Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pemerataan Pembangunan
(Pendapatan, UMKM dan Koperasi, serta Infrastruktur Dasar)
2
REPUBLIK
INDONESIA
3
REPUBLIK
INDONESIA
Arah Pembangunan Indonesia Jangka Panjang
2045
2015-2019 2030 (100 tahun
merdeka)
4
REPUBLIK
INDONESIA
Capaian MDGs dan Unfinished Agenda
18 Belum
Tercapai 1. Tutupan Kawasan Hutan
2. Emisi CO2
3. Air Minum Perdesaan
4. Sanitasi Layak
5. Kawasan Kumuh Perkotaan
49 Tercapai
5
REPUBLIK
INDONESIA
TPB/SDGs untuk Menyempurnakan MDGs
Lebih komprehensif disusun dengan melibatkan lebih banyak negara dengan tujuan yang universal
1 untuk negara maju dan berkembang
2 Memperluas sumber pendanaan, selain bantuan negara maju juga sumber dari
swasta
Menekankan pada hak asasi manusia agar diskriminasi tidak terjadi dalam
3 penanggulangan kemiskinan dalam segala dimensinya
4 Inklusif, secara spesifik menyasar kepada mereka yang cacat dan rentan
6
REPUBLIK
INDONESIA
Tujuan TPB/SDGs di Indonesia (1)
PILAR PEMBANGUNAN SOSIAL
5 Goal, 47 Target, 77 Indikator
7
REPUBLIK
INDONESIA
Tujuan TPB/SDGs di Indonesia (2)
PILAR
PILARPEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN EKONOMI
SOSIAL
55Goal,
Goal,5447Target,
Target,7277
Indikators
Indikator
Meningkatkan Menguatkan
Menjamin akses pertumbuhan Membangun
infrastruktur yang Megurangi sarana
energi yang ekonomi yang
tangguh, kesenjangan intra pelaksanaan dan
terjangkau, andal, inklusif dan merevitalisasi
meningkatkan dan antarnegara
berkelanjutan, dan berkelanjutan, kemitraan global
modern untuk kesempatan kerja industri inklusif
dan berkelanjutan, untuk
semua yang produktif pembangunan
dan menyeluruh, serta mendorong
inovasi berkelanjutan
serta pekerjaan
yang layak untuk
semua
8
REPUBLIK
INDONESIA
Tujuan TPB/SDGs di Indonesia (3)
Menjamin
ketersediaan serta Menjadikan kota
pengelolaan air Menjamin pola
dan permukiman
bersih dan sanitasi produksi dan
inklusif, aman,
yang konsumsi yang
tangguh, dan
berkelanjutan berkelanjutan
berkelanjutan
untuk semua
9
REPUBLIK
INDONESIA
Tujuan TPB/SDGs di Indonesia (4)
PILAR PEMBANGUNAN HUKUM &
PILAR PEMBANGUNAN LINGKUNGAN TATA KELOLA
6 Goal, 56 Target, 69 Indikator 1 Goal, 12 Target, 23 Indikator
10
Strategi Pelaksanaan TPB/SDGs
REPUBLIK
INDONESIA
Prinsip TPB/SDGs
Universal Komprehensif &
berpusat pada manusia
Integration Terintegrasi
pada semua dimensi sosial, Landasan Hukum
ekonomi, dan lingkungan
Perpres No. 59 Tahun
No One Left Behind 2017 tentang
Melibatkan semua pemangku Pelaksanaan Pencapaian
kepentingan, memberikan Text Here TPB
manfaat bagi semua terutama Permen PPN/Ka
yang rentan Bappenas
Regulasi tingkat daerah
Dukungan Pelaksanaan
Kelembagaan
Pengarusutamaan
Peta Jalan, RAN, RAD Pedoman Teknis
Monev
Inovasi Data
Inovasi Pendanaan Metadata Indikator
Strategi Komunikasi Penyusunan Renaksi
Monitoring & Evaluasi
11
REPUBLIK
INDONESIA
12
REPUBLIK
Megatren Dunia
INDONESIA
Megatren
Dunia
Kemajuan Perdagangan
Teknologi
2045 Internasional
Perubahan Keuangan
Iklim Global
bergeser menjadi urutan ke-5 pada tahun 2045 dan ke-7 pada
Latin & Karibia
1,5
• Penduduk lansia meningkat dan migrasi antar negara tetap tinggi 1
0,5
Tahun 2045 Tahun 2085
0
-0,5
60
70
80
90
00
10
20
30
40
50
60
70
80
90
00
India 1674 India 1722
19
19
19
19
