Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dermatofitosis
DERMATOMIKOSIS
Mikosis Superfisial
Non –
Dermatofitosis
Mikosis Kutan
Mikosis Subkutan
DERMATOFITOSIS
DEFINISI
• Penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan
jamur golongan dermatofita.
SINONIM
• Tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes
sirsinata
Mikosis Superfisialis
DERMATOFITOSIS
Tinea Facialis
Tinea Barbae
Tinea Korporis
Tinea Kruris
Tinea Pedis
Tinea Manum
Tinea Unguium
TINEA KAPITIS
Tinea kapitis adalah dermatofitosis
pada kulit dan rambut kepala.
Tinea Kapitis
Etiologi
Trichophyton and Microsporum species, with exception of Trichophyton
concentricum.
Transmisi
Meningkat pada orang dengan higienitas yg kurang, kepadatan dan status ekonomi
rendah
Ditandai dengan :
Lesi
Kemerahan Alopesia Kerion
Bersisik
Manifestasi Klinis
Inflammatory Type
DIAGNOSIS BANDING
• Alopesia areata.
• Dermatitis seboroika
• Psoriasis
• Trikotilomania
• Folikulitis
TATALAKSANA
UMUM – Topikal:
• Menjaga kebersihan diri • Mencuci kepala dan rambut dengan
• Menghindari factor predisposisi sampo disinfektan antimikotik :
• Pencegahan pemakaian bersama topi, larutan asam salisilat, asam benzoat,
pakaian, dan alat-alat rambut. dan sulfur presipitatum.
• Asam undenselinat
• Obat-obat derivat imidazol 1-2%
KHUSUS
dalam krim atau larutan dapat
– Sistemik: menyembuhkan.
• Ketokonazol 5-10 mg/kgBB; dewasa
200mg/hari selama 7-14 hari.
• Ketokonazol krim atau larutan 2%.
• Pada bentuk kerion:
– Kortikosteroid dapat ditambahkan
jangka pendek.
– Diberikan prednisone setiap pagi
selama 10-15 hari dengan dosis 0,5-
1mg/kgBB/hari. Kadang juga
diberikan antibiotika sistemik bila
disertai infeksi bakteri.
TINEA FACIALIS
Tinea fasialis adalah dermatofitosis
pada kulit wajah yang tidak
berambut.
TINEA FASIALIS
Faktor Predisposisi
berupa paparan hewan, glukokortikoid topikal kronik.
Manifestasi Klinis
• Gejala kulit paling sering asimtomatik. Kadang-kadang pruritus dan
fotosensitifitas.
• Pada pasien kulit hitam hiperpigmentasi.
• Terjadi pada beberapa area di wajah, namun biasanya tidak
simetris.
TINEA FASIALIS
DIAGNOSIS BANDING
- Dermatitis seboroik - Lupus eritematosa
- Dermatitis kontak - Erupsi obat fototoksik
TINEA BARBAE
Tinea barbe adalah dermatofita
trikomikosis pada daerah jenggot
dan kumis.
Tinea Barbae
Etiologi
paling sering disebabkan oleh organisme zoofilik T.mentagrophytes dan
T.verrucosum.
Transmisi
Sebagian besar transmisinya melalui kontaminasi pencukur jenggot, yang
insidennya ditingkatkan dengan sanitasi.
Circinate
Superfisial
Inflamasi type
(Kerion) (sycosiform
(spreading
type)
type)
TINEA BARBAE
TIPE INFLAMASI TIPE SUPERFISIAL TIPE SIRSINATA
Etiologi
T. mentagrophytes, T. rubrum, M. canis
, dan T. verrucosum
Transmisi
Ditularkan melalui manusia / hewan
terinfeksi , benda-benda, autoinokulasi
dari reservoir di kaki
Manifestasi Klinis
• annular/vesicular/ plak serpiginous dengan scale di
seluruh tepi eritematosa aktif.
• Pusat plak biasanya bersisik tetapi mungkin
menunjukkan central healing.
