Вы находитесь на странице: 1из 66

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

“BERDUKA DAN KEHILANGAN”

Ns, Ulfa Suryani, M.Kep., Sp. Kep. J


Pengertian “Kehilangan”

 Kenyataan situasi yang mungkin terjadi


dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai
terjadi perubahan, tidak ada lagi
kemungkinan ada atau pergi/hilang.
 Suatu kondisi dimana seseorang mengalami
suatu kekurangan atau tidak ada sesuatu
yang dulunya ada sekarang tidak ada lagi
(Wilkinson, 2005)
RENTANG RESPON EMOSI
Adaptif
 Menangis, menjerit, menyangkal, menyalahkan diri
sendiri, menawar, bertanya-tanya.
 Membuat rencana untuk yang akan datang.
 Berani terbuka tentang kehilangan.

Maladaptif
 Diam/tidak menangis
 Menyalahkan diri berkepanjangan.
 Rendah diri.
 Mengasingkan diri.
 Tak berminat hidup.
Jenis-jenis Kehilangan
1. Kehilangan nyata (actual loss): dapat
diidentifikasi oleh orang lain. Mis: kematian org
yg dicintai.
2. Kehilangan yang dipersepsikan: tdk dapt
diverifikasi oleh org lain. Kehilangan psikologis.
Mis: wanita mengundurkan diri dr pekerjaan krn
akan merawat anak.
3. Kehilangan antisipasi: rasa kehilangan sblm
terjadi kehilangan.
Sumber-sumber Kehilangan

1. Kehilangan aspek diri: bagian tubuh, fungsi


fisiologis, keadaan psikologis.
2. Kehilangan obyek eksternal: kehilangan obyek
tak bergerak, mis: uang, atau obyek bergerak,
mis: piaraan.
3. Kehilangan lingkungan yg biasa. Mis: pindah
rumah.
4. Kehilangan kasih sayang dan org yang bernilai.
Mis: karena kematian.
Kehilangan yang Potensial pada
Penyakit Kronis
 Kepemilikan
 Kesehatan  Keamanan keuangan
 Kemandirian  Makna produktivitas dan
 Rasa mengontrol kehidupannya pemenuhan diri
sendiri  Gaya hidup
 Privasi  Rencana atau impian di masa
 Kesopanan depan
 Gambar diri  Impian untuk kekal
 Hubungan  Uang
 Peran di dalam dan luar rumah  Rutinitas sehari-hari
yang telah ada  Tidur
 Status sosial  Fungsi seksual
 Kepercayaan diri  Aktivitas di waktu luang
Kehilangan sbg Krisis
Kehilangan merupakan keadaan krisis
Krisis situasional: PHK, kematian,
kehilangan fungsi akibat sakit akut.
Krisis perkembangan: anak pergi
sekolah ke kota lain, pensiun, kematian
pasangan.
Pola mengatasi tergantung : tahap
perkembangan, sumber pribadi, sistem
dukungan sosial.
FASE KEHILANGAN
1. Fase akut : selama 4 - 8 minggu setelah kematian
a. Syok dan tidak percaya untuk menoleransi
ketidakmampuan menghadapi kepedihan dan
secara perlahan untuk menerima kenyataan
kematian.
b. Perkembangan kesadaran : muncul adalah
kemarahan dengan menyalahkan orang lain,
perasaan bersalah.
c. Restitusi : proses yang formal dan ritual bersama
teman dan keluarga membantu menurunkan sisa
perasaan tidak menerima kenyataan kehilangan.
2. Fase jangka panjang: satu - dua tahun atau lebih
Reaksi berduka yang tidak terselesaikan menjadi
keinginan bunuh diri, menolak makan dan
menggunakan alkohol.

a. Fase awal : reaksi syok, tidak yakin, tidak percaya,


perasaan dingin, perasaan kebal, dan bingung
beberapa hari, kemudian perasaan berduka
berlebihan, merasakan konflik dan
mengekspresikannya dengan menangis dan
ketakutan.
b. Fase pertengahan: dimulai pada minggu ketiga dan
ditandai dengan adanya perilaku obsesif.
c. Fase pemulihan : dialami setelah tahun pertama
kehilangan mulai berpartisipasi kembali dalam
kegiatan sosial.
Respon Kehilangan
• Berduka (grieving): respon total pengalaman
emosi sehubungan dengan kehilangan.
• Kehilangan (breavement): respon subyektif
yg dialami oleh org yg ditinggal meninggal
org yg dikasihi.
• Berkabung (mourning): proses perilaku saat
kehilangan. Tgt budaya, agama, dan
kebiasaan.
BERDUKA DISFUNGSIONAL