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
21
-1
China 1375 China 1087
15
REPUBLIK
INDONESIA
Urbanisasi
Persebaran penduduk tidak banyak berubah, sebagian besar masih tinggal di Jawa
Kota Metropolitan
Cilegon
Malang
Bengkulu
Banda Aceh
Padang
Pontianak
Tasikmalaya
2010
Masyarakat tinggal
Sorong di perkotaan
Kendari
Mataram
Banjarbaru
49,8%
Palangka Raya 1
Bogor 6
1400 1,303
Kupang
Balikpapan 1200
Jayapura
Bandar Lampung
2045
Masyarakat tinggal
1000
1,042
17
REPUBLIK
INDONESIA
Pertumbuhan Penduduk Perkotaan
90
80
82.366
79.259
70 75.765
71.892
67.664
60 63.840
59.353
50 54.186
%
48.387
40
30
51.613
45.814
20 40.647 36.160 32.336 28.108
10 24.235 20.741 17.634
0
2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
Tahun
Persentase Penduduk Perkotaan Persentase Penduduk Perdesaan
• Pertumbuhan penduduk perkotaan 2,75%/tahun, lebih tinggi dari rerata nasional (1,17%/tahun)
• Proporsi penduduk yang tinggal di kota di Indonesia terus meningkat
18
REPUBLIK
INDONESIA 140.000
120.000
100.000
Peluang
Urbanization Rate (%)
80.000 y = 0.0664x + 47.342
R² = 0.3576
kenaikan 1 % Urbanisasi di
60.000
Indonesia meningkatkan 4% GDP
(World Bank, 2014)
40.000
20.000
.000
.000 200.000 400.000 600.000 800.000 1000.000 1200.000 1400.000
GDP per Capita ($100)
19
REPUBLIK
INDONESIA
New Urban
Agenda
SDGs
20
REPUBLIK
INDONESIA
Tujuan SDGs yang terkait dengan Planologi
21
Misi Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan
REPUBLIK
INDONESIA Nasional (KSPPN) 2045
Kota Layak huni Kota Cerdas dan Berdayasaing Kota Hijau dan tangguh
2035
Indikator hijau dan
2015 berketahanan
Baseline iklim
Perkotaan
Berkelanjutan
2025 2045
RPJP baru Cerdas dan
Pemenuhan SPP berdaya saing
2030
SDGs&NUA
23
REPUBLIK
INDONESIA
24
REPUBLIK
INDONESIA
Meningkatkan ketangguhan kota untuk mengatasi perubahan iklim dan resiko bencana Goal 11.5
Melindungi dan menjaga warisan budaya dan warisan alam Goal 11.4
Pengembangan identitas lokal sesuai dengan karakteristik fisik, sosial, ekonomi dan budaya Goal 11.4
termasuk pembuatan city branding
25
REPUBLIK
INDONESIA
Penigkatan kapasitas SDM – partisipasi masyarakat, forum lintas pelaku, keterbukaan informasi Goal 16.7
publik
Peningkatan kapasitas keuangan daerah untuk pembiayaan pembangunan perkotaan Goal 10.4
26
REPUBLIK
Ketenagakerjaan
INDONESIA
Indikator 2015 2025 2035 2045 Indikator 2015 2025 2035 2045
TPAK (%) 65,8 > 80 PENDIDIKAN TENAGA KERJA (%)
Laki-Laki 82,7 > 85 > 85 90 SD 44,3 2
Perempuan 48,9 > 55 > 60 72 SMP 18,0 5
TPT (%) 6,2 4-5 4-5 3-4 SMA 17,3 10
Jumlah Penganggur (juta orang) 7,6 +/- 7 +/- 7 +/- 7 SMK 9,4 27
Diploma 2,7 26
Angkatan Kerja (juta orang) 122,4 160 190 206,7
Sarjana 7,5 20
Bekerja (juta orang)
Pasca Sarjana 0,8 10
Formal 42 60 70 85%
Tenaga Kerja Sektor Pertanian (%) 32,9 11,1
Informal 58 40 30 15%
• Kualitas dan daya saing tenaga kerja rendah • Penciptaan lapangan kerja yang baik
• Penciptaan lapangan kerja tidak optimal • Keterkaitan erat antara program studi dan pelatihan dengan
• Hubungan supply – demand lemah
kebutuhan industri
• Under-employment tinggi
• Hubungan industrial kurang harmonis • Zero unskill workers
• Cakupan kepesertaan Jaminan Sosial Nasional Ketenagakerjaan • Transisi tenaga kerja dari sektor informal ke sektor formal serta
