Вы находитесь на странице: 1из 11

CARA-CARA PEMBERIAN

SEDIAAN STERIL
Elsa A.
Hesty Meylinda
Nirwana
Nurdianti
Sulastri
Winda Aprilia
Cara Pemberian Sediaan Steril
• INJECTIONES (INJEKSI)
• INFUNDABILIA (INFUS INTRAVENA)
• TABLET IMPLANTASI (PELET)
• TABLET HIPODERMIK
• OCULENTA (SALEP MATA)
• GUTTAE OPTHALMICAE (TETES MATA)
1. INJECTIONES (INJEKSI)
a. Injeksi intrakutan (i.k / s.c)
Dimasukkan ke dalam kulit yang sebenarnya, digunakan untuk diagnosa.
Volume yang disuntikkan antara 0,1 – 0,2 ml, berupa larutan atau suspensi
dalam air.

b. Injeksi subkutan (s.k / s.c)

Disuntikkan ke dalam jaringan di bawah kulit ke dalam alveolar, volume


yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Umumnya larutan bersifat isotonik,
pH netral, bersifat depo (absorpsinya lambat). Dapat diberikan dalam
jumlah besar (volume 3 – 4 liter/hari dengan penambahan enzym
hialuronidase), bila pasien tersebut tidak dapat diberikan infus intravena.
Cara ini disebut “Hipodermoklisa”
c. Injeksi intramuskular (i.m)
Disuntikkan kedalam atau diantara lapisan jaringan/otot. Injeksi dalam bentuk
larutan, suspensi atau emulsi dapatdiberrikan secara ini. Yang berupa larutan dapat
diserap dengan cepat, yang berupa emulsi atau suspense diserap lambat dengan
maksud untuk mendapatkan efek yang lama. Volume penyuntikan antara 4-20 ml,
disuntikkan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.

d. Injeksi intravenous (i.v)


Disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah vena. Bentuknya berupa larutan,
sedangkan bentuk suspense atau emulsi tidak boleh, sebab akan menyumbat
pembuluh darah vena tersebut. Disebut isistonis, kalau terpaksa dapat sedikit
hipertonis (disuntikkannya lambat /perlahan-lahan dan tidak mempengaruhi sel
darah); volume antara 1- 10 ml. Injeksi intravenous yang diberikan dalam dosis
tunggal dengan volume lebih dari 10 ml, disebut “infus
intravena/infuse/infundabilia”. Infusi harus bebas pirogendan tidak boleh
mengandung bakterisida, jernih, isotonis.
Injeksi i.v dengan volume 15 ml atau lebih tidak boleh mengandung bakterisida
Injeksi i.v dengan volume 10 ml atau lebih harus bebas pirogen.
e. Injeksi intraarterium (i.a)
Disuntikkan ke dalam pembuluh darah arteri/perifer/tepi, volume antara 1-10 ml,
tidak boleh mengandung bakterisida.

f. Injeksi interaktor/intrakardial (i.kd)


Disuntikkan langsung kedalam otot jantung atau venticulus, tidak boleh
mengandung bakterisida, disuntikkan hanya dalam keadaan gawat .
g. Injeksi intratekal (i.t), intraspinal, intrasisternal (i.s), intrajural (i.d), subaraknoid.
Disuntikkan langsung kedalam
saluran sumsum tulang belakang
pada dasar otak (antara 3-4 atau 5-
6 lumrah vertebrata) yang ada
cairan cerebrospinalnya. Larurtan
harus isotonis karena sirkulasi
cairan cerebrospinal adalah
lambat, meskipun larutan
anestetika sumsum tulang belakang
sering hipertonis . Jaringan syaraf
didaerah anatomi disini sangat
peka.
h. Injeksi Intraartikulus
Disuntikkan kedalam cairan
sendi didalam rongga sendi.
Bentuk suspensi/larutan dalam
air.
i. Injeksi subkonjuniva
Disuntikkan kedalam selaput lender dibawah mata. Berupa suspensi/larutan,
tidak lebih dari 1 ml.