Suatu respon intelektual dan emosional


serta perilaku oleh seseorang yang
merupakan proses modifikasi dari
konsep diri yang didasari potensial
kehilangan (NANDA, 2005)
Tanda dan gejala berduka
disfungsional
 Marah
 Menolak potensial kehilangan
 Menolak kehilangan yang signifikan
 Mengekspresikan distress dari potensial kehilangan
 Rasa bersalah
 Perubahan kebiasaan makan, pola tidur dan pola mimpi
 Perubahan tingkat aktifitas
 Perubahan pola komunikasi
 Perubahan libido
 Tawar menawar
 Kesulitan mengatakan yang baru atau peran yang berbeda
 Potensial kehilangan objek yang signifikan
 Berduka cita
Faktor-faktor yg mempengaruhi
Proses Berduka

 Makna dari kehilangan, dipengaruhi:


usia, nilai barang, tkt perubahan akibat
kehilangan, keyakinan dan nilai pribadi.
 Kebudayaan
 Keyakinan spiritual
 Peran jenis kelamin
 Status sosial ekonomi
Tahapan Berduka (Kubler-Ross)

1. Denial: mengingkari
2. Anger: marah
3. Bargainning: tawar-menawar
4. Depression: berduka
5. Acceptance: menerima
Berduka
• Berduka singkat: singkat tetapi perasaan
yang asli.
• Berduka antisipasi: berduka sbl kehilangan
betul terjadi.
• Berduka patologis (disfungsional): tdk selesai
atau terhambat.
• Berduka tdk selesai: memanjang dan berat.
Kesadaran Berduka

• Close awareness: klien dan keluarga tdk


menyadari kehilangan.

• Mutual pretense: klien, klg, petugas kes


mengetahui prognosis adalah terminal
tetapi tdk mengungkapkan dan
berusaha utk tdk mengangkat topik tsb.

• Open awareness: menyadari kehilangan


merasa nyaman membicarakan hal tsb.
Pengkajian

• Kesadaran terhadap kehilangan.


• Gejala-gejala berduka.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
kehilangan.
Pengkajian
Faktor Predisposisi
1. Genetik
Indvidu yg dibesarkan dlm kelg yg
mempunyai riwayat depresi sulit
mengembangkan sikap optimis dlm
menghadapi masalah.

2. Kesehatan Jasmani
Individu yg keadaan fisik sehat, pola hidup
teratur cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stress lebih tinggi
dari yg mengalami gg fisik
Pengkajian……
3. Keadaan mental
Individu yg mengalami gg jiwa terutama
ada riwayat depresi yg ditandai perasaan
tidak berdaya, pesimis, telah dibayangi
perasaan yg suram biasa sangat peka dlm
menghadapi situasi kehilangan

4. Pengalaman kehilangan dimasa lalu


Individu yg trauma mengalami kehilangan
masa lalu, sulit mencapai fase penerimaan.
Pengkajian……..

Faktor Presipitasi:
Berupa : stress nyata, imajinasi individu spt:
kehilangan kes, kehilangan fungsi seksual,
kehilangan harga diri, kehilangan
pekerjaaan, kehilangan peran, kehilangan
posisi di masyarakat
Perilaku:
Individu yg mengalami kehilangan
cenderung menggunakan mekanisme
koping : denail, regresi, disosiasi, supresi,
proyeksi
Gejala-gejala Berduka
 Berulangnya distress fisik.
 Rasa berat di dada.
 Rasa tercekik dan nafas pendek.
 Mulut dan tenggorokan kering.
 Menghela nafas panjang
 Perasaan kosong di abdomen
 Kehilangan kontrol otot
 Gemetar tanpa kontrol
 Hilangnya nafsu makan
 Gangguan tidur
 Menyatakan duka yang mendalam
Diagnosa keperawatan

 Berduka / kehilangan aktual atau dipersepsikan.