belum optimal dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian
• Payung hukum ketenagakerjaan yang mendukung hubungan
industrial yang baik
27
REPUBLIK
Reformasi Ketenagakerjaan
INDONESIA
29
REPUBLIK
INDONESIA
Pembangunan Infrastruktur
30
REPUBLIK
Pembangunan Infrastruktur
INDONESIA
Legenda:
= PKN/Kota Besar
= PKW/Kota Sedang
= Kota Pelabuhan
= Aerotropolis Pembangunan Infrastruktur ke depan diarahkan untuk:
= Waduk / PLTA Memenuhi Antisipasi
= PLTN
Meningkatkan Konektivitas
= Airport & Perintis
Fisik dan Virtual Prasarana Dasar terhadap
= Jalur Palapa Ring
Perubahan Iklim
Mendorong Pemerataan Mendukung Pembangunan
= Kawasan Pariwisata
Pembangunan antar Wilayah Perkotaan dan Perdesaan
= Taman Nasional
31
REPUBLIK
Sasaran Utama Pembangunan Infrastruktur 2045
INDONESIA
Ketahanan Energi
33
REPUBLIK
RKP 2017 Prioritas Nasional Kedaulatan Energi
INDONESIA
1
Peranan Energi DEN, Pemda, Batan
Baru & Energi
Terbarukan
dalam Bauran Kemen ESDM, Kemenkeu, KKP, BPPT, Kemenperin, Kemen
Pengelolaan Energi
2 BUMN (PLN, PGN, Pertamina), BPPT, Kemenristek Dikti,
6 2
Subsidi Energi
Peningkatan Pemda, Swasta
yang Lebih
Aksesibiitas
Efisien, Trans-
Energi
paran & Tepat
Sasaran
3 Kemen ESDM (DEN), Kemenko Perekonomian, Kemenkeu,
Kemen BUMN, Kemen ATR, LIPI, Swasta, Pemda
KEDAULATAN
ENERGI
4 Kemen ESDM, Kemenkeu, BPPT, Kemen BUMN, KLHK, Pemda,
Swasta
5 Efisiensi &
Konservasi Energi 3 Pengem-bangan
Cadangan Energi
6 Kemen ESDM, Kemenkeu
KOORDINASI
PROGRAM
PRIORITAS
4 Penyediaan
Energi Primer
PRIORITAS
NASIONAL
• Koordinasi Perencanaan:
Kemen PPN/Bappenas
• Koordinasi Pelaksanaan:
Kemenko Kemaritiman dan Sumber Daya
34
REPUBLIK
RKP 2018 Prioritas Nasional Ketahanan Energi
INDONESIA
PRIORITAS
NASIONAL
PROGRAM
PRIORITAS
35
REPUBLIK
INDONESIA
Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT)
Pengembangan EBT Saat Ini
PLTA/Hydro (19 Surya (560 Angin (107 Bioenergi (34
Potensi dan Peluang Pengembangan EBT GWp)
GW) GW) GW)
Kapasitas Pembangkit (MW)
Jenis Sumber EBT
Committed Target Gap
Panas Bumi 7.242 7.242 -
Tenaga Air 13.987 17.987 (4.000)
5,25 GW 0,07 GWp 3,61 MW 1,74 GW
Minihidro&Mikrohidro 1.572 3.000 (1.428)
(28%) (0,013%) (0,0034%) (5,1%)
Bioenergi 2.006 5.500 (3.494)
Surya 540 6.500 (5.960) Panas Bumi (29 Energi Laut (61
Angin 913 1.800 (887)
GW) 8,78 GW GW)
Koordinasi adalah salah Pengembangan energi Subsidi dan feed in tariff merupakan Meningkatkan kapabilitas
terbarukan merupakan hal penting yang perlu disiapkan agar dari industri manufaktur
satu tantangan dalam energi terbarukan dapat bersaing
pengembangan energi sebuah tantangan tersendiri. dengan bahan bakar fosil sebagai
nasional untuk dapat
Kontinuitas produksi, mendukung perkembangan
terbarukan: banyak pemeliharaan, pembentukan
pembangkit listrik. Pemetaan potensi
energi terbarukan juga
energi terbarukan dan kemungkinan
institusi yang terlibat operator kecil, dan sistem pengembangannya dapat merupakan sebuah
dan banyak target serta small grid adalah beberapa memecahkan perdebatan pihak tantangan yang harus
regulasi yang telah isu yang harus dijawab terkait. Dengan data yang akurat, dijawab. Subsidi pajak bagi
dihasilkan. Hal ini dengan mempersiapkan dapat ditentukan besaran subsidi dan pabrikan perlu diatur lebih
model manajemen energi tarif yang memungkinkan sebagai lanjut.
