Вы находитесь на странице: 1из 59

REPUBLIK INDONESIA

MENCAPAI TARGET SDGS UNTUK


PEMBANGUNAN INDONESIA JANGKA PANJANG

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/


Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Disampaikan dalam Kuliah Umum di Institut Teknologi Bandung


Bandung, 26 Agustus 2017
REPUBLIK
INDONESIA
Outline

Sustainable Development Goals (SDGs)

Peluang dan Tantangan Pembangunan Indonesia Jangka Panjang 2045

Pembangunan Sektor Prioritas


(Pembangunan Infrastruktur dan Ketahanan Energi)

Pemerataan Pembangunan
(Pendapatan, UMKM dan Koperasi, serta Infrastruktur Dasar)

2
REPUBLIK
INDONESIA

Sustainable Development Goals


(SDGs)

3
REPUBLIK
INDONESIA
Arah Pembangunan Indonesia Jangka Panjang

RPJMN SDGs Jangka Panjang

2045
2015-2019 2030 (100 tahun
merdeka)

4
REPUBLIK
INDONESIA
Capaian MDGs dan Unfinished Agenda

Capaian Indonesia pada 2015:


Dari 8 tujuan, 18 target dan 1.Penduduk Miskin
Angka Kematian Ibu (AKI)
67 indikators MDGs 2.Gizi & Asupan Kalori

18 Belum
Tercapai 1. Tutupan Kawasan Hutan
2. Emisi CO2
3. Air Minum Perdesaan
4. Sanitasi Layak
5. Kawasan Kumuh Perkotaan
49 Tercapai

1. Rasio Ekspor & Impor


Prevalensi HIV dan AIDS Terhadap PDB
2. Akses Internet

5
REPUBLIK
INDONESIA
TPB/SDGs untuk Menyempurnakan MDGs
Lebih komprehensif disusun dengan melibatkan lebih banyak negara dengan tujuan yang universal
1 untuk negara maju dan berkembang

2 Memperluas sumber pendanaan, selain bantuan negara maju juga sumber dari
swasta
Menekankan pada hak asasi manusia agar diskriminasi tidak terjadi dalam
3 penanggulangan kemiskinan dalam segala dimensinya

4 Inklusif, secara spesifik menyasar kepada mereka yang cacat dan rentan

5 Indikator SDGs memungkinkan pelibatan masyarakat

MDGs hanya menargetkan pengurangan “setengah”, TPB/SDGs menargetkan untuk


6 menuntaskan seluruh indikator ”Zero Goals”

7 Tidak hanya memuat Goals tetapi juga Sarana Pelaksanaan

6
REPUBLIK
INDONESIA
Tujuan TPB/SDGs di Indonesia (1)
PILAR PEMBANGUNAN SOSIAL
5 Goal, 47 Target, 77 Indikator

Menjamin kualitas Mencapai


Mengakhiri Menghilangkan Menjamin kesetaraan gender
kemiskinan dalam pendidikan yang
kelaparan, kehidupan yang dan
segala bentuk inklusif dan
mencapai sehat dan memberdayakan
dimanapun merata serta
ketahanan pangan meningkatkan kaum perempuan
meningkatkan
dan gizi yang baik, kesejahteraan
kesempatan
serta seluruh penduduk
belajar sepanjang
meningkatkan semua usia
hayat untuk
pertanian semua
berkelanjutan

7
REPUBLIK
INDONESIA
Tujuan TPB/SDGs di Indonesia (2)
PILAR
PILARPEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN EKONOMI
SOSIAL
55Goal,
Goal,5447Target,
Target,7277
Indikators
Indikator

Meningkatkan Menguatkan
Menjamin akses pertumbuhan Membangun
infrastruktur yang Megurangi sarana
energi yang ekonomi yang
tangguh, kesenjangan intra pelaksanaan dan
terjangkau, andal, inklusif dan merevitalisasi
meningkatkan dan antarnegara
berkelanjutan, dan berkelanjutan, kemitraan global
modern untuk kesempatan kerja industri inklusif
dan berkelanjutan, untuk
semua yang produktif pembangunan
dan menyeluruh, serta mendorong
inovasi berkelanjutan
serta pekerjaan
yang layak untuk
semua
8
REPUBLIK
INDONESIA
Tujuan TPB/SDGs di Indonesia (3)

PILAR PEMBANGUNAN LINGKUNGAN


6 Goal, 56 Target, 69 Indikator

Menjamin
ketersediaan serta Menjadikan kota
pengelolaan air Menjamin pola
dan permukiman
bersih dan sanitasi produksi dan
inklusif, aman,
yang konsumsi yang
tangguh, dan
berkelanjutan berkelanjutan
berkelanjutan
untuk semua

9
REPUBLIK
INDONESIA
Tujuan TPB/SDGs di Indonesia (4)
PILAR PEMBANGUNAN HUKUM &
PILAR PEMBANGUNAN LINGKUNGAN TATA KELOLA
6 Goal, 56 Target, 69 Indikator 1 Goal, 12 Target, 23 Indikator

Melindungi, merestorasi, Menguatkan


Melestarikan dan dan meningkatkan
Mengambil masyarakat yang
memanfaatkan pemanfaatan inklusif dan damai
tindakan cepat secara berkelanjutan untuk pembangunan
untuk mengatasi berkelanjutan eksosistem daratan, berkelanjutan,
mengelola hutan secara menyediakan akses
perubahan iklim sumber daya lestari, menghentikan keadilan untuk semua,
dan dampaknya kelautan dan penggurunan, dan membangun
samudera untuk memulihkan degradasi kelembagaan yang
lahan, serta efektif, akuntabel, dan
pembangunan menghentikan inklusif di semua
berkelanjutan kehilangan tingkatan
keanekaragaman hayati

10
Strategi Pelaksanaan TPB/SDGs
REPUBLIK
INDONESIA

Prinsip TPB/SDGs
 Universal  Komprehensif &
berpusat pada manusia
 Integration  Terintegrasi
pada semua dimensi sosial, Landasan Hukum
ekonomi, dan lingkungan
 Perpres No. 59 Tahun
 No One Left Behind  2017 tentang
Melibatkan semua pemangku Pelaksanaan Pencapaian
kepentingan, memberikan Text Here TPB
manfaat bagi semua terutama  Permen PPN/Ka
yang rentan Bappenas
 Regulasi tingkat daerah
Dukungan Pelaksanaan
 Kelembagaan
 Pengarusutamaan
 Peta Jalan, RAN, RAD Pedoman Teknis
 Monev
 Inovasi Data
 Inovasi Pendanaan  Metadata Indikator
 Strategi Komunikasi  Penyusunan Renaksi
 Monitoring & Evaluasi

