Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ETIKA
ETIKA ADM PUBLIK
META ETIKA
ETIKA NORMATIF
ETIKA PRAKTIS
PSIKOLOGI MORAL
ETIKA DESKRIPTIF
PENGERTIAN ETIKA
Beauty
Equality
Goodness
Justice
Liberty
Truth
METAETIKA
Meta
Etika
Metaetika
ETIKA ADMINISTRASI
ETIKA ADMINISTRASI 1
ETIKA – SALAH DAN BENAR
ADMINISTRATION IS A WORLD OF DECISIONS
AND ACTION
ETHIC WILL SEARCH FOR RIGHT AND WRONG
WHILE ADMINISTRATION MUST GET THE JOB
DONE
ETIKA ADMINISTRASI 2
HOW CAN ETHIC INFORM ADMINISTRATION ?
HOW CAN ADMINISTRATION INFORM ETHIC?
HOW CAN THE IDEA OF ADMINISTRATION—
ORDER, EFFICIENCY, ECONOMY,
PRODUCTIVITY—HELP DEFINE ETHICS, AND
HOW CAN THE IDEA OF ETHICTS—RIGHT &
WRONG—HELP DEFINE PUBLIC
ADMINISTRATION?
METAETIKA
Meta : Yunani (sesudah, di atas, melampaui)
META ETIKA MERUPAKAN LAPANGAN STUDI
UNTUK MENCARI PEMAHAMAN HAKIKI DARI
ETIKA DALAM ADMINISTRASI PUBLIK (ALIRAN
POSITIVIST, RATIONAL DAN EMPIRICAL
POSITIVISTIC = NATURAL PHENOMENA
(Fenomena Alamiah)
RATIONAL = USED TO DESCRIBE THE VIEW OF
REALITY
EMPIRICAL – SENSE OF EXPERIENCE
PERAN ETIKA DALAM
ADMINISTRASI
Masalah etika ini terutama lebih ditampilkan oleh
kenyataan bahwa meskipun kekuasaan ada di tangan
mereka yang memegang kekuasaan politik (political
masters), ternyata administrasi juga memiliki
kewenangan yang secara umum disebut discretionary
power (kekuasaan utk menentukan/memilih, terserah
kpd kebijaksanaan). Persoalannya sekarang adalah
apa jaminan dan bagaimana menjamin bahwa
kewenangan itu digunakan secara “benar” dan tidak
secara “salah” atau secara baik dan tidak secara
buruk.
PERINTIS STUDI EAP 1
Appleby (1952), termasuk orang yang paling
berpengaruh dalam studi mengenai masalah ini.
Ia mencoba mengaitkan nilai-nilai demokrasi
dengan birokrasi dan melihat besarnya
kemungkinan untuk memadukannya secara serasi.
PERINTIS STUDI EAP 2
Golembiewski (1962, 1965) yang juga merujuk
pada pandangan Appleby, selanjutnya mengatakan
bahwa selama ini organisasi selalu dilihat sebagai
masalah teknis dan bukan masalah moral,
sehingga timbul berbagai persoalan dalam
bekerjanya birokrasi pemerintah.
PERINTIS STUDI EAP 3
Hummel (1977, 1982, 1987) mengeritik birokrasi
rasional ala Weber antara lain menyatakan bahwa
birokrasi, yang disebut sebagai bentuk organisasi yang
ideal, telah merusak dirinya dan masyarakatnya
dengan ketiadaan norma-norma, nilai-nilai, dan etika
yang berpusat pada manusia
PENDEKATAN EAP 1
Pertama pendekatan teleologi.
Pendekatan teleologi terhadap etika administrasi
berpangkal tolak bahwa apa yang baik dan buruk
atau apa yang seharusnya dilakukan oleh
administrasi, acuan utamanya adalah nilai
kemanfaatan yang akan diperoleh atau dihasilkan,
yakni baik atau buruk dilihat dari konsekuensi
keputusan atau tindakan yang diambil.
PENDEKATAN EAP
Ada dua yang utama TELEOLOGI Pertama, adalah
apa yang disebut ethical egoism, yang berupaya
mengembangkan kebaikan bagi diri- nya. Yang amat
dikenal di sini adalah Niccolo Macheavelli, seorang
birokrat Itali (Florensia) pada abad ke -15, yang
menganjurkan bahwa kekuasaan dan survival pribadi
adalah tujuan yang benar untuk seorang
administrator pemerintah.
Yang kedua, adalah utilitarianism, yang pangkal tolaknya
adalah prinsip kefaedahan (utility/utilitas/prinsip), yaitu
mengupayakan yang terbaik untuk sebanyak-banyaknya
orang (yang mengutamakan prinsip kesenangan).
Prinsip ini sudah berakar sejak lama, terutama
pada pandangan-pandangan abad ke-19, yang dikenal
dengan nama radikalisme filosofis yang menekankan pada
tuntutan pembaruan sambil mendukung posisi hedonisme
psikologis dan menafsirkan kebaikan terbesar sebagai
jumlah kesenangan terbesar atau jumlah kesakitan terkecil
(oleh Jeremy Bentham). Selanjunya muridnya Bentham
Jhon Stuart Mill menegaskan bahwa kriteria utilitarian
ialah jumlah terbesar kesenangan yang lebih tinggi bagi
jumlah terbesar.
antara lain dari Jeremy Bentham dan muridnya John
Stuart Mill.
PENDEKATAN EAP 2
Fox (1994), antara lain mengetengahkan tiga
pandangan yang menggambarkan pendekatan
deontologi dalam etika administrasi ini.