menyebabkan koordinasi biaya pengganti operasional
menjadi isu penting. terbarukan skala kecil. pembangkit listrik diesel yang
digantikan dengan energi terbarukan
37
REPUBLIK
INDONESIA
Isu dan Peluang Pemanfaatan EBT
Isu
1. Percepatan proses pengadaan
2. Masalah penyediaan lahan.
Peluang
3. Kemudahan perijinan misal izin untuk 1. Potensi EBT cukup besar dan tersebar
penggunaan kawasan hutan, dan IMB.
1 Debottlenecking 4. Fasilitasi penyediaan energi primer di seluruh Indonesia.
(terutama gas) untuk pembangkit 2. Pertumbuhan ekonomi yang relatif
listrik. membaik.
5. Koordinasi lintas sektor.
3. Tingkat pertumbuhan energi yang
1. Penetapan tarif listrik yang lebih tepat, cukup tinggi.
Kebijakan transparan, dan berkelanjutan. 4. Komitmen Pemerintah untuk
2 2. Kebijakan subsidi listrik yang lebih
Harga tepat sasaran. mengarusutamakan EBT menjadi
3. Feed-in tariff yang lebih menarik untuk sumber energi yang utama.
mendorong EBT.
38
REPUBLIK
INDONESIA
Rasio Elektrifikasi Indonesia
88.30% 91.20%
RE NASIONAL
(%)
91,16
2016
39
REPUBLIK
INDONESIA
Batubara dan Gas Dunia
40
REPUBLIK
Pemenuhan Kebutuhan Energi Nasional
INDONESIA
Proyeksi Konsumsi Energi Primer Kebutuhan energi primer akan meningkat dari 1.555
(juta barel oil equivalen/boe) juta BOE di tahun 2015 menjadi 2.086 juta BOE di
7.441
tahun 2019, atau meningkat 7.4% per tahun. Artinya
2014 1.473
14000.0
8000.0 pada tahun 2019, harus disediakan 5,7 juta BOE
7000.0
12000.0 setiap harinya (bandingkan dengan produksi minyak
2015 1.555 6000.0
10000.0
2.959 yang hanya 0,7 juta BOE/hari.
5000.0
8000.0
2016 1.672
4000.0
6000.0
3000.0
Dengan pertumbuhan kebutuhan energi awalnya 6-7
2017 1.796 4000.0 persen pertahun dan melambat seperti
2000.0
2018 1.928 2000.0 kecenderungan negara maju, pada tahun 2050
1000.0
- tingkat konsumsi energi diperkirakan akan mencapai
- 202 202
2019 2.086 2020
0 5 2025
205
0
207
5
208
2050
5 7.441 juta BOE atau meningkat sekitar 4 kali lipat
dari penggunaan saat ini.
Indonesia:
• Mengubah paradigma; dari pemanfaatan sumber energi dengan cara menjualnya sebagai bahan mentah, menjadi
pemanfaatan sumber energi sebagai modal pembangunan.
• Reorientasi produksi energi; dari penyediaan untuk pasar ekspor menjadi penyediaan untuk memenuhi kebutuhan
domestik.
• Mengembangkan potensi EBT untuk meningkatkan peran EBT dalam bauran energi primer. Estimasi terkini
menyebutkan bahwa potensi EBT nasional dapat mencapai hingga 400 GW (Ditjen EBTKE, Januari 2017).
