Вы находитесь на странице: 1из 20

Syamsul Amar Hidayat

z
Infertilitas
z
Pengertian

 Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung sampai melahirkan bayi


hidup setelah satu tahun melakukan hubungan seksual yang teratur dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi apapun atau setelah memutuskan untuk
mempunyai anak.
 Menurut WHO:
 Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita yang telah berkeluarga
meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi
untuk selang waktu paling kurang 12 bulan.
 Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan setelah berusaha dalam waktu
1 tahun atau lebih pada seorang wanita yang telah berkeluarga dengan hubungan
seksual secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah
hamil.
z
Faktor yang Mempengaruhi
Infertilitas

 Umur
 Lama infertilitas
 Stres
 Lingkungan
 Hubungan seksual
 Kondisi reproduksi pria/wanita
z

 Menurut penelitian yang disampaikan oleh WHO, pasien yang


diteliti dari 33 pusat kesehatan di 25 negara termasuk
didalamnya timur dan barat Eropah, Canada, Australia,
Scandinavia, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Mediterania
diperoleh kesimpulan bahwa penyebab infertilitas adalah
gangguan fungsi ovarium 33 %, oklusi tuba dan perlengketan
tuba 36 %, endometriosis 6 % dan 40 % tidak diketahui
penyebabnya.
z
Faktor kondisi reproduksi wanita

 Gangguan Ovulasi
 Gangguan ovulasi jumlahnya sekitar 30-40% dari seluruh kasus
infertilitas wanita.
 Terjadinya anovulasi dapat disebabkan tidak ada atau sedikitnya
produksi gonadotropin releasing hormon (GnRH) oleh hipotalamus ( 40
% kasus), sekresi hormon prolaktin oleh tumor hipopise (20 % kasus),
PCOS ( 30 % kasus), kegagalan ovarium dini (10%).

 Kelainan Anatomis
 Kelainan anatomis yang sering ditemukan berhubungan dengan
infertilitas adalah abnormalitas tuba fallopii dan peritoneum, faktor
serviks, serta faktor uterus.
z

 Endometriosis
 Endometriosis klasik tampak sebagai pigmen hitam-kebiruan
seperti lesi( “powder-burn”) pada permukaan kandung kemih,
ovarium, tuba falopi, kantong rekto-uterina, dan usus besar.
Endometriosis non klasik tampak seperti lesi dan vesikel merah,
coklat atau putih. Endometriosis berat dengan kerusakan tuba
falopi dan ovarium menyebabkan adhesi atau munculnya
endometrioma, merupakan penyebab infertilitas.
z
Kerangka Konsep Faktor Infertilitas
z
Pemeriksaan
 National Institute for Health and Clinical Excellence in the UK and the
American Society of Reproductive Medicine merekomendasikan
pemeriksaan yang penting sebagai berikut : analisis semen, penilaian
ovulasi dan evaluasi patensi tuba dengan histerosalpingografi atau
laparoskopi.
 Untuk memeriksa ovulasi yang perlu diperhatikan:
 Riwayat menstruasi
 Progesteron serum
 Ultrasonografi transvaginal
 Temperatur basal
 LH urin
 Biopsi Endometrium
z

 Untuk penilaian uterus bisa menggunakan metode berikut:

 Penilaian lendir serviks pasca senggama


 Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan infertilitas
dibawah 3 tahun.
 Penilaian lendir serviks pasca senggama untuk menyelidiki masalah
fertilitas tidak dianjurkan karena tidak dapat meramalkan terjadinya
kehamilan.
z

 Untuk pemeriksaan tuba bisa menggunakan metode berikut


z

 Histeroskopi
 Peran histeroskopi dalam pemeriksaan infertilitas adalah untuk
mendeteksi kelaianan kavum uteri yang dapat mengganggu proses
implantasi dan kehamilan serta untuk mengevaluasi manfaat
modalitas terapi dalam memperbaiki endometrium.

 Histeroskopi memiliki keunggulan dalam mendiagnosis kelainan


intra uterin yang sangat kecil dibandingkan pemeriksaan HSG dan
USG transvaginal. Banyak studi membuktikan bahwa uterus dan
endometrium perlu dinilai sejak awal pada pasien infertilitas atau
pasien yang akan menjalani FIV.
z

 Laparoskopi
 Tindakan laparoskopi diagnostik dapat dilakukan pada pasien
infertilitas idiopatik yang dicurigai mengalami patologi pelvis yang
menghambat kehamilan. Tindakan ini dilakukan untuk
mengevaluasi rongga abdomino-pelvis sekaligus memutuskan
langkah penanganan selanjutnya.

