Вы находитесь на странице: 1из 32

MASALAH-MASALAH KESEHATAN

WANITA PADA MASA REPRODUKSI:


INFERTILITAS DAN KLIMAKTERIUM

3A S1 KEPERAWATAN
STIKESMI 2018
Kelompok 1
Anggi Putri Utami

Dido Royadi

Ega Mulyana

Pahmi Ramdan

Rini Wahyuni

Risha Ayu Pratiwi

Vicky Ocktavya L.
-INFERTILITAS-
Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri
belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan
seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun
dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
(Djuwantono, 2008).
Pasangan suami-istri dianggap fertil untuk bisa memiliki anak
apabila suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga
mampu menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa)
ke dalam organ reproduksi istri dan istri memiliki sistem dan fungsi
reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel kelamin wanita
(sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki
rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga
bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan.
Klasifikasi Infertilitas
Menurut Kumalasari, I. & Andhyantoro, I. (2012), infertilitas
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

Infertilitas Primer Infertilitas Sekunder


Epidemiologi Infertilitas
Berdasarkan laporan WHO, secara global diperkirakan adanya
kasus infertilitas pada 8-10% pasangan, yaitu sekitar 50 juta hingga
80 juta pasangan. Di Amerika sekitar 5 juta orang mengalami
permasalahan infertilitas, sedangkan di Eropa angka kejadiannya
mencapai 14%. Pasangan infertil di Indonesia tahun 2013 adalah 50
juta pasangan atau 15-20% dari seluruh pasangan yang ada
(Riskesdas, 2013).
Etiologi Infertilitas
Etiologi Infertilitas Pada wanita:
•Hormonal (Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium).
•Obstruksi (Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab sepertiga dari
penyebab infertilitas).
•Faktor Lokal (fibroid uterus, erosi cervix, kelainan kongenital vagina, cervix
atau uterus yang menghalangi pertemuan sperma dan ovum, mioma uteri,
distrorsi, iritasi miometrium).
Etiologi Infertilitas pada Pria :
•Gangguan Spermatogenesis (Analisis sperma dapat mengungkapkan jumlah spermatozoa
normal atau tidak).
•Obstruksi (Obstruksi dapat terjadi pada duktus atau tubulus, dan pada vas deferens).
•Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi (Faktor-faktor fisik yang menyebabkan ketidakmampuan
koitus dan ejakulasi, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis.Faktor-faktor psikologis yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi dan kebiasaan
pria alkoholisme kronik).
•Faktor Sederhana (Memakai celana jeans ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau berganti
lingkungan ke iklim tropis).
Faktor Risiko Infertilitas
Faktor Risiko Infertilitas Pada Wanita

Sindrom
Gangguan Masalah Peningkatan
Ovarium Masalah Tuba
Ovulasi Uterus Usia
Polikistik

Penyakit
Infeksi Organ
Berat Badan Stress Menular
Reproduksi
Seksual
Faktor Risiko Infertilitas Pada Pria