41
REPUBLIK
Target Kebijakan Energi Nasional
INDONESIA
24%
31%
2050
7.550 EBT
22% 23% MBOE Minyak Bumi
Gas Bumi
2025 25%
20% Batubara
3.020
MBOE TOE = ton oil equvalent
25% BOE = barrel oil
30%
equivalent
18%
5% 2050 1 TOE = 6,84 BOE
kWh = kilo watt hour
Pembangkit: 430 GW Sumber: DEN, 2015
2013
Konsumsi Energi: 3.2 TOE/kapita
1.400
MBOE
46% 2025 Konsumsi Listrik: 7,000
31% Pembangkit: 115 GW KWh/kapita
Konsumsi Energi: 1.4 TOE/kapita
Indonesia sedang dalam proses untuk:
Konsumsi Listrik: 2,500 KWh/kapita
Rasio Elektrifikasi (2020): mendekati
a. Menyeimbangkan bauran energi dengan
2013 100% meningkatkan peran EBT dari 7% di tahun
2015 menjadi sebesar 23% di tahun 2025.
Pembangkit: 51 GW
Konsumsi Energi: 0.8 TOE/kapita
b. Mengurangi subsidi bahan bakar fosil, dan
Konsumsi Listrik: 776 KWh/kapita mengalihkan kepada subsidi langsung dan
Rasio Elektrifikasi (2014): 84.33% untuk mendanai pengembangan energi
bersih dan terbarukan.
42
REPUBLIK
Target Energi Baru dan Terbarukan
INDONESIA
44
Energi Dunia dan Cadangan Terbukti Minyak Bumi
REPUBLIK
INDONESIA di Tahun 2040
Pada akhir tahun 2015
produksi minyak dunia
mencapai 93 juta barel per hari Produksi Minyak Dunia (juta Produksi Gas Dunia (triliun
dan pada tahun 2040 barel per hari) standar kaki kubik)
diperkirakan akan mencapai
60 40
110 juta barel per hari 50
30
40
30 20
20 2012
2014 10
10
Ditengah isu lingkungan 0 0 2040
produksi batubara akan 2040
meningkat sedikit dari sekitar
9 miliar ton tahun 2015
menjadi 10 miliar ton ditahun
2040.
Pemerataan Pembangunan
(Pendapatan, UMKM dan Koperasi, serta
Infrastruktur Dasar)
46
REPUBLIK
INDONESIA
47
REPUBLIK
INDONESIA
Pengentasan Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan
Sasaran:
Penduduk di bawah garis kemiskinan 5% tahun 2025 dan zero poverty tahun 2045
Turunnya ketimpangan pendapatan
48
REPUBLIK
INDONESIA
Proyeksi Tingkat Kemiskinan 2017-2045
20
18
Dengan pertumbuhan ekonomi yang inklusif (merata
keseluruh daerah pendapatan), tingkat kemiskinan
pada tahun 2045 mendekati nol (0,02%). Extreme
16
poverty (0,8 GK) zero pada tahun 2045
Legend
14
AdminProvinsi
Proyeksi_2045
0.000 - 1.000
12
1.001 - 2.500
2.501 - 5.000
5.001 - 7.500
10
7.501 - 10.000
10.001 - 15.000
15.001 - 20.000
8 20.001 - 30.000
2
Sumber: Perhitungan Bappenas berdasarkan Susenas 2015
0
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043 2044 2045
pembangunan dan
berkeadilan inovasi, kemampuan dan daya saing
Pemberdayaan usaha mikro: Pengurangan
Meningkatkan pendapatan Kesenjangan
masyarakat berpendapatan
rendah
50
REPUBLIK
INDONESIA
Isu dan Tantangan Pengembangan UMKM dan koperasi
PENINGKATAN KEMAMPUAN UMKM OPTIMALISASI DUKUNGAN
UNTUK BERKEMBANG SECARA BERKELANJUTAN BAGI UMKM DAN KOPERASI
Teknologi
Kualitas SDM: Akses pembiayaan:
Diklat, kewirausahaan, KUR, kredit program
Peluang Usaha Keterampilan Rp
sektoral, dana bergulir,
pendampingan
resi gudang
Peningkatan Nilai tambah & Kelembagaan
Bahan Baku Jaringan Usaha pemasaran: usaha: koperasi,
Akses UMKM Teknologi, klaster dan
standardisasi/ kemitraan rantai
sertifikasi, pasar nilai/pasok
Pembiayaan Pasar rakyat
Kemudahan, kepastian dan perlindungan
usaha: Izin usaha, akta koperasi,
PENINGKATAN PERAN KOPERASI DALAM harmonisasi dan perbaikan peraturan
PEREKONOMIAN
51
REPUBLIK
INDONESIA
Beberapa Indikator Sosial Ekonomi 2015-2045
52
REPUBLIK
INDONESIA
Kelas Pendapatan Menengah Indonesia
313 319
Dengan menggunakan definisi 296
consuming class oleh McKinsey, 271
76 64
terjadi peningkatan pada kelas 239
pendapatan menengah dalam 30
131
tahun ke depan.