• Cincin vesikular konsentris eritematosa “tinea
imbricata”
• Infeksi T. rubrum lesi konfluen polisiklik / bentuk
psoriasis plak
• Granuloma Majocchi melibatkan bagian yang lebih
dalam folikel rambut yang menimbulkan scale
follicular papul dan nodul yang menyatu dalam
bentuk annular.
DIAGNOSIS BANDING TATA LAKSANA
- Dermatitis kontak alergi • Lesi terbatas topikal : alilamin,
imidazol, tolnaftat, butenafin,
- Dermatitis atopi siklopiroks (2x /hari,
2 - 4 minggu)
- Psoriasis
• Lesi luas & meradang antijamur
- Dermatitis seboroik oral
• Penelitian pada dewasa :
- Pitiriasis rosea
– Flukonazol 150 mg/ minggu, 4 -
- Pitiriasis alba 6 minggu
– itrakonazol 100 mg/ hari, 15 hari
- Pitiriasis versikolor
• Rejimen untuk anak-anak :
– ultramicrosize griseofulvin 10 –
20 mg/kg/hari, 6 minggu
– itrakonazol 5 mg/kg/hari, 1
minggu
Etiologi
T. rubrum, T.
TINEA KRURIS mentagrophytes, E. floccosum
epidemi
Transmisi
Dermatofitosis pada lipat paha, Kontak langsung / benda-
genital, daerah pubis, perineum, & benda, eksaserbasi dipengaruhi
kulit perianal oklusi, iklim lembab.
Manifestasi Klinis
• Papulovesikel eritematosa
multipel, tepi batas tegas & me,
pruritus, nyeri
• E. floccosum central clearing,
terbatas di lipatan genitokruris &
paha atas bagian medial
• T. rubrum lesi konfluen,
meluas ke pubis, perianal, bokong
& perut bawah, genitalia (-)
• Perubahan sekunder : likenifikasi,
maserasi, pustulasi, dermatitis
kontak
• Bersifat : asimetris / bilateral ,
multipel, tepi batas tegas
TATA LAKSANA
DIAGNOSIS BANDING • Antijamur topikal
• Oklusi & kelembaban
• Antijamur oral lesi yg refrakter, luas &
• Psoriasis lebih meradang
• Dermatitis seboroik Dewasa :
• flukonazol 150 mg/ minggu, 4 - 6 minggu
• Kandidiasis • itrakonazol 100 mg/ hari, 15 hari
• Eritrasma • terbinafin 250 mg/ hari, 2 minggu
• griseofulvin 500 mg/ hari, 2 - 6 minggu
• Liken simpleks kronikus
Anak-anak :
• Familial benign pemphigus • ultramicrosize griseofulvin 10 – 20
mg/kg/hari, 6 minggu
• Penyakit Darier-White. • itrakonazol
5 mg/kg/hari, 1 minggu
• terbinafin 3 – 6 mg/kg/hari, 2 minggu
TINEA PEDIS
Tinea pedis (Athlete’s foot)
adalah infeksi dermatofit pada
kaki, ditandai dengan eritema,
sisik, maserasi, dan atau bula.
Tinea Pedis
Etiologi
T. rubrum, T. mentagrophytes var. interdigitale, E. floccosum
Transmisi
- Faktor predisposisi: cuaca panas, lembab, penekanan alas kaki, keringat yang
berlebihan
- Seringkali memiliki riwayat tinea pedis sebelumnya, tinea unguium pada jari
kaki, dan akan meningkat pada iklim panas.
Interdigital
Inflamasi /
Moccasin Ulseratif
Bullosa
Tipe Interdigital
Ruang interdigital antara jari
kaki menunjukkan adanya
eritema dan sisik, kuku kaki
menebal, terkait onikomikosis
subungual
TIPE ULSERATIF
Perpanjang tinea pedis
interdigital ke kaki bagian dorsal
dan plantar. Biasanya terjadi
pada komplikasi infeksi bakteri.
