Вы находитесь на странице: 1из 64

CASE REPORT SESSION

Hepatoma, sirosis hepatis,


cap, efusi pleura
Anatharao A/L Subramanan 1740312421
Nudiya Dina Ramadhani 1740312083
Mutia Gusti Sandra 1740312440
Afifah Aqilatul Faridah P.W 1410311004

Preseptor : Dr. dr. Irza Wahid, Sp.PD-KHOM,


BAB 1 PENDAHULUAN
Karsiona Hepatoseluler atau Hepatoma
• Penyakit neoplasma ganas primer hepar tersering yang terdiri dari sel menyerupai
hepatosit dengan derajat diferensiasi bervariasi.
• Sebagian besar hepatoma muncul dengan latar belakang hepatitis kronis atau sirosis.
• Hepatoma menjadi salah satu keganasan terbanyak pada dewasa, lebih dominan terjadi
pada laki-laki dengan perbandingan 2-4 : 1.
• Angka kejadian tertinggi ditemukan di Asia dan Afrika dengan kelompok populasi
berusia 20-40 tahun, sedangkan di negara barat jarang terjadi sebelum usia 60 tahun.

Community Acquired Pneumonia (CAP)


• Infeksi akut pada parenkim paru yang sesuai dengan gejala infeksi akut, diikuti dengan
adanya gambaran infiltrat pada foto toraks, auskultasi berupa perubahan suara nafas
dan/atau ronkhi.
• Hal tersebut terjadi pada pasien yang tidak pernah dirawat atau tidak berada di
fasilitas kesehatan >14 hari sebelum timbul gejala.
Sirosis Hepatis
• Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif, ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regeneratif.
• Sirosis hepatis termasuk dalam 20 penyebab kematian terbanyak di dunia, mencakup
1,3% dari seluruh kematian di dunia dan 5 besar penyebab kematian di Indonesia
Efusi Pleura
• Efusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura atau Efusi pleura adalah
suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di
dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan
dan pengeluaran cairan pleura.
• Estimasi prevalensi efusi pleura adalah 320 kasus per 100.000 orang di negara-negara
industri, dengan distribusi etiologi terkait dengan prevalensi penyakit yang
mendasarinya.15
Laporan kasus ini untuk membahas dan
mengetahui tentang definisi, epidemiologi, etiologi,
ptofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi,
prognosis dari hepatoma, sirosis hepatis, CAP
(Community Acquired Pneumonia), dan efusi pleura.

Laporan kasus ini disusun berdasarkan


tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada
beberapa literatur.
Laporan kasus ini untuk membahas dan mengetahui
tentang definisi, epidemiologi, etiologi, ptofisiologi,
diagnosis, tatalaksana, komplikasi, prognosis dari
hepatoma, sirosis hepatis, CAP (Community Acquired
Pneumonia), dan efusi pleura.

Laporan kasus ini disusun berdasarkan


tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada
beberapa literatur.
B A B 2 T I N J A U A N P U S TA K A
HEPATOMA

Definisi Epidemiologi
• penyakit neoplasma ganas primer hepar • kanker kelima terbanyak di dunia, yaitu
tersering, terdiri dari sel menyerupai 5,4% dari semua jenis kanker. Penyebab
hepatosit dengan derajat diferensiasi kematian ketiga tertinggi akibat kanker
bervariasi. • laki-laki>perempuan, perbandingan 2-4 : 1
• Sebagian besar hepatoma muncul dengan • Angka kejadian tertinggi ditemukan di
latar belakang hepatitis kronis atau sirosis Asia dan Afrika dengan kelompok
populasi berusia 20-40 tahun
Etiologi
• penyakit hepar kronis (infeksi hepatitis
B virus (HBV) dan hepatitis C virus
(HCV))
• non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD)
• aflatoksin
• penyakit hepar alkoholik
Kecepatan
Chronic perubahan
injury sel hepatosit Mutasi
hepar meningkat Fibrosis hepatosit

Inflamasi Respons Sirosis Hepatoma


regeneratif
GAMBARAN KLINIS
Nyeri perut kanan atas/epigastrium/keduanya

Terasa benjolan di perut kanan atas

Perut membesar, terasa penuh

Mual dan/atau muntah

Nafsu makan berkurang

Penurunan BB
• Keluhan pasien sesuai
gambaran klinis
Anamnesis • Riw hep B/hep
C/sirosis