186
Kelas pendapatan menengah
didefinisikan sebagai penduduk 194
255
dengan pendapatan >= USD 3600 237
per tahun. 165
85
45
53
REPUBLIK
INDONESIA
Strategi Pemerataan Pembangunan 2045
The last 30 years… The next 30 years…
PEMERATAAN
PEMBANGUNAN
54
REPUBLIK
INDONESIA
Infrastruktur Dasar
55
Isu Strategis Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum
REPUBLIK
INDONESIA dan Sanitasi Perkotaan
a. Akses air minum aman secara Peningkatan akses 5 tahun terakhir
nasional (2015) baru mencapai 4,5% per tahun (air minum) dan
71,05% [AIR MINUM PERKOTAAN] [SEWERAGE SYSTEM]
2,5% pertahun (sanitasi).
Idle capacity 38.000 lt/det Idle capacity di 12 kota lebih dari
b. Akses Sanitasi secara nasional Sementara untuk mencapai 100%
(potensi pemanfaatan ± 3.800.000 60% (bisa dimanfaatkan lebih dari
(2016) baru mencapai 76,37% akses aman pada tahun 2019,
SR) 355 ribu sambungan rumah)
c. Angka BABS masih tinggi diperlukan peningkatan rata-rata
(11,08%) 7,5% per tahun
40
Capaian dan Sasaran Penyediaan & Pengelolaan Air Baku,
REPUBLIK
INDONESIA
Akses Air Minum dan Sanitasi
PERKEMBANGAN CAPAIAN AKSES SANITASI (%) PERKEMBANGAN CAPAIAN AKSES AIR MINUM (%)
• Peningkatan Akses Sanitasi: 2.5%/tahun (Saat ini
76.37%, (Akses layak: 67.20%; Akses dasar: 9.17%)
• Penurunan angka Buang Air Besar Sembarangan:
1.4%/tahun (Saat ini: 11,08%)
• Jumlah desa yang Stop Buang Air Besar
Sembarangan/Open Defecation Free:
• 160 Desa (2006) 8445 Desa (awal 2017)
• Sasaran 2030 adalah peningkatan kualitas akses air minum dan sanitasi dari akses layak menjadi akses aman sesuai dengan target
SDGs 2030
• Sasaran 2045 adalah pemenuhan akses aman sesuai dengan pertumbuhan penduduk
57
REPUBLIK
INDONESIA
Sanitasi di Indonesia: Kini dan Mendatang
Sudah meningkat namun masih perlu banyak 2007
2016
perbaikan.. Akses Sanitasi: 58.77% Akses Sanitasi: 76.37%
Peringkat 2 di G20 (Akses layak: 67.20%; Akses dasar:
(Akses layak: 44.20%; Akses dasar: 14.57%)
9.17%)
…negara dengan akses sanitasi yang rendah Buang Air Besar Sembarangan: Buang Air Besar Sembarangan:
24.8% (57.7 Juta) 11.08% (28.8 Juta)
Peringkat 2 di Dunia
Sumber : Susenas 2007-2016 dan hasil perhitungan
..jumlah penduduk yang masih Buang Air Besar Sembarangan (setelah
India) yaitu 28,8 juta orang (11,08%)
Cakupan sewerage system di
CAKUPAN TERENDAH
kota-kota Asia Tenggara
…sistem pengelolaan air limbah terpusat (sewerage) di kota-
kota Asia Tenggara
Universal Access
1. Akses Layak (Offsite dan onsite SDGs
system): 85% Pengelolaan air limbah aman (safely managed sanitation)
2. Akses Dasar (cubluk di
perdesaan): 15%
Kota dengan pengelolaan lumpur tinja yang berkualitas Kota dengan sistem pengelolaan air limbah
STOP Buang Air Besar Sembarangan (improved fecal sludge management) terpusat/offsite system (sewerage system)
(Open Defecation Free): 100% 16 kota (saat ini) >60 kota/kabupaten (2020-2025) 12 kota (saat ini) >21 kota (2020-2045)
58
REPUBLIK
INDONESIA
TERIMA KASIH
59