11
REPUBLIK
INDONESIA

Peluang dan Tantangan


Pembangunan Indonesia Jangka
Panjang 2045

12
REPUBLIK
Megatren Dunia
INDONESIA

Sampai tahun 2045, Perubahan Demografi


dunia menghadapi 10 Geoekonomi Dunia
kecenderungan besar:
Geopolitik Urbanisasi
Global

Megatren
Dunia
Kemajuan Perdagangan
Teknologi
2045 Internasional

Perubahan Keuangan
Iklim Global

Persaingan Kelas Pendapatan


Sumber Daya Menengah
Alam
13
REPUBLIK
INDONESIA
Demografi Global
• Penduduk dunia tahun 2045 diperkirakan 9,45 miliar. PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA
Tahun 1960 -2100
• Penduduk terbanyak masih di Asia
Dunia
Afrika

• Urutan Indonesia sebagai negara keempat penduduk terbesar


Asia
3 Eropa

bergeser menjadi urutan ke-5 pada tahun 2045 dan ke-7 pada
Latin & Karibia

Rata2 Pertumbuhaan (%/tahun)


2,5
Amerika Utra
2
tahun 2085.
Oceania

1,5
• Penduduk lansia meningkat dan migrasi antar negara tetap tinggi 1
0,5
Tahun 2045 Tahun 2085
0

-0,5

60

70

80

90

00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

00
India 1674 India 1722

19

19

19

19

20

20

20

20

20

20

20

20

20

20

21
-1
China 1375 China 1087

USA 381 Nigeria 658 PENDUDUK DUNIA


Tahun 2015, 2030, 2045, 2050, 2100
Nigeria 362 USA 436
Penduduk (Juta)
Indonesia 318 Pakistan 363 2015 2030 2045 2050 2100
Pakistan 295 Congo 339 Dunia 7349 8501 9454 9725 11213

Brasil 238 Afrika 1186 1679 2268 2478 4387


Indonesia 322
Asia 4393 4923 5218 5267 4889
Bangladesh 200 Tanzania 253
Eropa 738 734 714 707 646
Ethiopia 177 Ethiopia 240 Amerika Latin & Karibia 634 721 774 784 721
Congo 175 Brasil 215
Amerika Utara 358 396 425 483 500
Oceania 39 47 54 57 71
0 500 1000 1500 2000 0 500 1000 1500 2000
14
REPUBLIK
INDONESIA
Kependudukan
Rasio ketergantungan mencapai titik terendah pada 2030,
51 50.5 peluang bonus demografi dan bonus demografi kedua2)
2010 2045 50.1
50
2030:
49 Dependency Ratio
238,5 juta 318,7 juta 48.6 46,9%
48.4
Jumlah Penduduk2)
48 47.7
47.2 47.3
2,5 1,9 2010: 46.9
Total Fertility Rate2) 47 Proporsi Penduduk Usia
Produktif > 50%
46
69,8 tahun 72,8 tahun
Harapan Hidup2) 45
2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
11,9 juta 42,8 juta Jumlah penduduk usia produktif Indonesia
Jumlah lansia (65+)2) merupakan yang terbesar di Asia Tenggara 3) Kondisi yang diinginkan ke depan:
1. Pembangunan berpusat pada manusia;
51,1% 50,2%
Rasio Ketergantungan2)
2. Penduduk tumbuh seimbang dan berkualitas (TFR= 2,1)
3. Pemanfaatan bonus demografi dan bonus demografi kedua
2010 2045 4. Pengendalian urbanisasi
5. Pengelolaan migrasi
49,8% Penduduk tinggal 69,1% 6. Persebaran penduduk dengan mempertahankan daya dukung
di perkotaan1 lingkungan
7. Perlindungan sosial yang mantap dan berkelanjutan
Sumber Data: 1Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035
2Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2045 8. Tatanan sosial dan politik yang stabil
3UN Population Prospect 2010-2085
9. Peran dalam pembangunan internasional

15
REPUBLIK
INDONESIA
Urbanisasi
Persebaran penduduk tidak banyak berubah, sebagian besar masih tinggal di Jawa
Kota Metropolitan
Cilegon
Malang
Bengkulu
Banda Aceh
Padang
Pontianak
Tasikmalaya
2010
Masyarakat tinggal
Sorong di perkotaan
Kendari
Mataram
Banjarbaru
49,8%
Palangka Raya 1
Bogor 6
1400 1,303
Kupang
Balikpapan 1200
Jayapura
Bandar Lampung
2045
Masyarakat tinggal
1000
1,042

Jambi 800 2010 2045


di perkotaan
Serang 600
Palembang 69,1% 400
Medan 106 151 137 204 92 127
Semarang 200 25 41 13 21
Makassar 0
Bandung Sumatera Jawa - Bali Nusa Kalimantan Sulawesi Maluku -
Ambon Tenggara Papua
Samarinda
Surabaya
Untuk menyeimbangkan distribusi penduduk
Pekanbaru
metropolitan, diperlukan kebijakan yang
Batam
Tangerang Selatan mendorong pusat kegiatan baru khususnya di
Bekasi luar Jawa antara lain dengan pembangunan Di daerah lain seperti NTT, Hingga tahun 2085, Pada tahun 2035 hampir 90%
kota baru, KI, KEK, dan KSPN proporsi penduduk penduduk di Jawa tinggal di
Denpasar Sulawesi Barat dan Maluku,
Tangerang
lebih dari separuh yang tinggal di perkotaan, dengan konsentrasi
Depok perkotaan ini kepadatan penduduk perkotaan
Jakarta penduduk masih tinggal di
1.000.000**
- 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 wilayah perdesaan. diperkirakan akan yang sangat besar (76 juta) berada
*)Proyeksi dilakukan tanpa intervensi
**)Definisi metropolitan sesuai UU 26 tahun 2007
Jumlah Penduduk terus meningkat. di wilayah Jakarta - Bandung.
2010 2045
16
Proyeksi Metropolitan Area pada 2045
REPUBLIK
INDONESIA (Tanpa Intervensi Kebijakan Baru)

17
REPUBLIK
INDONESIA
Pertumbuhan Penduduk Perkotaan

90
80
82.366
79.259
70 75.765
71.892
67.664
60 63.840
59.353
50 54.186
%

48.387
40
30
51.613
45.814
20 40.647 36.160 32.336 28.108
10 24.235 20.741 17.634
0
2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
Tahun
Persentase Penduduk Perkotaan Persentase Penduduk Perdesaan

Sumber: diolah dari BPS, 2014

• Pertumbuhan penduduk perkotaan 2,75%/tahun, lebih tinggi dari rerata nasional (1,17%/tahun)
• Proporsi penduduk yang tinggal di kota di Indonesia terus meningkat

18
REPUBLIK
INDONESIA 140.000

120.000

100.000

Peluang
Urbanization Rate (%)
80.000 y = 0.0664x + 47.342
R² = 0.3576

kenaikan 1 % Urbanisasi di
60.000
Indonesia meningkatkan 4% GDP
(World Bank, 2014)

40.000

20.000

.000
.000 200.000 400.000 600.000 800.000 1000.000 1200.000 1400.000
GDP per Capita ($100)

19
REPUBLIK
INDONESIA

New Urban
Agenda

SDGs

20
REPUBLIK
INDONESIA
Tujuan SDGs yang terkait dengan Planologi

21
Misi Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan
REPUBLIK
INDONESIA Nasional (KSPPN) 2045

Kota Layak huni Kota Cerdas dan Berdayasaing Kota Hijau dan tangguh

Tata kelola yang transparan,


Kota dengan identitas akuntabel dan responsif
Terpadu Antara Kota
lokal Dan Wilayah
22
REPUBLIK
INDONESIA
Menuju Perkotaan Berkelanjutan berdasarkan KSPPN 2045

2035
Indikator hijau dan
2015 berketahanan
Baseline iklim
Perkotaan
Berkelanjutan

2025 2045
RPJP baru Cerdas dan
Pemenuhan SPP berdaya saing
2030
SDGs&NUA

23
REPUBLIK
INDONESIA

Misi 1: Kota Layak Huni


Contoh Kebijakan dan Strategi SDGs
Perlindungan sosial untuk kelompok rentan Goal 1.4
Akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan Goal 3.8
Perumahan yang terjangkau Goal 11.1
Efisiensi energi berkelanjutan untuk penyelesaian Goal 7.1
Sistem transportasi yang lebih baik dan mobilitas perkotaan yang terjangkau Goal 11.2

Menjaga ruang terbuka

Misi 2: Kota Cerdas dan Berdayasaing


Contoh Kebijakan dan Strategi SDGs

Meningkatkan produktivitas ekonomi perkotaan Goal 8.3

Mempermudah isin usaha dan investasi Goal 8.5

Penggunaan TIK pada pelayanan pemerintahan Goal 9.4

24
REPUBLIK
INDONESIA

Misi 3: Kota Hijau dan Tangguh


Contoh Kebijakan dan Strategi SDGs

Pengendalian Pencemaran Goal 14.1

Pemanfaatan energi terbarukan Goal 7.1

Meningkatkan ketangguhan kota untuk mengatasi perubahan iklim dan resiko bencana Goal 11.5

Misi 4: kota dengan identitas lokal


Contoh Kebijakan dan Strategi SDGs

Melindungi dan menjaga warisan budaya dan warisan alam Goal 11.4

Pengembangan identitas lokal sesuai dengan karakteristik fisik, sosial, ekonomi dan budaya Goal 11.4
termasuk pembuatan city branding

25
REPUBLIK
INDONESIA

Misi 5: Keterkaitan Kota dan Wilayah


Contoh Kebijakan dan Strategi SDGs

Pembangunan Sistem perkotaan nasional

Pengembangan pusat-pusat perkotaan

Pengembangan pusat perkotaan berdaya saing global

Misi 6: Tata Kelola Yang Transparan, Akuntabel Dan Responsif


Contoh Kebijakan dan Strategi SDGs

Penigkatan kapasitas SDM – partisipasi masyarakat, forum lintas pelaku, keterbukaan informasi Goal 16.7
publik

Peningkatan kapasitas keuangan daerah untuk pembiayaan pembangunan perkotaan Goal 10.4

26
REPUBLIK
Ketenagakerjaan
INDONESIA

Beberapa Tantangan yang Dihadapi di Bidang Ketenagakerjaan.

Indikator 2015 2025 2035 2045 Indikator 2015 2025 2035 2045
TPAK (%) 65,8 > 80 PENDIDIKAN TENAGA KERJA (%)
Laki-Laki 82,7 > 85 > 85 90 SD 44,3 2
Perempuan 48,9 > 55 > 60 72 SMP 18,0 5
TPT (%) 6,2 4-5 4-5 3-4 SMA 17,3 10
Jumlah Penganggur (juta orang) 7,6 +/- 7 +/- 7 +/- 7 SMK 9,4 27
Diploma 2,7 26
Angkatan Kerja (juta orang) 122,4 160 190 206,7
Sarjana 7,5 20
Bekerja (juta orang)
Pasca Sarjana 0,8 10
Formal 42 60 70 85%
Tenaga Kerja Sektor Pertanian (%) 32,9 11,1
Informal 58 40 30 15%

• Kualitas dan daya saing tenaga kerja rendah • Penciptaan lapangan kerja yang baik
• Penciptaan lapangan kerja tidak optimal • Keterkaitan erat antara program studi dan pelatihan dengan
• Hubungan supply – demand lemah
kebutuhan industri
• Under-employment tinggi
• Hubungan industrial kurang harmonis • Zero unskill workers
• Cakupan kepesertaan Jaminan Sosial Nasional Ketenagakerjaan • Transisi tenaga kerja dari sektor informal ke sektor formal serta
belum optimal dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian
• Payung hukum ketenagakerjaan yang mendukung hubungan
industrial yang baik