• Demam

Diagnosis Pem Fisik





Nyeri perut kanan atas
Asites
Jaundice
• BB turun, dll

• Pem laboratorium
Pem
• Radiologi
Penunjang • Biopsi
TATALAKSANA

Non-Bedah Bedah

• Percutaneous Ethanol Injection • Reseksi


(PEI) • Transplantasi
• Chemoembolism
• Kemoterapi Sistemik
• Kemoterapi intra-arterial
• Radiasi
• Tamofixen
• Injeksi Asam Asetat Perkutaneus
COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)

• infeksi akut pada parenkim paru, sesuai gejala infeksi akut, diikuti dengan
adanya gambaran infiltrat pada foto toraks, auskultasi sesuai pneumonia
• pada pasien yang tidak pernah dirawat atau tidak berada di fasilitas
Definisi kesehatan >14 hari sebelum timbul gejala

• 5 kali lebih sering pada negara berkembang


• terjadi 4-5 juta kasus per tahu, 25% kasus rawat inap
• masalah tersering yang menyebabkan seseorang di rawat inap di negara
Epidemiologi berkembang
ETIOLOGI Laporan 5 tahun
terakhir
Klebsiella pneumoniae
45,18%
Streptococcus pneumoniae
14,04%
Bakteri Gram Bakteri Gram (-
(+) ) Streptococcus viridans 9,21%
Staphylococcus aureus 9%
Pseudomonas aeruginosa
8,56%
Bakteri atipik Steptococcus hemolyticus
7,89%
Enterobacter 5,26%
Pseudomonas spp 0,9%
GAMBARAN KLINIS

• Demam atau hipertermia


• Berkeringat
• Batuk dengan atau tanpa produksi sputum atau perubahan warna sputum pada
pasien dengan batuk kronik
• Gejala-gejala tersebut dapat disertai dengan nyeri dada atau sesak napas
• Dapat muncul gejala non-spesifik; fatigue, mialgia, nyeri abdomen, anoreksia dan
nyeri kepala
DIAGNOSIS

Diagnosis pasti CAP ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat
baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah
ini
• Batuk-batuk bertambah
• Perubahan karakteristik dahak / purulen
• Suhu tubuh > 380C (aksila) / riwayat demam
• Pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas
bronkial dan ronki
• Leukosit >10.000 atau <4500
Penilaian
Derajat
Keparahan
CAP
(skor PORT)
KRITERIA RAWAT INAP BDSRKAN SKOR PORT

Skor PORT lebih dari 70

Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria, yaitu frekuensi napas > 30/menit, Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg, foto toraks
paru menunjukkan kelainan bilateral, foto toraks paru melibatkan > 2 lobus, tekanan sistolik <
90 mmHg, tekanan diastolik < 60 mmHg

Pneumonia pada pengguna NAPZA


TATALAKSANA
TERAPI
EMPIRIS
SIROSIS HEPATIS

Definisi Epidemiologi
• suatu keadaan patologis yang menggambarkan • 20 penyebab kematian terbanyak di dunia, mencakup
stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung 1,3% dari seluruh kematian di dunia dan 5 besar
progresif, ditandai dengan distorsi dari arsitektur penyebab kematian di Indonesia
hepar dan pembentukan nodulus regeneratif
• perkembangan histologis dari nodul-nodul
degeneratif yang dikelilingi oleh jaringan-jaringan
berserat sebagai respon dari kerusakan hati kronik
Etiologi
• penyakit hepar kronis (infeksi hepatitis B virus (HBV) dan
hepatitis C virus (HCV))
• alcoholic fatty liver disease (AFLD)
• diabetes mellitus
• Obesitas
• penyakit hepar alkoholik
• obstruksi bilier, sirosis bilier primer, sirosis bilier sekunder
• sindroma Budd-Chiari, penyakit venooklusif, dan sirosis
kardiak
Gambaran Klinis
atropitestis, spider
kulit berwarna
navy, splenomegali,
kuning, rasa lelah, perdarahan varises,
caput medusae,
lemah, nafsu makan asites, peritonitis
palmar eritema, white
menurun, mual, bakterial spontan,
nails, ginekomasti,
penurunan berat atau ensefalopati
hilangnya rambut
badan, nyeri perut hepatik
pubis dan ketiak pada
dan mudah berdarah
wanita, asterixis
Pem.Fisik
-ikterus atau jaundice, spider
navy, dan asites atau edema pada
saat inspeksi. Pada palpasi, hati
teraba lebih keras dan
berbentuk ireguler daripada hati
yang normal serta didapatkan
hepatomegali dan / atau
splenomegal
Pem.Penunjang
Anamnesis -USG
-Sesuai gambaran klinis -CT
-MRI