 Berduka antisipasi
 Berduka disfungsional
 Kerusakan penyesuaian
 Isolasi sosial
 Perubahan proses keluarga
INTERVENSI
1. Tujuan umum: klien dapat mengatasi rasa
berduka yang dialaminya
2. Tujuan khusus:
a. Klien mampu mengenal kehilangan yang
dialaminya
b. Klien mampu mengatasi rasa kehilangan
atau berduka yang dialami
Intervensi Keperawatan
a. Kaji pengalaman masa lalu kilen terhadap kehilangan,
keberadaa sistem pendukung dan kegiatan berduka
yang biasa dilakukan
b. Jelaskan karakteristik normal dan abnormal dari
berduka
c. Diskusikan perbedaan pola individu terhadap berduka
d. Dukung klien untuk memverbalisasikan ketakutan dan
berkonsentrasi pada potensial kehilangan termasuk
konflik dalam keluarga
e. Bantu klien utk sharing rasa takut, rencana dan
harapan terhadap anggota keluarga yang ada
f. Bantu klien mengklarifikasi konsep yag salah tentang
kematian/ kehilangan
Intervensi Keperawatan Grief Work
Fascilitation
a. Identifikasi tentang kehilangan klien
b. Jelaskan tentang tahapan proses berduka dan beri
dukungan
c. Dukung klien utk mengidentifikasi kehilangan
d. Dukung klien utk mengeskpresikan perasaan terhadap
kehilangan
e. Beri dukungan utk mengidentifikasi ketakutan yg besar yg
menyertai kehilangan
f. Beri dukungan utk mengimplementasikan budaya, religius
dan sosial dari kehilangan
g. Gunakan kata yang jelas seperti kematian atau meninggal
h. Utk klien anak: beri dukungan utk mengekspresikan rasa
nyaman seperti menulis, menggambar atau bermain
Intervensi Keperawatan Anticipatory
Guidance
a. Latih teknik koping utk perkembangan atau situasi
krisis dengan klien
b. Lengkapi dengan informasi realistis yang
berhubungan dengan perilaku klien
c. Beri buku dan literatur utk dibaca klien sebagai
dukungan
d. Lengkapi dengan nomor telepon yang bisa
dihubungi utk memberi dukungan
e. Buat jadwal follow-up utk mengevaluasi
keberhasilan atau kebutuhan rejnforcement
f. Kolaburasi utk rujukan dan identifikasi sumber daya
pendukung di komunitas
Kriteria Evaluasi
Klien akan:
 Mendiskusikan perasaan dan pikiran s.d. kehilangan.
 Menguraikan makna pribadi kehilangan atau kematian.
 Mengekspreikan berduka.
 Identifikasi fase-fase proses berduka.
 Membagi pikiran dan perasaan dg org yang berarti.
 Mempertahankan hubungan yg konstruktif
 Membina hubungan yg baru.
 Memilih dan menggunakan sumber yg sesuai.
 Mengungkapkan penurunan rasa duka s.d. gejala fisik
dan psikologis
 Mengungkapkan kegiatan rutin normal.
Rencana Tindakan
1. Tahapan Mengingkari (Denial)
Memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya:
a. Secara verbal mendukung pasien tetapi tidak
mendukung denialnya
b. Tidak membantah denial pasien, tetapi menyampaikan
fakta-fakta
c. Duduk disamping pasien
d. Teknik komunikasi diam dan sentuhan
e. Perhatikan kebutuhan dasar pasien
Tahapan….
2. Marah (Anger)
Mendorong dan memberi waktu pada pasein untuk
mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan
dengan kemarahan:
a. Bantu pasien/ keluarga untuk mengerti bahwa marah
adalah suatu respon yang normal untuk merasakan
kehilangan dan ketidak berdayaan.
b. Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
c. Hindari menarik diri dan dendam karena pasien/
keluarga bukan sedang marah pada perawat
d. Tangani kebutuhannya pada segala reaksi kemarahan
Tahapan…..
3. Tawar-menawar (Bergaining)
Membantu pasien mengidentifikasi rasa
bersalah dan perasaan takutnya:
a. Dengarkan Dengan Penuh Perhatian
b. Ajak Pasien Bicara Untuk Mengurangi Rasa
Bersalah Dan Ketakutan Yang Tidak Rasional
c. Berikan dukungan spiritual
Tahapan…..
4. Depresi
a. Mengidentifikasi tingkat depresi dan membantu
mengurangi rasa bersalah
b. Memberikan kesempatan pasien untuk
mengkspresikan kesedihannya
c. Memberi dukungan non verbal dengan cara duduk
disamping pasien dan memegang tangan pasien
d. Hargai perasaan pasien
e. Bersama pasien membahas pikiran negative yang
sering muncul
f. Latih mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki
Tahapan…..
5. Penerimaan (Acceptance)
Tindakan Keperawatan:
a. Membantu pasien mengidentifikasi rencana
kegiatan yang akan dilakukan
b. Bantu keluarga dan pasien untuk bisa mengerti
penyebab kematian
c. jika keluarga mengikuti proses penguburan
maka dapat dilakukan : Ziarah (menerima
kematian) dan melihatt photo-photo proses
pemakaman
d. mengurus surat-surat yang diperlukan utk
pensiun dan menutup rekening (buku bank)
Evaluasi

• Sulit krn transisi kehidupan membutuhkan


waktu yang panjang.
• Kriteria evaluasi berdasarkan pd tujuan.
• Perlu follow up visit utk mengevaluasi.
KONSEP STRES ADAPTASI DAN
MANAJEMEN STRES
Ns. Ulfa Suryani, M.Kep. Sp.Kep.J
TEORI STRES & ADAPTASI

Modernisasi & kemajuan teknologi


membawa perubahan dlm cara berpikir
& pola hidup masyarakat.

konsekuensinya :
- perubahan kesehatan fisik
- perubahan kesehatan jiwa
Stres timbul akibat :
- Perubahan nilai budaya
- Perubahan sistem kemasyarakatan
- Pekerjaan
- Ketegangan antara idealisme & realita

Adaptasi adl suatu bentuk respon yg sehat thd stres. Roy


(1976), respon adaptif sbg suatu tingkah laku yg memelihara
integritas individu. Ketika tingkah laku mengganggu
integritas individu, hal ini dianggap MALADAPTIF.
PENGERTIAN STRES

DARI ADAPTASI
LUAR
REAKSI
JASMANI
INDIVIDU KEJIWAAN
TEKANAN
PERILAKU

DARI
DALAM
MENGATASI
STRES
 Segala situasi dimana tuntutan non specific
mengharuskan seorang individu untuk
berespon atau melakukan tindakan (Selye,
1976).
 Stress psikologis: hubungan khusus antara
seseorang dengan lingkungannya yang
dihargai oleh orang lain tersebut sebagai
pajak terhadap sumber dayanya dan
membahayakan kemapanannya (Lazarus
dan Folkman,1994) .
 Sebagai faktor predisposisi atau pencetus
yang meningkatkan kepekaaan individu
terhadap penyakit (Rahe, 1975).
KONSEP TENTANG STRES :
1. STRES SBG RESPON BIOLOGIS
Hans Seyle (1936) merumuskan stres sbg General
Adaptation Syndrome (GAS) atau sindrom penyesuaian
umum.
Apabila faktor penyebab stres tdk dpt diatasi & terlalu
besar maka GAS mulai bekerja utk melindungi individu
agar bertahan hidup. GAS mrpk reaksi fisiologis akibat
rangsangan fisik & psikososial. Bila individu terancam
oleh stres, isyaratnya akan dikirim ke otak & otak
mengirim informasi ke hipotalamus shg sistem saraf
otonom & endokrin terstimulasi. Akibatnya terjadi
perubahan fisiologis berupa gejala sistem saraf otonom &
sistem endokrin.
Tahap reaksi waspada

Individu mengadakan reaksi pertahanan


terekspos thd stresor. Tanda fisik yg
muncul adl curah jantung meningkat,
peredaran darah cepat, darah di perifer
& gastrointestinal mengalir ke kepala &
ekstremitas.
 Tahap melawan
Individu mencoba berbagai mekanisme
penanggulangan psikologis & pemecahan
masalah serta mengatur strategi utk mengatasi
stresor. Tubuh berusaha menyeimbangkan
proses fisiologis yg terpengaruh selama tahap
waspada utk sedapat mgkn menjadi normal
kembali & pada waktu yg sama pula tubuh
mencoba mengatasi faktor penyebab stres.
Tahap kelelahan
Jika terjadi perpanjangan tahap awal stres
yg tubuh individu telah terbiasa, Akan
timbul gejala penyesuaian diri thd
lingkungan, spt sakit kepala, gangguan
mental, penyakit arteri koroner, dll.
Bila tubuh terekspos stresor yg sama dlm
waktu yg sangat lama scr terus menerus,
maka tubuh yg semula telah biasa
menyesuaikan diri akan kehabisan energi
utk beradaptasi.
2. STRES SEBAGAI SUATU PERISTIWA LINGKUNGAN

 Pada konsep ini stres mrpk sesuatu atau peristiwa yg


memicu respon fisiologis & psikologis yg adaptif pada
individu.
 Peristiwa ini adl salah satu yg menimbulkan perubahan
dlm pola hidup individu yg memerlukan penyesuaian
gaya hidup, & menguras kemampuan seseorang.
Perubahan tsb bisa berakibat positif atau negatif.

 Holmes & Rahe (1967) mengembangkan suatu metode


dlm melihat hubungan antara perubahan hidup dgn
penyakit, yg disebut Social Readjustment Rating. Angka
tertinggi pada skala ini menunjukkan semakin
rentannya individu thd penyakit fisik atau psikologis.
3. STRES SEBAGAI TRANSAKSI ANTARA INDIVIDU &
LINGKUNGAN

 Dalam hal ini defenisi stres menekankan pada hubungan antara


individu & lingkungan. Stres sbg stresor & strain dgn
menambahkan dimensi hubungan antara individu & lingkungan.

 Interaksi antara manusia dgn lingkungan yg saling mempengaruhi


disebut sbg HUBUNGAN TRANSAKSIONAL.

 Individu akan memberikan reaksi stres yg berbeda pada stresor yg


sama, mis : individu yg terjebak macet, shg terlambat.
- ada yg akan melihat jam terus menerus
- ada yg tetap santai mendengarkan musik
PERISTIWA PENCETUS STRES
Peristiwa yg mencetuskan stres yaitu timbulnya suatu
rangsangan dari lingkungan eksternal & internal yg
dirasakan oleh individu melalui sikap tertentu.
Hal yg menentukan apakah suatu hubungan dgn
seseorang atau lingkungan menyebabkan stres bergantung
pada penilaian kognitif (cognitive appraisal) individu ttg
situasi.

Penilaian kognitif adl suatu evaluasi individu thd


kepentingan pribadinya pada peristiwa atau kejadian.
Suatu peristiwa menimbulkan respon pada individu,
respon tsb dipengaruhi oleh persepsi individu thd
peristiwa tsb.
Penilaian kognitif terdiri atas :
a. Penilaian primer
ada 3 bentuk penilaian primer/utama : tidak relevan
(menyimpang), penerimaan scr positif, & menilai sbg hal yg
menimbulkan stres.

 Tidak relevan : hasilnya tdk memberi arti bagi individu


 Penerimaan scr positif : salah satu dirasa sbg penyebab
kesenangan pada individu
 Penilaian stres : kerugian/kehilangan, ancaman &
tantangan
b. Penilaian sekunder
adl penilaian thd keahlian, sumber penghasilan & ilmu
pengetahuan yg dimiliki utk menghadapi situasi tertentu

Interaksi antara penilaian primer ttg peristiwa yg terjadi


& penilaian sekunder ttg strategi pertahanan diri yg
tersedia menentukan kualitas individu dlm merespon
penyesuaian thd stres.
FAKTOR PREDISPOSISI STRES
Faktor predisposisi sgt berperan dlm menentukan apakah
suatu respon adaptif atau maladaptif.

Jenis faktor predisposisi :


1. GENETIK
Keadaan kehidupan seseorang yg diperoleh dari
keturunan
2. PENGALAMAN MASA LALU
kejadian yg menghasilkan pola pembelajaran yg dpt
mempengaruhi respon penyesuaian individu, termasuk
pengalaman sebelumnya thd tekanan stres, mempelajari
respon stres, & tingkat penyesuaian stres sebelumnya.
3. KONDISI SAAT INI
meliputi faktor kerentanan yg mempengaruhi kesiapan
fisik, psikologi & sumber-sumber sosial individu utk
menghadapi tuntutan penyesuaian diri.
contoh : kondisi kesehatan, keuangan, perkembangan
kedewasaan, dll.
STRESOR
Stimuli yang mengawali atau
mencetuskan perubahan.
Menunjukkan suatu kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan kebutuhan
tersebut bisa kebutuhan fisiologis,
psikologis, sosial, lingkungan ,
perkembangan dan kebutuhan
cultural.
MACAM-MACAM STRESOR
1. Stressor internal : berasal dari dalam diri
seseorang (mis : demam, kondisi seperti
kehamilan atau menopause, atau suatu
keadaan emosi seperti rasa bersalah).
2. Stressor eksternal : berasal dari luar diri
seseorang (mis : perubahan bermakna
dalam suhu lingkungan, perubahan dalam
peran keluarga atau sosial, tekanan dari
pasangan).
ISTILAH
Homeostasis adalah keadaan relatif konstan
di dalam lingkungan internal tubuh,
dipertahankan secara alami oleh mekanisme
adaptasi fisiologis.
Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah
kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keadaan relatif seimbang.
Kemampuan adaptif adalah bentuk
dinamik dari ekuilibrium lingkungan internal
tubuh.
 Homeostasis menekankan pada
perlunya penyesuaian yang harus
segera dilakukan tubuh untuk
menjaga komposisi internal selalu
dalam batas yang bisa diterima
 Adaptasi lebih menekankan pada
penyesuaian yang berkembang sesuai
berjalannya waktu.
MODEL-MODEL STRES