Gangguan pada Gangguan pada Peminum


Umur
Spermatogenesis Sel Sperma Alkohol

Pengguna
Merokok Paparan Radiasi
Narkoba
Diagnosis Infertil Pada Wanita
Anamnesis
Anamnesis dilakukan terhadap pasien dengan menanyakan identitas
pasangan suami istri meliputi umur, pekerjaan, lama menikah dan evaluasi dari
pasien wanita mengenai ketidakteraturan siklus haid, dismenorea, infeksi organ
reproduksi yang pernah dialami, riwayat adanya bedah pelvis, riwayat
sanggama, frekuensi sanggama, dispareunia, riwayat komplikasi pascapartum,
abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir, konstrasepsi yang pernah
digunakan, pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya, dan riwayat
penyakit sistematik)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendiagnosis infertil adalah :
-Vital Sign
-Penghitungan BMI
-Pemeriksaan Gangguan Endokrin
-Pemeriksaan pelvis
Pemeriksaan Penunjang Infertilitas
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mendiagnosis infertilitas pada
wanita yaitu biopsi endometrium pada hari pertama menstruasi,
histerosalfingorafi, histeroskopi, laparaskopi atau laparatomi.
Tujuan pemeriksaan penunjang infertilitas adalah mengetahui keadaan
ovarium yaitu folikel graaf atau korpus luteum, mengetahui faktor peritonium,
melepaskan perlekatan, dan tuboplasti-melepaskan fimosis fimbrie tuba.
Pencegahan Infertilitas
Secara Umum
- Melakukan pola hidup sehat yang teratur
dan seimbang Secara Khusus
- Mengetahui berbagai gangguan - Tangani infeksi pada alat reproduksi
kesehatan reproduksi yang dialami secara serius dan tuntas
- Mengetahui teknik senggama yang benar
- Berhenti merokok
- Mengatasi masalah psikologis dengan
pasangan
- Menghentikan penggunaan alkohol
- Berkonsultasi mengenai siklus masa - Konsultasikan penggunaan obat-
subur obatan yang digunakan.
- Memperoleh informasi dan pengetahuan
kesehatan reproduksi secara lengkap dan
benar
Penanganan Infertilitas
Penanganan infertilitas dilakukan menurut kategorinya dan dilakukan
sesuai dengan usia pernikahan dan dilakukan secara bertahap dari risiko
yang paling ringan dengan biaya murah, sampai dengan penanganan
yang menggunakan teknologi modern yang membutuhkan biaya besar.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mendapatkan keturunan adalah
sebagai berikut:
Konsultasi medis, terkait cara senggama yang benar yang memungkinkan
terjadinya pembuahan.
Manajemen masa subur yang benar
Pemberian obat-obatan untuk kesuburan
Tindakan inseminasi buatan,
Bayi tabung/pembuahan in vitro
-KLIMAKTERIUM-
Pengertian Klimakterium
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa
reproduksi sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita
berumur 40-65 tahun. Klimakterium adalah waktu ketika siklus haid
berhenti dan berkurangnya sekresi hormon estrogen dan
progesteron ovarium (Nelson, 2008). Sedangkan menurut Adji
(2007) klimakterium adalah berhentinya menstruasi karena
berhentinya proses fisiologis akibat menurunnya estrogen tanpa
obat-obatan dan intervensi.
Masa-Masa Klimakterium
Masa klimakterium ini berlangsung secara bertahap menurut Kasdu (2002)
sebagai berikut:
Premenopause : masa sebelum berlangsungnya perimenopause, yaitu sejak fungsi
reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda
menopause, mula pada usia 40 tahun.
Perimenopause: periode dengan keluhan memuncak, rentang 1-2 tahun sebelum
dan 1-2 tahun sesudah menopause. Masa wanita mengalami akhir dai datangnya haid
sampai berhenti sama sekali.
Post menopause: masa setalah menopause sampai senilis. Masa berlangsung kurang
lebih 3-5 tahun setelah menopause.
Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita
terjadi berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium
seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan
menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen,
gangguan umpan balik pada hipofise.
Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan
ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya
interaksi antara hipotalamus–hipofise. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi
luteum. Kemudian turunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan
berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini
meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadoropin itu, ternyata
yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Klimakterium