Diagnosis
PROGNOSIS
EFUSI PLEURA

Definisi Epidemiologi
• penumpukan cairan dalam rongga (kavum) • Estimasi prevalensi efusi pleura adalah 320
pleura yang melebihi batas normal. Dalam kasus per 100.000 orang di negara-negara
keadaan normal terdapat 10-20 cc cairan industri
• beberapa jenis cairan yang bisa berkumpul • kejadian sama antara kedua jenis kelamin
di dalam rongga pleura antara lain darah,
pus
Etiologi
• ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik
• gagal jantung kongestif,. pneumonia, keganasan, atau emboli
paru
• Perubahan permeabilitas membran pleura
• Peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan pembuluh
darah
• Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang
(tuberkulosis, pneumonia, virus, bronkiektasis, abses amuba
subfrenik yang menembus ke rongga pleura
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
• Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritis, sementara efusi malignan dapat
mengakibatkan dispnea dan batuk.
• Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala.
• Pada kebanyakan penderita umumnya asimptomatis atau
memberikan gejala demam, ringan ,dan berat badan yang
menurun seperti pada efusi yang lain
Pem.Fisik
-a.Dinding dada lebih cembung dan
gerakan tertinggal
b.Vokal fremitus menurun
c.Perkusi dull sampal flat
d.Bunyi pernafasan menruun
sampai menghilang Pem.Penunjang
1.Rontgen dada
anamnesis 2.USG Dada
3.CT Scan Dada
-sesak napas
4.Torakosentesis
-rasa berat dada 5.Biopsi Pleura
-Batuk 6.Analisa cairan pleura
a.Sitologi dan.Bakteriologi
7.Bronkoskopi

Diagnosis
PENATALAKSANAAN
• Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan pleura
akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada

• 1.Obati penyakit yang mendasarinya :-


• a.Hemotoraks
• b.Kilotoraks
• c.Empiema
• d.Pleuritis TB.
• 2.Torakosentesis
• 3.Chest tube
• 4.Pleurodesis
• Pengobatan pembedahan mungkin diperukan untuk:-
• a.Hematoraks terutama setelah trauma
• b.Empiema
• Pleurektomi
PROGNOSIS