27
REPUBLIK
Reformasi Ketenagakerjaan
INDONESIA

Tahap 1: 2016 - 2025 Tahap 2: 2026 - 2035 Tahap 3: 2036 - 2045

a. Reformasi peraturan a. Melanjutkan transformasi


ketenagakerjaan menuju a. Cakupan SJSN universal
industri ke industri manufaktur
reformasi pasar kerja yang pekerja informal (bukan
b. Meningkatkan produktivitas
fleksibel penerima upah)
pertanian
b. Kebijakan transisi tenaga kerja b. Mencapai tenaga kerja formal
c. Memperkuat daya saing sektor
formal dari informal 85%
jasa ekonomi kreatif
c. Regulasi ketenagakerjaan yang
d. Memperluas transisi tenaga
lebih fleksibel 
dari informal ke formal
keseimbangan perlindungan
a. Percepatan pelaksanaan wajib pekerja dan pemberi kerja
belajar 12 tahun
a. Penguatan kelembagaan dan
b. Zero Lulusan SMP
perluasan akses pelatihan,
c. Penguatan relevansi program a. Perluasan sistem pemagangan
pendidikan, pemagangan,
pendidikan dan pelatihan b. Keterkaitan erat antara sistem
kewirausahaan berbasis
d. Perluasan pelatihan berbasis pelatihan dan kebutuhan
kompetensi
kompetensi mendukung industri
b. Memperkuat relevansi tenaga
transformasi ke arah industri c. Sertifikasi keahlian di seluruh
kerja lulusan Sarjana (> S1)
manufaktur sektor dan penerapannya di
terkait bidang inovasi dan IT
pasar kerja
28
REPUBLIK
INDONESIA

Pembangunan Sektor Prioritas


(Pembangunan Infrastruktur dan Ketahanan
Energi)

29
REPUBLIK
INDONESIA

Pembangunan Infrastruktur

30
REPUBLIK
Pembangunan Infrastruktur
INDONESIA

Peta Rencana Pembangunan Infrastruktur 2015- 2045

Legenda:

= Ruas Jalan Utama


= Ruas Kereta Api

= PKN/Kota Besar
= PKW/Kota Sedang
= Kota Pelabuhan
= Aerotropolis Pembangunan Infrastruktur ke depan diarahkan untuk:
= Waduk / PLTA Memenuhi Antisipasi
= PLTN
Meningkatkan Konektivitas
= Airport & Perintis
Fisik dan Virtual Prasarana Dasar terhadap
= Jalur Palapa Ring
Perubahan Iklim
Mendorong Pemerataan Mendukung Pembangunan
= Kawasan Pariwisata
Pembangunan antar Wilayah Perkotaan dan Perdesaan
= Taman Nasional
31
REPUBLIK
Sasaran Utama Pembangunan Infrastruktur 2045
INDONESIA

100% 8% 100 GBPS 6


Pelabuhan
Akses Biaya Logistik Konektivitas
Hub
Prasarana terhadap PDB Broadband
Internasional
Dasar
• Transportasi Perkotaan
Berbasis Rel
7000 Kwh 100% 40% 0%
• Adaptasi infrastruktur
publik terhadap
Konsumsi Share Backlog perubahan iklim
Literasi
Listrik per Transportasi Perumahan
ICT
Kapita Laut • Pemulihan kondisi DAS
• Regionalisasi Layanan Air
30% 40% 4 0% Minum
• Pengolahan air limbah
Layanan Kawasan terpusat
Peran Energi Kota
Waduk untuk Kumuh
Terbarukan Aerotropolis • Smart and Green
Irigasi Perkotaan Development
32
REPUBLIK
INDONESIA

Ketahanan Energi

33
REPUBLIK
RKP 2017 Prioritas Nasional Kedaulatan Energi
INDONESIA

PEMBANGUNAN KEDAULATAN ENERGI STAKEHOLDER TERKAIT

Kemen ESDM, Kementan, KUKM, Kemendes-PDT, BPPT, Kemen


Peningkatan
1 PUPR, Kemen BUMN, Kemenkeu, KLHK, Pemda, BMKG, LIPI,

1
Peranan Energi DEN, Pemda, Batan
Baru & Energi
Terbarukan
dalam Bauran Kemen ESDM, Kemenkeu, KKP, BPPT, Kemenperin, Kemen
Pengelolaan Energi
2 BUMN (PLN, PGN, Pertamina), BPPT, Kemenristek Dikti,

6 2
Subsidi Energi
Peningkatan Pemda, Swasta
yang Lebih
Aksesibiitas
Efisien, Trans-
Energi
paran & Tepat
Sasaran
3 Kemen ESDM (DEN), Kemenko Perekonomian, Kemenkeu,
Kemen BUMN, Kemen ATR, LIPI, Swasta, Pemda

KEDAULATAN
ENERGI
4 Kemen ESDM, Kemenkeu, BPPT, Kemen BUMN, KLHK, Pemda,
Swasta

5 Kemen ESDM, Kemen BUMN, Pemda, Swasta

5 Efisiensi &
Konservasi Energi 3 Pengem-bangan
Cadangan Energi
6 Kemen ESDM, Kemenkeu

KOORDINASI

PROGRAM
PRIORITAS
4 Penyediaan
Energi Primer
PRIORITAS
NASIONAL
• Koordinasi Perencanaan:
Kemen PPN/Bappenas
• Koordinasi Pelaksanaan:
Kemenko Kemaritiman dan Sumber Daya

34
REPUBLIK
RKP 2018 Prioritas Nasional Ketahanan Energi
INDONESIA

PRIORITAS
NASIONAL
PROGRAM
PRIORITAS

EBT dan KETAHANAN Pemenuhan


Konservasi Kebutuhan
ENERGI
Energi Energi

Penyempurnaan Feed-In Tariff, Subsidi dan Kelembagaan EBT


Pembangunan Pembangkit, Transmisi dan Distribusi Tenaga
Pengembangan Industri Penunjang EBT dan Konservasi Energi Listrik
Pengembangan PLT Hidro dan Nuklir Peningkatan Kapasitas Infrastruktur Migas
Pengembangan Bioenergi Peningkatan Cadangan Minyak dan Gas Bumi
KEGIATAN
Pengembangan PLT Panas Bumi PRIORITAS Pembentukan Cadangan Penyangga Energi
Implementasi Teknologi Bersih dan Efisien Pembentukan Cadangan Penyangga Energi
Pengembangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil (Small Grid
System)
Pemenuhan DMO Batubara dan Gas