j. Injeksi intrabursa
Disuntikkan kedalam bursa subcromillis atau bursa elecronon dalam bentuk
larutan suspense dalam air .

k. Injeksi intraperitoneal (i.p)


Disuntikkan langsung kedalm rongga perut. Penyerapan cepat; bahaya
infeksi besar.

l. Injeksi peridural (p.d), extradural, epidural


Disuntikkan kedalam ruang epidural, terletak diatas durameter, lapisan
penutup terluar dari otak dan sumsum tulag belakang.
2. INFUNDABILIA (INFUS INTRAVENA)
Pemberian cairan melalui infuse adalah pemberian cairan yang
diberikan pada pasien yang mengalami pengeluran cairan atau nutrisi
yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesteril-an mengingat
langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan
melalui infus dengan memasukkan kedalam vena (pembuluh darah
pasien) diantaranya vena lengan (vena sefalika basal ikadan median
akubiti), pada tungkai (vena safena) atau vena yang ada dikepala,
seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-anak).
Dimana cairan atau obat yang dimasukkan melalui pembuluh darah
vena tersebut dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan
infus set

3. TABLET IMPLANTASI (PELET)


Tablet kecil, bulat atau oval putih,
steril dan berisi hormone steroid,
dimasukkan kebawah kulit dengan
cara merobek kulit sedikit ,
kemudian tablet dimasukkan,
kemudian kulit di jahit kembali. Zat
khasiat akan dilepas perlahan-
lahan.
4. TABLET HIPODERMIK
tablet steril, berat umumnya 30 mg, larut dalam air di gunakan dengan cara
melarutkan ke dalam air untuk injeksi secara aseptik dan disuntikkan di bawah
kulit (subcutan).

5. GUTTAE OPTHALMICAE (OBAT TETES MATA)


Cara pemberiannya ialah dengan meneteskan obat pada selaput
lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.
Sediaan ini tidak dapat digunakan 30 hari setelah dibuka.
Persyaratan pembuatan obat tetes mata lebih ketat daripada obat
tetes lainnya, yakni selain isotonis, larutan harus memenuhi
persyaratan mengenai derajat keasaman (pH) dan sterilitas. Tetes
mata yang tidak isotonis dan memiliki pH terlalu tinggi atau rendah
dibandingkan dengan cairan pada mata dapat merangsang dan
merusak mata. Tetesan yang tidak steril dapat mengakibatkan
infeksi pada mata yang akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Ujung pipet pada waktu digunakan sukar sekali untuk tidak
menyentuh kelopak atau bulu mata. Oleh karena itu untuk
menghindari Infeksi tetes mata selalu mengandung suatu zat
pengawet, biasanya suatu zat bakterisid kuat. Setelah digunakan,
wadah ditutup secepat mungkin.
6. OCULENTA (SALEP MATA)
Salep mata, lebih baik melekatnya pada mata sehingga kerjanya lebih
lama. Biasanya digunakan untuk malam hari karena mengakibatkan
buramnya penglihatan.
Cara menggunakannya sama dengan tetes mata, hanya bukan
meneteskan larutan, tetapi meletakkan sedikit salep di dalam ”selokan
kecil”.

7. COLLYRIUM (LARUTAN CUCI MATA)


Dimana cairan steril atau larutan berminyak dari alkaloid, garam-garam
alkaloid, antibiotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk mata. Larutan
ini harus isotonis.
Obat cuci mata digunakan dengan sebuah gelas mata kecil yang di isi dengan
larutan. Kepala ditundukkan dan gelas mata diletakkan dibawah mata, lalu
kepala ditengadahkan kembali. Larutan tidak akan keluar bila gelas ditekan
pada lekuk mata. Kini mata dapat “dicuci” dengan berturut-turut membuka
dan menutup kelopaknya beberapa kali

Вам также может понравиться