• Prognosis pada efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang


mendasari kondisi itu.
• Namun pasien yang memperoleh diagnosis dan pengobantan lebih dini
akan lebih jauh terhindar dari komplikasi daripada pasien yang tidak
memedapatkan pengobatan dini
BAB 3 LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
a. Nama/Kelamin/Umur : Tn. J/Laki-laki/56 tahun
b. Pekerjaan/ Pendidikan: Buruh/SMP
c. Alamat : Pariaman
d. No MR : 01027296
KELUHAN UTAMA
Nyeri perut kanan atas meningkat sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Nyeri perut kanan atas meningkat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
sudah dirasakan sejak 4 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut
menyebabkan tidak bisa tidur.
• Perut kanan atas bengkak sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
• Mata tampak kuning sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
• Demam (+) sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak
berkeringat banyak
• Mual (+)
• Muntah tidak ada
• BAK berwarna seperti teh pekat, frekuensi dan jumlah normal
• BAB berwarna seperti dempul (-), frekuensi dan jumlah (-)
• Sesak napas (+) sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas makin lama
makin meningkat. Suka tidur miring pada sisi kanan.
• Batuk tidak ada
• Riwayat mengonsumsi obat-obatan tidak ada
• Riwayat mengonsumsi minuman beralkohol tidak ada
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Riwayat sakit kuning (-)
• Riwayat hipertensi (+) tidak kontrol berobat
• Riwayat DM (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga dengan riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung, dan
penyakit ginjal
RIWAYAT PEKERJAAN, SOSEK,
KEBIASAAN
• Pasien bekerja sebagai buruh
• Pasien merokok sejak ± 30 tahun yang lalu, 2-3 bungkus/hari
PEMERIKSAAN FISIK
TANDA VITAL
• Keadaan Umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : CMC
• Tekanan Darah : 150/80 mmHg
• Frekuensi Nadi : 80 kali/menit, regular, kuat angkat,
pengisian cukup
• Frekuensi Napas : 22 kali/menit, tipe pernapasan
thorakoabdominal
• Suhu : 36,8OC
• Tinggi Badan : 165 cm
• Berat Badan : 53 kg
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN SISTEMIK
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, ikterus (+), sianosis (-), spider nevi (-),
telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan rambut normal
Kelenjar Getah Bening
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di leher, submandibula, supraklavikula, infraklavikula,
aksila, inguinalis.
Kepala
Bentuk normochepali, simetris, deformasi (-), rambut hitam, lurus, sedikit mudah dicabut.
Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (+/+)
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik, tidak ditemukan
penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping hidung (-).
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN SISTEMIK
Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, cairan (-), nyeri tekan processus mastoideus (-),
pendengaran baik.
Mulut
Pembesaran tonsil (-), pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-), rhagaden (-),
bau pernafasan khas (-).
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran kelenjar KGB tidak ada, JVP (5+0) cmH2O, kaku
kuduk (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
Bentuk dada simetris, spider nevi (-).
Paru-paru
I : Dada cembung pada sisi kanan, pergerakan dada tertinggal pada sisi kanan
P : Fremitus kanan lebih lemah daripada kiri
P : Paru kanan redup setinggi RIC V, paru kiri sonor
A: Suara napas bronkovesikuler, melemah pada paru kanan setinggi RIC V, ronkhi (+/+) pada basal paru,
wheezing (-/-).
Jantung
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus codis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
P: batas atas RIC II, batas jantung kanan linea parasternalis dextra, batas jantung kiri RIC V linea
midclavicularis sinistra
A: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
I : membuncit, vena kolateral (+)
P: hepar teraba 3 jari dibawah arcus costarum, 5 jari dibawah processus xyphoideus, konsistensi
keras, permukaan tidak rata, pinggir tumpul. Lien tidak teraba
P: shifting dullness (+)
A: BU (+) normal
Alat kelamin
Tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas atas
nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-
), turgor kembali lambat (-), eritema palmaris (-), sianosis (-).
Ekstremitas bawah
nyeri sendi (-), gerakan terbatas, edema (-) pada kedua tungkai, jaringan parut (-), pigmentasi normal, jari tabuh (-),
turgor kembali lambat (-), akral pucat (-), sianosis (-).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hematologi:
•Hb : 8,3 gr/dl
•Leukosit : 9.690/mm3
•Ht : 2,7%
•Trombosit : 205.000/mm3
•MCV : 66 fL
•MCH : 20 pg
•MCHC : 31 %
•Kesan : Anemia
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kimia Klinik
•Gula darah puasa : 326 mg/dl
•Ureum/kreatinin : 38/1,0
•Ca/Na/K/Cl : 10,7 g/dl / 134 Mmol/L /4,5 Mmol/L /104 Mmol/L
•Total protein : 9,3 g/dl
•Albumin/Globulin : 4,1/4,2 g/dl
•Kesan : kalsium total meningkat, netrium menurun, total
protein meningkat, globulin meningkat

Imunologi-Serologi
HbsAg (rapid test) reaktif
PEMERIKSAAN RONTGEN THORAKS
PEMERIKSAAN USG THORAKS

Kesan: Efusi Pleura (D)