Tipe Moccasin
Eritema plantar kaki dengan
keratoderma ringan yang dihubungkan
dengan onikomikosis subungual distal/
lateral, khas dari infeksi T.rubrum.
Transmisi
Kontak langsung dg orang / hewan terinfeksi, tanah, autoinokulasi, berhubungan dengan
inea pedis, faktor risiko : pekerja kasar & inflamasi pd tangan
Tipe Dorsal
hiperkeratotik Crescentic Eksfoliatif Vesikuler Folikulopapuler erythemathous
>> forms
Manifestasi Klinis
GEJALA
- Simtomatik
- Pruritus
- Nyeri jika terdapat infeksi sekunder atau pecah-pecah.
PEMERIKSAAN FISIK:
- Hyperkeratosis dan bersisik pada lipatan palmar
- Fisura pada palmar
- Erythema
Diagnosis Banding
• Bila KOH & kultur (-)
– psoriasis, soft corns, koinfeksi dengan bakteri, kandidiasis, & eritrasma
• Tipe Hiperkeratosis :
– Psoriasis
– Keratoderma herediter / didapat
– Dishidrosis
– Pitiriasis rubra pilaris
– Sindroma Reiter
– Dermatitis kontak
Leukonikia trikofita
Keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan
adanya elemen jamur. Kelainan ini dihubungkan dengan Trichophyton
mentagrophytes sebagai penyebabnya.
Subungual proksimalis
Mulai dari pangkal kuku proksimal terutama menyerang kuku dan
membentuk gambaran klinis khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal
masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak.
DIAGNOSIS BANDING TATALAKSANA
• Psoriasis
• Eksema tangan
• Liken planus
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
- Pemeriksaan dengan KOH
- Biopsi kuku
- Kultur jamur
Pitiriasis Versikolor
Definisi
Infeksi kulit superfisialis kronik, disebabkan oleh ragi genus Malassezia,
umumnya tidak memberikan gejala subjektif, ditandai oleh area depigmentasi
atau diskolorasi berskuama halus, tersebar diskret atau konfluen, terutama
terdapat pada badan bagian atas.
Etiologi
Malassezia furfur
Epidemiologi
tidak terdapat perbedaan jenis kelamin.
Terutama daerah tropis. Lebih banyak pada remaja dan dewasa muda
Gejala Klinis
• Makula berbatas tegas, dapat hipopigmentasi, hiperpigmentasi,
dan kadang eritematosa, terdiri atas berbagai ukuran dan
berskuama halus (pitiriasiformis).
• Umumnya tidak disertai gejala subjektif, hanya berupa keluhan
kosmetik
• Pruritus tidak ada atau hanya pruritus ringan
Predileksi
Badan bagian atas, leher, perut, ekstremitas sisi proksimal.
Kadang pada wajah dan kulit kepala, dapat juga ditemukan pada
aksila, lipat paha, genitalia.
Patches of hypopigmentation
across the back caused by
tinea versicolor in a young
Latino man.
Pink scaly patches
caused by tinea
versicolor.
A. Lesi PV berupa patch berwarna pink pada dada
B. Lesi PV berupa macula hipopigmentasi
Tata Laksana
TOPIKAL Selenium sulfide 2,5% lotion, pada area terinfeksi 15-30 menit
Jika parah setiap hari selama 3-4 x/minggu
Ketoconazole 2% SS, 5 menit, selama tiga hari
Terbinafin 1% solution, 2x1, 7 hari
SISTEMIK
Untuk lesi luas atau jika sulit disembuhkan dapat digunakan terapi sistemik ketokonazol 200
mg/hari selama 10 hari.
Alternatif:
• Itrakonazol 200 mg/hari selama 7 hari atau 100 mg/hari selama 2 minggu
• Flukonazol 400 mg dosis tunggal6,13,14 (B,1) atau 300 mg/minggu selama 2-3 minggu.
Obat dihentikan bila pemeriksaan klinis, lampu Wood, dan pemeriksaan mikologis langsung
berturut-turut selang seminggu telah negatif.
Pada kasus kronik berulang terapi pemeliharaan dengan topikal tiap 1-2 minggu atau sistemik
ketokonazol 2x200 mg/hari sekali sebulan.
Edukasi
• Memberitahu pasien bahwa repigmentasi
memerlukan waktu yang lama bahkan sampai
setelah sembuh.
• Menjaga agar kulit tetap kering.
• Mengurangi aktivitas yang membuat keringat
berlebihan.
• Hindari penggunaan handuk atau pakaian
bersama dengan orang lain.
• Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan
menyerap keringat
KANDIDOSIS MUKOKUTAN
Kandidosis Mukokutan
DEFINISI
• Penyakit jamur yang dapat bersifat subakut
atau kronik disebabkan spesies Candida
albicans, dapat mengenai kulit, kuku, selaput
lendir, alat-alat dalam, dan dapat menjadi
penyakit sistemik
ETIOLOGI
Candida albicans saprofit
I. Kandidosis Oral
1. Thrush
– Biasanya mengenai bayi, pasien
terinfeksi HIV & AIDS.
– Pseudomembran putih, coklat muda,
kelabu yang menutupi lidah, palatum
molle, pipi bagian dalam, dan
permukaan rongga mulut lainnya
– Lesi dapat terpisah dan tampak seperti
bercak susu pada rongga mulut
– Bila pseudomembran terlepas dari
dasarnya tampak daerah yang basah
dan merah
2. Perleche
– Lesi berupa fissura pada sudut
mulut
– Lesi mengalami maserasi, erosi,
basah, dan dasarnya
eritemotous
– Faktor predisposisi: defisiensi
riboflavin dan kelainan gigi
Tata Laksana
Suspensi nystatin 400.000-600.000 unit, 4x1, atau
Clotrimazole troches 10mg, 5x1
Recurrent, diberi golongan azole
II. Kandidosis Kutis
A. Lokalisata
1. Kandidosis Intertriginosa
– Lesi di daerah lipatan kulit ketiak,
genitokrural, intergluteal, lipat payudara,
interdigital dan umbilikus, serta lipatan kulit
dinding perut
• Topikal
Krim imidazol (mikonazol 2%, klotrimazol 1%)
selama 14-28 hari.
Bedak nistatin atau mikonazol selanjutnya
dapat untuk pencegahan
• Sistemik
Flukonazol 50 mg/hari atau 150 mg/minggu.
Itrakonazol 100-200 mg/hari.6,9 (B,4)
b. Vulvovaginitis
• Tanpa penyulit
Topikal
Krim imidazol: mikonazol, klotrimazol, dan butoconazol,
selama 3-7 hari.
Nistatin intravagina, 1 kali/hari, selama 10-14 hari. Aman
untuk wanita hamil.
Sistemik
– Flukonazol 150 mg dosis tunggal
• Infeksi berat akut
Flukonazol 150 mg diberikan setiap 72 jam dengan total 2
hingga 3 dosis.
• Untuk kandidiasis vulvovaginal rekuren (kambuh ≥4x/tahun )
Flukonazol topikal atau oral selama 10-14 hari dilanjutkan
dengan flukonazol 150 mg/minggu selama 6 bulan
c. Balanitis atau balanopostitis
• Kandidosis vulvovaginitis
– Trikomonas vaginalis
– Gonore akut
Prognosis
• Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya
faktor predisposisi.
LESI ERITRO-SKUAMOSA
DERMATITIS SEBOROIK
DEFINISI
• Dermatitis seboroik (DS) adalah kelainan kulit
papuloskuamosa kronis yang umum dijumpai
pada anak dan dewasa. Penyakit ini ditemukan
pada area kulit yang memiliki banyak kelenjar
sebasea seperti wajah, kulit kepala, telinga,
tubuh bagian atas dan fleksura (inguinal,
inframammae, dan aksila).
KRITERIA DIAGNOSTIK
• Pada bayi biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan. Sering disebut
cradle cap. Keluhan utama biasanya berupa sisik kekuningan yang berminyak
dan umumnya tidak gatal.