Awal menstruasi
Beban Pekerjaan
Jumlah Anak
Usia Melahirkan Anak Terakhir
Pemakaian Kontrasepsi
Kondisi Fisik pada Masa
Klimakterium
Perubahan kulit (Lemak bawah kulit menghilang sehingga kulit mengendor,
sehingga jatuh dan lembek. Kulit mudah terbakar sinar matahari dan
menimbulkan pigmentasi dan menjadi hitam. Pada kulit tumbuh bintik hitam,
kelenjar kulit kurang berfungsi sehingga kulit menjadi kering dan keriput).
Perubahan kerja usus menjadi lambat, dan mereabsorbsi sari makanan makin
berkurang (Kerja usus halus yang semakin berkurang maka akan menimbulkan
gangguan buang air besar berupa obstipasi).
Perubahan pada alat genetalia (liang senggama terasa kering, lapisan sel liang
senggama menipis, Daerah sensitive makin sulit untuk dirangsang, saat
berhubungan seksual dapat menjadi nyeri).
Perubahan pada tulang (Tulang mengalami pengapuran, artinya kalium
menurun sehingga tulang keropos dan mudah terjadi patah tulang trutama
terjadi pada persendian paha).
Kondisi Psikis pada Masa
Klimakterium
Hampir setiap wanita usia klimakteris mengalami suasana hati
“depresif ” dan “melankolis” (ada yang relatif pendek dan ada yang relatif
panjang), sebab utamanya adalah :
Mengingkari dan memprotes proses biologis yang mengarah pada ketuaan
Menganggap dramatis proses penuaan
Kemunduran jasmani diartikan sebagai tidak ada gunanya lagi hidup karena
sudah mendekati kematian
Hidupnya sudah dianggap tidak ada harapan, penuh kepedihan dan dilupakan
semua orang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosialnya di masa lampau.
Wanita yang hidup dalam suasana yang harmonis, ekonomi
berkecukupan, bahagia, selalu mendapat kepuasan seksual dapat
menghadapi ini dengan rasa tenang.Wanita yang mempunyai masa
lampau penuh kenangan cinta yang indah dan bahagia maka
kecantikannya akan tetap awet dan terpancar (kecantikan psikis).
Gangguan Perilaku Pada Fase
Klimakterium
Depresi menstrual
Perubahan kehidupan seksual
Obsesi untuk hamil lagi
Ilusi
Kehidupan Seks Pada Masa
Klimakterium
Banyak wanita yang berpendapat bahwa hubungan seks tidak mungkin
dilakukan lagi pada masa klimakterium. Pendapat seperti ini tidak dapat
dibenarkan lagi. Hubungan seks tetap dapat dilakukan meskipun usia telah
lanjut.
Akibat kekurangan estrogen, vagina menjadi kering dan mudah cedera
sehingga terasa sakit sewaktu bersanggama. Rasa sakit ini dapat dihilangkan
hanya dengan pemberian hormon berupa tablet estrogen oral maupun berupa
krem vagina, berkonsultasi dan meminta nasehat dokter tetap merupakan cara
terbaik.
Masalah utama yang menyebabkan seorang wanita tidak mau melakukan
hubungan seks adalah faktor psikis wanita tersebut. Mereka takut, gelisah,
tegang, sehingga sulit untuk melakukannya. Keadaan serupa terkadang juga
ditemukan pada suami. Istri dan suami mengeluh bahwa mereka sudah tua,
kulit sudah keriput dan badan lemah.
Hubungan seks sangat berperan pada keserasian hubungan suami istri. Setiap
masalah yang timbul akan menyebabkan ke-retakan dalam rumah tangga.
Untuk mengemukakan semua masalah tersebut cara yang sederhana ini
acapkali mampu menyelesaikan masalah yang ada.
Pencegahan Beberapa Dampak
Masa Klimakterium
Pencegahan kehamilan
Penggunaan Pil sebagai Kontrasepsi
Pencegahan Osteoporosis
Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
Referensi
Aziza, N. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu Usia 45-60 Tahun dengan Sindrom Klimakterium. Jurnal
Keperawatan, Volume X, No. 2, 221-225.
Kumalasari, I. & Andhyantoro, I. (2012). Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Oktarina, A., Abadi, A., & Bachsin, R. (2014). Faktor-faktor yang Memengaruhi Infertilitas pada Wanita di
Klinik Fertilitas Endokrinologi Reproduksi. MKS, Th. 46, No. 4, 295-300.
Trisnawati, Y. (2015). Analisis Kesehatan Reproduksi Wanita Ditinjau dari Riwayat Kesehatan Reproduksi
Terhadap Infertilitas di RS Margono Soekardjo Tahun 2015. Jurnal Kebidanan 07 (02), 115 –
222. Purwokerto: Akademi Kebidanan YLPP.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=16798 (Diunduh pada 27 Agustus 2018 Pukul 16.30 WIB).
http://repository.ump.ac.id/4480/3/EMI%20PRIYATI%20BAB%20II.pdf (Diunduh pada 27 Agustus 2018
Pukul 16.40 WIB).
http://googleweblight.com/i?u=http://ayarizkyani.blogspot.com/2013/04/klimakterium-dan-
menopause.html?m%3D1&hl=id-ID (Diunduh pada 27 Agustus 2018 Pukul 17.00 WIB).

Вам также может понравиться