1. PSIKOSOMATIK STRES
2. ADAPTASI MODEL (HOLISTIK)
3. LINGKUNGAN SOSIAL MODEL
4. PROSES MODEL
DAMPAK STRES

DAMPAK
FISIK

BERKEPANJANGAN
DAMPAK
PERILAKU STRES
ENERGI
PENGGERAK
DAMPAK
PSIKOLOGIS
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RESPON TERHADAP STRESSOR

1. INTENSITAS
2. SIFAT
3. DURASI
4. JUMLAH
5. PENGALAMAN
6. TINGKAT PERKEMBANGAN
KONSEP ADAPTASI

Adaptasi adalah proses dimana


dimensi fisiologis dan psikososial
berubah dalam berespon
terhadap stress.
MODEL ADAPTASI
1. ADAPTASI FISIOLOGIS
 Indikator objektif, lebih mudah
diidentifikasi dan dapat diukur.
 Indikator tidak selalu teramati sepanjang
waktu pada semua klien yang mengalami
stress
 Indikator bervariasi menurut individunya.
2. ADAPTASI PSIKOLOGIS
karakteristik kepribadian : media stress

 rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan,


 komitmen terhadap aktivitas yang berhasil
 antisipasi dari tantangan sebagai suatu
kesempatan untuk pertumbuhan
Indikator emosional / psikologi dan
perilaku stress :
• Ansietas
• Depresi
• Kepenatan
• Peningkatan penggunaan bahan kimia
• Perubahan kebiasaan makan, tidur, dan pola
aktivitas.
• Kelelahan mental
• Perasaan tidak adekuat
• Kehilangan harga diri
• Peningkatan kepekaan
Indikator emosional / psikologi dan
perilaku stress :
• Kehilangan motivasi.
• Ledakan emosional dan menangis.
• Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
• Kecendrungan untuk membuat kesalahan (buruknya
penilaian).
• Mudah lupa dan pikiran buntu
• Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
• Preokupasi (mimpi siang hari )
• Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
• Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
• Letargi
• Kehilangan minat
• Rentan terhadap kecelakaan.
3. ADAPTASI PERKEMBANGAN

4. ADAPTASI SOSIAL BUDAYA

5. ADAPATASI SPIRITUAL
RESPON PATOFISIOLOGI
TERHADAP STRESS

1. KOMPONEN FISIOLOGIS
a. LAS: respons refleks nyeri dan respons
inflamasi
b. GAS : reaksi peringatan , tahap resisten dan
tahap kehabisan tenaga.
2. KOMPONEN PSIKOLOGIS
a. TASK ORIENTED BEHAVIOR
Perilaku berorientasi tugas mencakup
penggunaan kemampuan kognitif untuk
mengurangi stress, memecahkan
masalah, menyelesaikan konflik dan
memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen,
1998).
Secara realistic menghadapi tuntutan
stressor : Perilaku menyerang , menarik
diri, dan kompromi
b. EGO DEPENDEN MECANISM
Mekanisme pertahanan ego (Sigmund
Freud) adalah perilaku tidak sadar yang
memberikan perlindungan psikologis
terhadap peristiwa yang menegangkan.
Membantu melindungi terhadap perasaan
tidak berdaya dan ansietas.
Kompensasi, konversi, denial, subtitusi,
identifikasi, regresi, rasionalisasi, sublimasi,
supresi, represi, introjeksi, reaksi formasi,
proyeksi, fantasi

Вам также может понравиться