35
REPUBLIK
INDONESIA
Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT)
Pengembangan EBT Saat Ini
PLTA/Hydro (19 Surya (560 Angin (107 Bioenergi (34
Potensi dan Peluang Pengembangan EBT GWp)
GW) GW) GW)
Kapasitas Pembangkit (MW)
Jenis Sumber EBT
Committed Target Gap
Panas Bumi 7.242 7.242 -
Tenaga Air 13.987 17.987 (4.000)
5,25 GW 0,07 GWp 3,61 MW 1,74 GW
Minihidro&Mikrohidro 1.572 3.000 (1.428)
(28%) (0,013%) (0,0034%) (5,1%)
Bioenergi 2.006 5.500 (3.494)
Surya 540 6.500 (5.960) Panas Bumi (29 Energi Laut (61
Angin 913 1.800 (887)
GW) 8,78 GW GW)

ET Lainnya 372 3.125 (2.753) (1,1%)


Total 26.631 45.153 (18.522)

Hasil proyeksi yang dilakukan POTENSI


1,44 GW 600 GW 0,28 MW
mengindikasikan masih terdapat gap (0,0005%)
(5%)
(kekurangan) kapasitas pembangkit EBT Energi Fosil
sekitar 18,52 GW dengan committed project Cadangan terbukti:
Total kapasitas terpasang
untuk memenuhi target yang ditetapkan. • Minyak Bumi
• Gas Bumi
: 3,6 miliar barel
: 100,3 TSCF pembangkit saat ini (EBT+non EBT) 53.585 MW
Dengan kata lain, peluang pengembangan Produksi:
EBT masih sangat besar. Khusus untuk tenaga • Minyak Bumi : 288 Juta barel
• Gas Bumi : 2,97 TSCF Porsi EBT dalam Bauran Energi
air kekurangan tersebut 4.000 MW. Diperkirakan akan habis:
• Minyak Bumi : 13 tahun 2016 6,9
• Gas Bumi : 34 tahun
%
36
REPUBLIK
INDONESIA
Tantangan Pengelolaan EBT

Koordinasi adalah salah Pengembangan energi Subsidi dan feed in tariff merupakan Meningkatkan kapabilitas
terbarukan merupakan hal penting yang perlu disiapkan agar dari industri manufaktur
satu tantangan dalam energi terbarukan dapat bersaing
pengembangan energi sebuah tantangan tersendiri. dengan bahan bakar fosil sebagai
nasional untuk dapat
Kontinuitas produksi, mendukung perkembangan
terbarukan: banyak pemeliharaan, pembentukan
pembangkit listrik. Pemetaan potensi
energi terbarukan juga
energi terbarukan dan kemungkinan
institusi yang terlibat operator kecil, dan sistem pengembangannya dapat merupakan sebuah
dan banyak target serta small grid adalah beberapa memecahkan perdebatan pihak tantangan yang harus
regulasi yang telah isu yang harus dijawab terkait. Dengan data yang akurat, dijawab. Subsidi pajak bagi
dihasilkan. Hal ini dengan mempersiapkan dapat ditentukan besaran subsidi dan pabrikan perlu diatur lebih
model manajemen energi tarif yang memungkinkan sebagai lanjut.
menyebabkan koordinasi biaya pengganti operasional
menjadi isu penting. terbarukan skala kecil. pembangkit listrik diesel yang
digantikan dengan energi terbarukan

37
REPUBLIK
INDONESIA
Isu dan Peluang Pemanfaatan EBT
Isu
1. Percepatan proses pengadaan
2. Masalah penyediaan lahan.
Peluang
3. Kemudahan perijinan misal izin untuk 1. Potensi EBT cukup besar dan tersebar
penggunaan kawasan hutan, dan IMB.
1 Debottlenecking 4. Fasilitasi penyediaan energi primer di seluruh Indonesia.
(terutama gas) untuk pembangkit 2. Pertumbuhan ekonomi yang relatif
listrik. membaik.
5. Koordinasi lintas sektor.
3. Tingkat pertumbuhan energi yang
1. Penetapan tarif listrik yang lebih tepat, cukup tinggi.
Kebijakan transparan, dan berkelanjutan. 4. Komitmen Pemerintah untuk
2 2. Kebijakan subsidi listrik yang lebih
Harga tepat sasaran. mengarusutamakan EBT menjadi
3. Feed-in tariff yang lebih menarik untuk sumber energi yang utama.
mendorong EBT.

1. Kebutuhan fasilitasi untuk penjaminan


pemerintah SMI, PIP, KPBU, PInA
Pendanaan dan 2. Penyertaan modal pemerintah untuk
3 menyehatkan keuangan BUMN.
Resiko
3. Pembagian resiko yang lebih setara
terutama resiko hulu di sektor energi
(misal untuk eksplorasi panas bumi).

38
REPUBLIK
INDONESIA
Rasio Elektrifikasi Indonesia

88.30% 91.20%

RE NASIONAL
(%)

91,16
2016

39
REPUBLIK
INDONESIA
Batubara dan Gas Dunia

40
REPUBLIK
Pemenuhan Kebutuhan Energi Nasional
INDONESIA

Proyeksi Konsumsi Energi Primer Kebutuhan energi primer akan meningkat dari 1.555
(juta barel oil equivalen/boe) juta BOE di tahun 2015 menjadi 2.086 juta BOE di
7.441
tahun 2019, atau meningkat 7.4% per tahun. Artinya
2014 1.473
14000.0
8000.0 pada tahun 2019, harus disediakan 5,7 juta BOE
7000.0
12000.0 setiap harinya (bandingkan dengan produksi minyak
2015 1.555 6000.0
10000.0
2.959 yang hanya 0,7 juta BOE/hari.
5000.0
8000.0
2016 1.672
4000.0
6000.0
3000.0
Dengan pertumbuhan kebutuhan energi awalnya 6-7
2017 1.796 4000.0 persen pertahun dan melambat seperti
2000.0
2018 1.928 2000.0 kecenderungan negara maju, pada tahun 2050
1000.0
- tingkat konsumsi energi diperkirakan akan mencapai
- 202 202
2019 2.086 2020
0 5 2025
205
0
207
5
208
2050
5 7.441 juta BOE atau meningkat sekitar 4 kali lipat
dari penggunaan saat ini.

Indonesia:
• Mengubah paradigma; dari pemanfaatan sumber energi dengan cara menjualnya sebagai bahan mentah, menjadi
pemanfaatan sumber energi sebagai modal pembangunan.
• Reorientasi produksi energi; dari penyediaan untuk pasar ekspor menjadi penyediaan untuk memenuhi kebutuhan
domestik.
• Mengembangkan potensi EBT untuk meningkatkan peran EBT dalam bauran energi primer. Estimasi terkini
menyebutkan bahwa potensi EBT nasional dapat mencapai hingga 400 GW (Ditjen EBTKE, Januari 2017).