 Mengacu pada American Society of Reproductive Medicine


(ASRM), laparoskopi diagnostik hanya dilakukan bila dijumpai bukti
atau kecurigaan kuat adanya endometriosis pelvis, perlengketan
genitalia interna atau oklusi tuba.
z
Tatalaksana

 Tatalaksana pada infertilitas tergantung dari penyebabnya:


 Tatalaksana gangguan ovulasi

 Tatalaksana gangguan tuba

 Tatalaksana endometriosis

 Tatalaksana infertilitas idiopatik

 Tatalaksana gangguan sperma


z
Tatalaksana pada gangguan ovulasi
 WHO kelas 1
 Pada perempuan yang memiliki IMT < 19, tindakan peningkatan berat badan
menjadi normal akan membantu mengembalikan ovulasi dan kesuburan.
Pengobatan yang disarankan untuk kelainan anovulasi pada kelompok ini
adalah kombinasi rekombinan FSH (rFSH)- rekombinan LH (rLH), hMG atau
hCG.
 WHO kelas 2
 Perempuan dengan gangguan ovulasi WHO kelas II dianjurkan untuk
mengkonsumsi klomifen sitrat sebagai penanganan awal selama maksimal 6
bulan. Efek samping klomifen sitrat diantaranya adalah sindrom
hiperstilmulasi, rasa tidak nyaman di perut, serta kehamilan ganda. Pada
pasien SOPK dengan IMT > 25, kasus resisten klomifen sitrat dapat
dikombinasi dengan metformin karena diketahui dapat meningkatkan laju
ovulasi dan kehamilan.
z

 WHO kelas 3
 Pada pasien yang mengalami gangguan ovulasi karena kegagalan
fungsi ovarium (WHO kelas III) sampai saat ini tidak ditemukan
bukti yang cukup kuat terhadap pilihan tindakan yang dapat
dilakukan. Konseling yang baik perlu dilakukan pada pasangan
yang menderita gangguan ovulasi WHO kelas III sampai
kemungkinan tindakan adopsi anak.
 WHO kelas 4
 Pemberian agonis dopamin (bromokriptin atau kabergolin) dapat
membuat pasien hiperprolaktinemia menjadi normoprolaktinemia
sehingga gangguan ovulasi dapat teratasi.
z

 Tatalaksana gangguan tuba


 Tindakan bedah mikro atau laparoskopi pada kasus infertilitas tuba
derajat ringan dapat dipertimbangkan sebagai pilihan penanganan.

 Tatalaksanan endometriosis
 Meskipun terapi medisinalis endometriosis terbukti dapat
mengurangi rasa nyeri namun belum ada data yang menyebutkan
bahwa pengobatan dapat meningkatkan fertilitas. Beberapa
penelitian acak melaporkan bahwa penggunaan progestin dan
agonis GnRH tidak dapat meningkatkan fertilitas pasien
endometriosis derajat ringan sampai sedang.
z
Tatalaksana infertilitas idiopatik

 Klomifen Sitrat
 Klomifen sitrat dapat mengatasi kasus infertilitas idiopatik dengan
cara memperbaiki disfungsi ovulasi ringan dan merangsang
pertumbuhan folikel multipel. Pasien dianjurkan untuk memulai
terapi inisial 50 mg sehari mulai pada hari ke-2-6 siklus haid.
Pemantauan folikel dengan USG transvaginal dilakukan pada hari
ke 12 untuk menurunkan kemungkinan terjadinya kehamilan
ganda. Pasangan disarankan untuk melakukan hubungan seksual
terjadwal dari hari ke-12 siklus haid.
z

 Inseminasi intrauterin
 Inseminasi intrauterin dengan atau tanpa stimulasi merupakan
pilihan pada tatalaksana infertilitas idiopatik. Peningkatan jumlah
spermatozoa yang motil dalam uterus dan menempatkan sperma
dalam jarak yang dekat terhadap 1 atau lebih oosit berpotensi
meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan. Inseminasi
dapat dilakukan dengan atau tanpa prosedur stimulasi ovarium.
z
Tatalaksana gangguan sperma

 Tidak ada terapi untuk memperbaiki kualitas sperma akan tetapi


terdapat sejumlah cara untuk meningkatkan kemungkinan
terjadinya kehamilan dengan kualitas sperma yang sudah ada.
Terapi yang diberikan tergantung penyebabnya, antara lain :
 Terapi hormon – bila kuantitas sperma rendah disebabkan oleh
rendahnya hormon gonadotropin
 Inseminasi artifisial – semen dikumpulkan dan di pekatkan dan
kemudian dimasukkan kedalam uterus
 Fertilisasi in-vitro – konsepsi dilakukan di laboratorium dan sel
telur hasil konsepsi tersebut di masukkan kembali ke dalam uterus
z
Referensi

 Konsensus Penanganan Infertilitas oleh HIFERI, PERFITRI,


IAUI, & POGI tahun 2013

Вам также может понравиться