PEMERIKSAAN USG ABDOMEN

Kesan: Hepatoma, sirosis hati, asites, hipertensi portal


PEMERIKSAAN USG ABDOMEN

Kesan: Hepatoma, sirosis hati, asites, hipertensi portal


DIAGNOSIS
• Susp hepatoma
• Efusi pleura dextra
• CAP
• Anemia mikrositik hipokrom ec penyakit kronik dd/ malignancy
• Hipertensi derajat 1 ec esensial
RENCANA TERAPI
• Istirahat
• Diet ML diet Hepar
• IVFD Aminofusin hepar : triofusin = 1:1 12 jam/kolf
• Lansoprazol 1 x 30 mg (po)
• Amlodipin 1 x 5 mg (po)
• Parcetamol 3 x 500 mg (po)
• N acetil sistein 3 x 200 mg
• Inj Ceftriaxon 2 x 1 gr (IV)
FOLLOW UP
14 Nyeri • KU: sedang - Susp - Istirahat
Sep perut • Kes: CMC hepatoma - Diet ML diet Hepar
t kanan • TD: 150/80 - Efusi pleura - IVFD Aminofusin hepar :
201 atas (+), • Nadi: 90 (D) triofusin = 1:1 12 jam/kolf
8 sesak • Nafas: 20 - CAP - Lansoprazol 1 x 30 mg (po)
napas (+), • Suhu: 37 - Anemia - Amlodipin 1 x 5 mg (po)
batuk (-), • Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ringan - Parcetamol 3 x 500 mg (po)
demam ikterik +/+ mikrositik - N acetil sistein 3 x 200 mg
(-) • Thorax: Cor: BJ I dan II regular, bising (-), hipokrom ec - Inj Ceftriaxon 2 x 1 gr (IV)
Pulmo: dada cembung pada sisi kanan, penyakit - R/ USG Thoraks dan USG
pergerakan dada tertinggal pada sisi kronik Abdomen
kanan, suara napas redup pada sisi kanan dd/malignan - Cek SI, TIBC, ferritin
setinggi RIC V, suara napas cy - Kultur sputum
bronkovesikuler, Rh +/+ pada basal paru, - Hipertensi - Cek leukosit dan diffcount
Wh-/- derajat I ec - Ekspertise rontgen thoraks
18 Sept Perut kembung • KU: sedang - Hepatoma - Th/
2018 (+), nyeri perut • Kes: CMC - Sirosis hepatis lanjut
kanan atas (+), • TD: 140/80 post nekrotik - Rontgen
BAB hitam (-), • Nadi: 88 - Efusi pleura (D) thoraks:
muntah hitam (-), • Nafas: 20 - CAP infiltrat
sesak napas (+), • Suhu: 37 - Hipertensi (+)
batuk (-), demam • Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+ derajat I ec
(-) • Thorax: cor: BJ I dan II regular, bising (-), pulmo: dada cembung pada sisi kanan, pergerakan esensial
dada tertinggal pada sisi kanan, suara napas redup pada sisi kanan setinggi RIC V suara - Anemia ringan
napas bronkovesikuler, Rh +/+ pada basal paru, Wh-/- mikrositik
• Abdomen: hepar teraba 3 jari dibawah arcus costarum, 5 jari dibawah processus hipokrom ec
xyphoideus, konsistensi keras, permukaan tidak rata, pinggir tumpul. Lien tidak teraba. penyakit kronik
Shifting dullness (+) dd/ defisiensi Fe
• Ekstremitas: edema (-)
• Laboratorium:
• Imunologi-Serologi: Ferritin 1100,47 (meningkat)
• Kimia Klinik:
• SI 32 mg/dl, TIBC 161 mg/dl, UIBC 129 mg/dl. Kesan: serum iron menurun, TIBC menurun
• Hematologi:
• Hb: 7,7 g/dl, leukosit 9650/mm3, eritrosit 3,88 juta, trombosit 183.000/mm3, hematokrit
25%, retikulosit 2,1%, MCV 66 fl, MCH 20 pg, MCHC 30%, hitung jenis 0/5/1/70/16/8, PT 13,7,
APTT 43,4. Kesan: anemia sedang anisositosis normokrom, eosinofilia, PT diatas nilai
rujukan
• Gambaran darah tepi: eritrosit: anisositosis normokrom, sel target (+), polikrom (+),
leukosit: jumlah cukup dengan eosinofilia, trombosit : jumlah cukup, morfologi normal,
• 20 • Perut kembung • KU: sedang - Hepatoma - Rencana pulang
Sept (+), nyeri perut • Kes: CMC - Sirosis hepatis
2018 kanan atas (+) • TD: 140/70 post nekrotik
berkurang, BAB • Nadi: 90 - Efusi Pleura (D)
hitam (-), • Nafas: 20 - Hipertensi derajat
muntah hitam (- • Suhu: 37 I ec esensial
), perdarahan (-), • Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik •
sesak napas (-), +/+
batuk (-), • Thorax: cor: BJ I dan II regular, bising (-),
demam (-) pulmo: dada cembung pada sisi kanan,
pergerakan dada tertinggal pada sisi kanan,
suara napas redup pada sisi kanan setinggi RIC
V suara napas vesikuler +/+, Rh -/- pada basal
paru, Wh-/-
• Abdomen: hepar teraba 3 jari dibawah arcus
costarum, 5 jari dibawah processus xyphoideus,
konsistensi keras, permukaan tidak rata,
pinggir tumpul. Lien tidak teraba. Shifting
dullness (+)
BAB 4 DISKUSI
• Pasien laki-laki (56 th) datang dengan keluhan utama nyeri perut
kanan atas meningkat sejak 4 hari SMRS