41
REPUBLIK
Target Kebijakan Energi Nasional
INDONESIA

24%
31%
2050
7.550 EBT
22% 23% MBOE Minyak Bumi
Gas Bumi
2025 25%
20% Batubara
3.020
MBOE TOE = ton oil equvalent
25% BOE = barrel oil
30%
equivalent

18%
5% 2050 1 TOE = 6,84 BOE
kWh = kilo watt hour
Pembangkit: 430 GW Sumber: DEN, 2015
2013
Konsumsi Energi: 3.2 TOE/kapita
1.400
MBOE
46% 2025 Konsumsi Listrik: 7,000
31% Pembangkit: 115 GW KWh/kapita
Konsumsi Energi: 1.4 TOE/kapita
Indonesia sedang dalam proses untuk:
Konsumsi Listrik: 2,500 KWh/kapita
Rasio Elektrifikasi (2020): mendekati
a. Menyeimbangkan bauran energi dengan
2013 100% meningkatkan peran EBT dari 7% di tahun
2015 menjadi sebesar 23% di tahun 2025.
Pembangkit: 51 GW
Konsumsi Energi: 0.8 TOE/kapita
b. Mengurangi subsidi bahan bakar fosil, dan
Konsumsi Listrik: 776 KWh/kapita mengalihkan kepada subsidi langsung dan
Rasio Elektrifikasi (2014): 84.33% untuk mendanai pengembangan energi
bersih dan terbarukan.

42
REPUBLIK
Target Energi Baru dan Terbarukan
INDONESIA

TARGET BAURAN ENERGI PRIMER TARGET KAPASITAS PEMBANGKIT DARI EBT

Proses transformasi 1,64 GW


Keterangan : Target Bauran Energi
energi pada
pembangkit tenaga • Sasaran porsi energi baru dan terbarukan
listrik
13%
0% 4% (EBT) pada bauran energi nasional pada
1% 17% tahun 2025 adalah sebesar 23% atau
2015 2%1% 20% sebesar 684,82 juta SBM, dari total
52% 66.6 5%
2015 16%
kebutuhan energi primer sebesar 3.019 juta
23% 7%
MBOE 35% 8,6 GW 4% SBM (setara barel minyak).
2025 58% 14%
2025 • Porsi EBT terbesar dari bauran tersebut
37% 684,62
MBOE 45 GW adalah berasal dari bioenergi ( 37% atau
12%
setara 253 juta SBM), energi air (32% atau
32% 47% setara 218 juta SBM) dan energi panas bumi
(23% atau setara 157 juta SBM)
4% 18% 10%
9% 4%
• Dengan memperhitungkan faktor
17%
9%
2050 transformasi energi (efisiensi dan loses),
2050 untuk mencapai bauran energi tersebut,
2.352,2 27%
pada tahun 2025 diperlukan kapasitas
MBOE 21% 169 GW
27% pembangkit tenaga air (PLTA) sebesar 21,14
39%
GW atau sekitar 47% dari total kapasitas
15%
pembangkit EBT. Pada saat ini (2016)
kapasitas PLTA baru 4,8 GW.
Sumber : R. RUEN (2016)
43
REPUBLIK
INDONESIA
Gambaran Energi Global

Kebutuhan Energi Primer Laju pertumbuhan kebutuhan energi


(quadrillion BTU/British Thermal Unit) kecenderungan tidak tinggi, kecuali pada
beberapa negara yang masih berkembang.
Rata-rata negara OECD tumbuh 0.6%
29,1 pertahun.
200
180
160 7,8
140
120
100
4,8
80 3,2 Asia, Timur Tengah dan Afrika tumbuh
60 51,5 90,2 dengan rata-rata 2,2-2,6% per tahun.
40 68,2
20 143,5
00

Indonesia, India, dan negara-negara Afrika


2020 2030 2040 Pertumbuhan (%) masih besar pertumbuhan kebutuhan
energinya, karena akan terus mengejar
Sumber: IEA penyediaan energi bagi masyarakat

44
Energi Dunia dan Cadangan Terbukti Minyak Bumi
REPUBLIK
INDONESIA di Tahun 2040
Pada akhir tahun 2015
produksi minyak dunia
mencapai 93 juta barel per hari Produksi Minyak Dunia (juta Produksi Gas Dunia (triliun
dan pada tahun 2040 barel per hari) standar kaki kubik)
diperkirakan akan mencapai
60 40
110 juta barel per hari 50
30
40
30 20
20 2012
2014 10
10
Ditengah isu lingkungan 0 0 2040
produksi batubara akan 2040
meningkat sedikit dari sekitar
9 miliar ton tahun 2015
menjadi 10 miliar ton ditahun
2040.

Komparasi Cadangan Minyak (milyar barel)


Pada tahun 2040, lebih dari Sumber: Jurnal Oil &Gas, 2012
75% dari produksi gas di
Amerika dan 85% produksi di
Kanada akan bersumber dari
gas inkonvensional (shale,
tight, dan Coal Bed Methane)

Bahan bakar fosil (minyak,


gas dan batubara) masih
akan menjadi penyedia utama
energi dunia dan diperkirakan
pada tahun 2040 pangsanya
masih 78%. Namun demikian
pangsa minyak turun dari
33% tahun 2012 menjadi
30% pada tahun 2040. Indonesia Tidak Kaya Cadangan Minyak
45
REPUBLIK
INDONESIA

Pemerataan Pembangunan
(Pendapatan, UMKM dan Koperasi, serta
Infrastruktur Dasar)

46
REPUBLIK
INDONESIA

Pendapatan, UMKM dan Koperasi

47
REPUBLIK
INDONESIA
Pengentasan Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan

Sasaran:
 Penduduk di bawah garis kemiskinan 5% tahun 2025 dan zero poverty tahun 2045
 Turunnya ketimpangan pendapatan

2016 - 2025 2026 - 2035 2036 - 2045


 Pengembangan inovasi dan teknologi  Pengembangan inovasi serta sarana dan  Peningkatan inovasi pelayanan dasar
dalam pemenuhan kebutuhan dasar prasarana layak di wilayah perdesaan. untuk memastikan pencapaian zero
dan penghidupan berkelanjutan.  Peningkatan keahlian berbasis poverty.
 Peningkatan keuangan inklusif. kompetensi bagi pekerja muda di  Pengembangan jaminan sosial (skema
kelompok 40% terbawah. long term care untuk usia tua dan
 Perkuatan usaha UMKM dan Koperasi employment guarantee untuk semua
 Perbaikan sistem perpajakan dan tata
melalui akselerasi keragaman sumber masyarakat).
kelola pemerintahan daerah.
pembiayaan.
 Pencapaian target pekerja informal
 Pengembangan layanan dasar dan
menjadi hanya 20% dari total pekerja
penghidupan bagi penduduk lansia.
 UMKM yang berdaya saing tinggi
 Penumbuhan wirausaha-wirausaha
melalui pemanfaatan iptek dan inovasi
sosial secara berkelanjutan.

