Вы находитесь на странице: 1из 13

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Muslim Indonesia

HIRSCPRUNG
Disusun Oleh Kelompok 1 :
 YESENIA FARADILLAH (14220160030)
 DELLA SAFITRI (14220160020)
 FIRNAYANTI MUHLIS (14220160031)
 NURUL AZMI HARUDDIN (14220160032)
 NURHALISA UMAR (14220160033)
DEFINISI
 Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak
adanya sel-sel ganglion dalam rektum atau bagian
rektosigmoid kolon. Ketiadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak
adanya evakuasi usus spontan. (Cecily Lynn Betz, 2009)
 Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon)
yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi,
karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan
(ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar
dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang
terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
ETIOLOGI

• Penyebab penyakit hisprung belum diketahui. Namun, kemungkinan ada


keterlibatan faktor genetik. Anak laki-laki lebih banyak terkena penyakit
hisprung dibandingkan anak perempuan (4:1). (Sodikin, 2011)
• Mungkin karena kegagalan sel-sel krista naturalis untuk bermigrasi ke
dalam dinding usus suatu bagian saluran cerna bagian bawah termasuk
kolon dan rektum. Akibatnya tidak ada ganglion parasimpatis (aganglion)
di daerah tersebut, sehingga menyebabkan peristaltik usus menghilang
sehingga profulsi feses dalam lumen terlambat serta dapat menimbulkan
terjadinya distensi dan penebalan dinding kolon di bagian proksimal
sehingga timbul gejala obstruktif usus akut, atau kronis tergantung
panjang usus yang mengalami aganglion.
KLASIFIKASI
Hirschpung dibedakan berdasarkan panjang segmen yang
terkena, hirschprung dibedakan menjadi dua tipe berikut :
Merupakan 70% kasus penyakit Hirschprung dan lebih
sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak
perempuan. Pada tipe segmen pendek yang umum,
Segmen
insidenya 5 kali lebih besar pada laki-laki dibanding
pendek
wanita dan kesempatan bagi saudara laki-laki dari
penderita anak untuk mengalami penyakit ini adalah 1
dalam 20.

Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid, bahkan


kadang dapat menyerang seluruh kolon atau sampai
Segmen
usus halus. Anak laki-laki dan perempuan memiliki
panjang
peluang yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa
membedakan jenis kelamin (Sodikin, 2011)
MANIFESTASI
KLINIS

 Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 - 48 jam


setelah lahir
 Muntah berisi empedu
 Enggan minum (Menyusui)
 Distensi abdomen

 Konstipasi
 Diare berulang
 Tinja seperti pita dan berbau busuk
 Distensi abdomen
 Adanya masa difecal dapat dipalpasi.
 Gagal tumbuh.
 Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia.
PATOFISIOLOGI
• Istilah kongenital aganglion megakolon menggambarkan
adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion
pada dinding submukosa colon distal. Segmen aganglionik
hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal
pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan ke
abnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong
(peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus konstan serta
spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi
pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian
yang rusak pada megakolon. (Cecily Lynn Betz, 2009)
PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan Colok
Dubur

Pemeriksaan Pemeriksaan lain-lain


Laboratorium
PENATALAKSAAN

PENGOBATAN NON BEDAH

Pengobatan non bedah dimaksudkan untuk mengobati komplikasi-


komplikasi yang mungkin terjadi atau untuk memperbaiki keadaan
umum penderita sampai pada saat operasi definitif dapat
dikerjakan. Pengobatan non bedah diarahkan pada stabilisasi
cairan, elektrolit, asam basa dan mencegah terjadinya overdistensi
sehingga akan menghindari terjadinya perforasi usus serta
mencegah terjadinya sepsis. Tindakan-tindakan nonbedah yang
dapat dikerjakan adalah pemasangan infus, pemasangan pipa
nasogastrik, pemasangan pipa rectum pemberian antibiotik, lavase
kolon dengan irigasi cairan, koreksi elektrolit serta penjagaan
nutrisi. (Kartono, 2010).
LANJUTAN…

PENGOBATAN BEDAH

Tindakan bedah pada penyakit Hirschsprung terdiri atas tindakan


bedah sementara dan tindakan bedah definitif. Tindakan bedah
sementara dimaksudkan untuk dekompresi abdomen dengan cara
membuat kolostomi pada kolon yang mempunyai ganglion normal
bagian distal. Tindakan ini dapat mencegah terjadinya enterokolitis
yang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya kematian pada
penderita penyakit Hirschsprung. (Muhlisin, 2016).
PENCEGAHAN
• Health promotion
Pada tahap helth promotion ini, sebagai pencegahan
Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) adalah perlunya
Primer perhatian terhadap pola konsumsi sejak dini terutama
sejak masa awal kehamilan. Meghindari konsumsi
makanan yang bersifat karsinogenik, mengikuti
penyuluhan mengenai konsumsi gizi seimbang serta
olah raga dan istirahat yang cukup.
• Spesific protection
Pencegahan lebih mengarah pada perlindungan
terhadap ancaman agent penyakit misalnya melakukan
akses pelayanan Antenatal Care (ANC) terutama pada
skrining ibu hamil berisiko tinggi, imunisasi ibu hamil,
pemberian tablet tambahan darah dan pemeriksaan
rutin sebagai upaya deteksi dini obstetric dengan
komplikasi.
Lanjutan…
Pencegahan sekunder ditujukan guna mengetahui adanya
penyakit hisprung dan menegkkan diagnosa sedini
mungkin. Keterlambatan diagnosa dapat menyebabkan
berbaga komplikasi yang merupakan penyebab kematian
Pencegahan seperti enterokolitis, perforasi usus, dan sepsi. Berbagai
sekunder teknologi tersedia untuk menegakkan diagnosis penyakit
hisprung. Dengan melakukan anamnesis yang cermat,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiografik, serta
pemeriksaan patologi anatomi biopsi isap rektum, dan
pemeriksaan colok dubur.

Pencegahan tersier lebih mengarah kepada perawatan pada


Pencegahan pasien hisprung untuk penatalaksanaan perawatan yang
tersier dilakukan oleh tenaga medis yang profesional. agar tidak
terjadi komplikasi lanjut.
KONSEP
KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

• Perubahan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan


DIAGNOSA defek persyarafan anganglion.
• Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan
menurunya intake(mual, muntah)
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nafsu makan turun.
• Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pasca
operasi
• Injuri berhubungan dengan tindakan pasca operasi
• Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan (ATP
menurun)

INTERVENSI
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться