapat dilakukan • Cara untuk mengevaluasi apakah pasien dapat
melalui transvesikal (Hryntschack atau berkemih secara spontan setelah terjadi retensi
Freyer) dan retropubik (Millin). • Setelah kateter dilepaskan, pasien kemudian diminta
• Pembedahan terbuka dianjurkan pada dilakukan pemeriksaan pancaran urin dan sisa urin.
prostat yang volumenya lebih dari 80 ml. • Dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian α1-
blocker selama minimal 3-7 hari.
• Umumnya dilakukan pada pasien yang mengalami
retensi urine akut yang pertama kali dan belum
ditegakkan diagnosis pasti.
CLEAN INTERMITTENT
C AT H E T E R I Z AT I O N ( C I C ) S I S TO S TO M I

• Untuk mengosongkan kandung • Pada keadaan retensi urine dan kateterisasi


kemih secara intermiten baik transuretra tidak dapat dilakukan,
mandiri maupun dengan bantuan sistostomi dapat menjadi pilihan.
• Sebelum kateter menetap dipasang • Sistostomi dilakukan dengan cara
pada pasien- pasien yang mengalami pemasangan kateter khusus melalui dinding
retensi urine kronik dan mengalami abdomen (supravesika) untuk mengalirkan
gangguan fungsi ginjal ataupun urine.
hidronefrosis.
KATETER MENETAP

• Kateterisasi menetap merupakan cara yang paling mudah dan sering digunakan
untuk menangani retensi urine kronik dengan keadaan medis yang tidak dapat
menjalani tidakan operasi.

Вам также может понравиться