48
REPUBLIK
INDONESIA
Proyeksi Tingkat Kemiskinan 2017-2045
20

18
Dengan pertumbuhan ekonomi yang inklusif (merata
keseluruh daerah pendapatan), tingkat kemiskinan
pada tahun 2045 mendekati nol (0,02%). Extreme
16
poverty (0,8 GK) zero pada tahun 2045
Legend
14
AdminProvinsi
Proyeksi_2045
0.000 - 1.000
12
1.001 - 2.500
2.501 - 5.000
5.001 - 7.500
10
7.501 - 10.000
10.001 - 15.000
15.001 - 20.000
8 20.001 - 30.000

2
Sumber: Perhitungan Bappenas berdasarkan Susenas 2015

0
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043 2044 2045

Sangat Miskin (0,8 GK) Miskin Rentan Miskin (1,2 GK)


49
REPUBLIK
INDONESIA
Kerangka Pengembangan UMKM dan Koperasi

MISI RPJPN ARAH KEBIJAKAN RPJPN SASARAN


2005-2025 2005-2025

Penumbuhan Iklim Usaha


penetapan peraturan perundang-undangan
Pengembangan usaha kecil dan dan kebijakan agar Koperasi dan UMKM
memperoleh pemihakan, kepastian,
Ekonomi

menengah (UKM) yang berbasis


iptek dan berdaya saing Pertumbuhan kesempatan, perlindungan, dan dukungan
Ekonomi berusaha
Bangsa yang
berdaya saing
Koperasi:
Pengembangan Usaha
Meningkatkan posisi tawar dan
efisiensi kolektif para anggotanya pemberian fasilitas bimbingan
Pemerataan pendampingan dan bantuan perkuatan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan
Ketimpangan

pembangunan dan
berkeadilan inovasi, kemampuan dan daya saing
Pemberdayaan usaha mikro: Pengurangan
Meningkatkan pendapatan Kesenjangan
masyarakat berpendapatan
rendah

50
REPUBLIK
INDONESIA
Isu dan Tantangan Pengembangan UMKM dan koperasi
PENINGKATAN KEMAMPUAN UMKM OPTIMALISASI DUKUNGAN
UNTUK BERKEMBANG SECARA BERKELANJUTAN BAGI UMKM DAN KOPERASI
Teknologi
Kualitas SDM: Akses pembiayaan:
Diklat, kewirausahaan, KUR, kredit program
Peluang Usaha Keterampilan Rp
sektoral, dana bergulir,
pendampingan
resi gudang
Peningkatan Nilai tambah & Kelembagaan
Bahan Baku Jaringan Usaha pemasaran: usaha: koperasi,
Akses UMKM Teknologi, klaster dan
standardisasi/ kemitraan rantai
sertifikasi, pasar nilai/pasok
Pembiayaan Pasar rakyat
Kemudahan, kepastian dan perlindungan
usaha: Izin usaha, akta koperasi,
PENINGKATAN PERAN KOPERASI DALAM harmonisasi dan perbaikan peraturan
PEREKONOMIAN

Mendukung • Sinergi dukungan antar Kementerian/Lembaga


Kontribusi dalam Layanan
Pembangunan serta Dunia Usaha, LSM, dan masyarakat
Ekspor Keuangan
Infrastruktur • Jangkauan dan jangka waktu pemberian dukungan
• Sinergi dan kemitraan dengan dunia usaha
• Basis data UMKM dan Koperasi yang komprehensif
Mendukung dari sisi sektor dan wilayah
Rantai Produksi Sinergi dengan
Pembangunan
Global Badan Usaha lain
Pariwisata

51
REPUBLIK
INDONESIA
Beberapa Indikator Sosial Ekonomi 2015-2045

Profil Sosial - Kependudukan


Indikator 2015 2030 2045
Jumlah Penduduk (juta) 255,5 296,4 318,7
Laki-laki (juta) 128,4 148,5 159,1
Perempuan (juta) 127,1 147,9 159,6
Dependency Ratio (%) 48,6 46,9 50,1
Usia Harapan Hidup (tahun) 70,8 72,2 72,8
Urbanisasi (%) 49,8 63,4 69,1
Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,3 11,4

Ketenagakerjaan Ketimpangan dan Kemiskinan


Indikator 2015 2030 2045 Indikator 2015 2030 2045
Angkatan Kerja (juta) 122,4 206,7 Kelas Pendapatan Menengah (juta) 45 (19%, 2010) 165 (31%) 255 (80%)
Bekerja Formal (juta) 48,5 165,4 Tingkat Kemiskinan (%) 11,2 0,67 Hampir Nol
(0,02)
Bekerja di Sektor Pertanian (%) 31,9 11,1
Gini Ratio 0,408 0,346 0,357
Tingkat Pengangguran (%) 6,2 Natural (3 – 4)
Peranan KBI/KTI (%) 80,5/19,5 74,9/25,1
Sumber: Visi Indonesia 2045

52
REPUBLIK
INDONESIA
Kelas Pendapatan Menengah Indonesia

KELAS PENDAPATAN MENENGAH INDONESIA


 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi Tahun 2010 - 2045
dan inklusif meningkatkan kelas
pendapatan menengah di Indonesia Kelas Menengah (Juta Orang) Lainnya (Juta Orang)

313 319
 Dengan menggunakan definisi 296
consuming class oleh McKinsey, 271
76 64
terjadi peningkatan pada kelas 239
pendapatan menengah dalam 30
131
tahun ke depan.
186
 Kelas pendapatan menengah
didefinisikan sebagai penduduk 194
255
dengan pendapatan >= USD 3600 237
per tahun. 165
85
45