• Nyeri pada regio kuadran kanan atas abdomen merupakan


manifestasi paling sering dikeluhkan pasien dengan hepatoma atau
karsinoma hepatoseluler

• HCC sering pada awalnya pasien hanya mengeluhkan mual-mual dan


keluhan adanya masa pada abdomen kanan atas

• Pasien ini ditemukan adanya gejala mual tanpa disertai muntah dan
adanya pembengkakan pada perut kanan atas sejak 1 minggu SMRS
• Temuan fisik pada HCC yang sering ditemukan adalah
hepatomegali dengan atau tanpa ‘bruit’ hepatik,
splenomegali, asites, ikterus, demam dan atrofi otot.

• Pasien ini yang ditemukan adanya mata tampak kuning


sejak 1 minggu SMRS dan demam sejak 5 hari SMRS

• Pemeriksaan fisik pasien juga ditemukan adanya sklera


ikterik, hepatomegali dan ditemukan adanya shifting
dullness positif.
• Pada pasien ditemukan hasil pemeriksaan darah yaitu HbsAg
(rapid test) reaktif yang menandakan adanya virus hepatitis B
pada pasien ini

• Hubungan antara infeksi kronis HBV dengan timbulnya


hepatocellular carcinoma (HCC) terbukti kuat, baik secara
epidemiologis, klinis, maupun eksperimental

• Infeksi kronik ini sering menimbulkan sirosis, yang merupakan


faktor resiko penting untuk HCC. Sirosis hati melatarbelakangi
lebih dari 80% kasus HCC.

• Pada pasien juga ditemukan adanya vena kolateral dan


peningkatan globulin, tetapi tidak mencukupi 5 dari 7 kriteria
Soebandiri untuk menegakkan diagnosis sirosis hepatis.
• Pasien juga mengeluhkan adanya sesak napas sejak 1 minggu SMRS.
Sesak napas makin lama makin meningkat dan suka tidur miring pada
sisi kiri

• Pada HCC, sesak napas dapat dirasakan akibat besarnya tumor yang
menekan diafragma, atau karena sudah dapat manifestasi di paru.

• Selain itu, sesak nafas yang dirasakan oleh pasien bisa dikarenakan
adanya efusi pleura dextra yang didukung oleh pemeriksaan fisik dada
dan rotgen toraks pasien.

• Efusi pleura dapat terjadi pada pasien dengan sirosis hati. Kebanyakan
efusi pleura timbul bersamaan dengan asites pada SH.
• Pada anamnesis pasien juga ditemukan adanya riwayat hipertensi
tidak kontrol berobat dan pada pemeriksaan didapatkan TD 150/80
mmHg. Sehingga pasien di diagnosis dengan hipertensi derajat 1
sesuai dengan JNC 7.

• Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya konjungtiva anemis dan


didukung oleh pemeriksaan laboratorium pasien di dapatkan Hb 8,3
gr/dl, MCV 66 fL, MCH 20 pg, sehingga pasien di diagnosis dengan
anemia mikrositik hipokrom ec penyakit kronik dd/ malignancy.

• Pada pasien diberikan terapi berupa istirahat, IVFD Aminofusin hepar


: triofusin = 1:1 12 jam/kolf, Lansoprazol 1 x 30 mg per oral,
Amlodipin 1 x 5 mg per oral, Parcetamol 3 x 500 mg per oral, N
acetil sistein 3 x 200 mg per oral dan Inj Ceftriaxon 2 x 1 gr.

Вам также может понравиться