2010 2020 2030 2040 2045

53
REPUBLIK
INDONESIA
Strategi Pemerataan Pembangunan 2045
The last 30 years… The next 30 years…

1983 2013 2015 2045  Peningkatan kualitas sumber daya manusia;


 Perkuatan basis-basis perekonomian
82.5% 80.1% 80.5% 74.9% kawasan timur Indonesia;
17.5% 19.9% 19.5% 25.1%  Pengembangan kota-kota baru dan pusat-
pusat produksi dan perdagangan;
 Perkuatan rantai industri hulu hilir produk
unggulan berbasis sumber daya lokal;
“AFIRMATIF”
dalam melakukan alokasi  Penyediaan prasarana dan sarana
dan distribusi sumberdaya transportasi, informasi dan komunikasi;
pada daerah yang tertinggal

PEMERATAAN
PEMBANGUNAN

54
REPUBLIK
INDONESIA

Infrastruktur Dasar

55
Isu Strategis Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum
REPUBLIK
INDONESIA dan Sanitasi Perkotaan
a. Akses air minum aman secara Peningkatan akses 5 tahun terakhir
nasional (2015) baru mencapai 4,5% per tahun (air minum) dan
71,05% [AIR MINUM PERKOTAAN] [SEWERAGE SYSTEM]
2,5% pertahun (sanitasi).
Idle capacity 38.000 lt/det Idle capacity di 12 kota lebih dari
b. Akses Sanitasi secara nasional Sementara untuk mencapai 100%
(potensi pemanfaatan ± 3.800.000 60% (bisa dimanfaatkan lebih dari
(2016) baru mencapai 76,37% akses aman pada tahun 2019,
SR) 355 ribu sambungan rumah)
c. Angka BABS masih tinggi diperlukan peningkatan rata-rata
(11,08%) 7,5% per tahun

Komitmen Pemda untuk


Kebutuhan dukungan air baku pendanaan air minum <10% dari
Non Revenue Water (NRW) untuk memenuhi kebutuhan air Untuk sanitasi pendanaan APBD
total APBD, atau Rp 10 T selama 5
nasional: 33% minum sebesar 128 m3/det kurang dari 1% (<1 T), tetapi
tahun, sementara untuk mencapai
dibutuhkan sekurangnya 24 T
(target nasional rata-rata: 20%) (sampai dengan 2019 proyeksi baru 100% akses aman air minum
selama 5 tahun
akan terpenuhi 50%) dibutuhkan APBD sebesar ± Rp 120
T.

Sesuai audit BPKP 2015, PDAM


Sehat 53%, PDAM Kurang Sehat Putusan Mahkamah Konstitusi atas
Kurangnya kepedulian dan
dan Sakit 47%. uji materi UU No 7 Tahun 2004 Pencemaran sungai lebih dari 60%
pengetahuan mengenai pentingnya
tentang SDA membatasi peran berasal dari air limbah domestik
Target 100% PDAM Sehat pada pengelolaan air limbah domestik
serta swasta
2019

40
Capaian dan Sasaran Penyediaan & Pengelolaan Air Baku,
REPUBLIK
INDONESIA
Akses Air Minum dan Sanitasi
PERKEMBANGAN CAPAIAN AKSES SANITASI (%) PERKEMBANGAN CAPAIAN AKSES AIR MINUM (%)
• Peningkatan Akses Sanitasi: 2.5%/tahun (Saat ini
76.37%, (Akses layak: 67.20%; Akses dasar: 9.17%)
• Penurunan angka Buang Air Besar Sembarangan:
1.4%/tahun (Saat ini: 11,08%)
• Jumlah desa yang Stop Buang Air Besar
Sembarangan/Open Defecation Free:
• 160 Desa (2006)  8445 Desa (awal 2017)

MEMERLUKAN DUKUNGAN PENYEDIAAN AIR BAKU


• Selama periode 2015-2019, kapasitas air baku nasional
ditargetkan meningkat sebesar 67,16 m3/detik, dari 51,4
m3/detik menjadi 118,6 m3/detik
• Mengacu pada capaian 2015-2016 dan rencana 2017,
target yang tersisa untuk 2 tahun ke depan (2018-2019)
sebesar 48,56 m3/detik
Tahun 2018 ditargetkan
4,30 m3/detik

• Sasaran 2030 adalah peningkatan kualitas akses air minum dan sanitasi dari akses layak menjadi akses aman sesuai dengan target
SDGs 2030
• Sasaran 2045 adalah pemenuhan akses aman sesuai dengan pertumbuhan penduduk
57
REPUBLIK
INDONESIA
Sanitasi di Indonesia: Kini dan Mendatang
Sudah meningkat namun masih perlu banyak 2007
2016
perbaikan.. Akses Sanitasi: 58.77% Akses Sanitasi: 76.37%
Peringkat 2 di G20 (Akses layak: 67.20%; Akses dasar:
(Akses layak: 44.20%; Akses dasar: 14.57%)
9.17%)
…negara dengan akses sanitasi yang rendah Buang Air Besar Sembarangan: Buang Air Besar Sembarangan:
24.8% (57.7 Juta) 11.08% (28.8 Juta)
Peringkat 2 di Dunia
Sumber : Susenas 2007-2016 dan hasil perhitungan
..jumlah penduduk yang masih Buang Air Besar Sembarangan (setelah
India) yaitu 28,8 juta orang (11,08%)
Cakupan sewerage system di
CAKUPAN TERENDAH
kota-kota Asia Tenggara
…sistem pengelolaan air limbah terpusat (sewerage) di kota-
kota Asia Tenggara

Rencana Pembangunan Pengelolaan Air Limbah


2019 2030 2045

Universal Access
1. Akses Layak (Offsite dan onsite SDGs
system): 85% Pengelolaan air limbah aman (safely managed sanitation)
2. Akses Dasar (cubluk di
perdesaan): 15%
Kota dengan pengelolaan lumpur tinja yang berkualitas Kota dengan sistem pengelolaan air limbah
STOP Buang Air Besar Sembarangan (improved fecal sludge management) terpusat/offsite system (sewerage system)
(Open Defecation Free): 100% 16 kota (saat ini)  >60 kota/kabupaten (2020-2025) 12 kota (saat ini)  >21 kota (2020-2045)
58
REPUBLIK
INDONESIA

TERIMA KASIH

59

Вам также может понравиться