• Pada anak dan dewasa, biasanya yang menjadi keluhan utama adalah
kemerahan dan sisik di kulit kepala, lipatan nasolabial, alis mata, area post
aurikula, dahi dan dada. Lesi lebih jarang ditemukan di area umbilikus,
interskapula, perineum dan anogenital. Area kulit yang kemerahan biasanya
gatal. Pasien juga dapat mengeluhkan ketombe (Pitiriasis sika). Keluhan dapat
memburuk jika terdapat stressor atau cuaca dingin
• Pada bayi, dapat ditemukan skuama kekuningan atau putih yang
berminyak dan tidak gatal. Skuama biasanya terbatas pada batas kulit
kepala (skalp) dan dapat pula ditemukan di belakang telinga dan area
alis mata. Lesi lebih jarang ditemukan di lipatan fleksura, area popok dan
wajah
• Pada anak dan dewasa dapat bervarias
Ketombe dengan skuama halus atau difus, tebal dan menempel
pada kulit kepala
Lesi eksematoid berupa plak eritematosa superfisial dengan skuama
terutama di kulit kepala, wajah dan tubuh
Di dada dapat pula menunjukkan lesi petaloid atau pitiriasiformis
Apabila terdapat di kelopak mata, dapat disertai dengan blefaritis.
Dapat meluas hingga menjadi eritroderma
PENATALAKSANAAN
Dewasa
• Pilihan pengobatan dapat berupa salah satu atau gabungan dari
terapi sebagai berikut (lihat bagan alur):
1. Daerah non-skalp
2. Daerah skalp
BAYI
1. Daerah non-skalp
2. Daerah skalp
Daerah non skalp (Dewasa)
RINGAN
• Antijamur topikal: krim ciclopirox 1%5-7 (B,1), krim ketokonazol
2%5,7 2 kali sehari selama 4 minggu.
• anti-inflammatory with antifungal properties/ AIAFp:
• krim piroctone olamine/alglycera/bisabolol 2 kali sehari
selama 4 minggu5,6,8
• Kortikosteroid topikal kelas I: krim atau salep hidrokortison 1% 2
kali sehari selama 4 minggu
• Inhibitor kalsineurin topikal: krim pimekrolimus 1%5-6,10-11
(A,1), salep takrolimus 0,1% 2 kali sehari selama 4 minggu
SEDANG/BERAT
• Kortikosteroid topikal kelas II: krim desonide 0,05%, salep aclometasone
0,05%5,6 2 kali sehari selama 4 minggu
• Antijamur sistemik
Itrakonazol 200mg/hari selama 1 minggu kemudian 200 mghari selama 2
hari/bulan selama 11 bulan.
Terbinafin 250mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau
250mg/hari selama 12 hari/bulan untuk 3 bulan (regimen intermitten)
URUTAN PILIHAN TERAPI
Lini pertama
• Ketokonazol topikal
• Kortikosteroid topikal potensi ringan-sedang
• AIAFp topikal
Lini kedua
• Lithium succinate/lithium gluconate topikal
• Krim ciclopirox
• Inhibitor kalsineurin topikal
Lini ketiga
• Terbinafin oral
• Itrakonazol oral
• Gel metronidazol
• Krim non steroid
• Terbinafin topikal
• Benzoil peroksida
• Fototerapi
Daerah skalp
RINGAN
• Antijamur topikal: sampo ciclopirox 1-5%, ketokonazol sampo 1-2%, foaming
gel 2%, hydrogel 20 mg/gel 2-3 kali/minggu
• AIAFp: sampo piroctone olamine/bisabolol/glychirretic acid/lactoferrin 2-3
kali/minggu
• Keratolitik:
Sampo asam salisilat 3% 2-3 kali/minggu5-6, sampo tar 1-2% 1-2 kali/minggu
• Bahan lainnya:
Sampo selenium sulfida 2,5% 2-3 kali/minggu
Sampo zinc pyrithione 1-2% 2-3 kali/minggu
• DEFINISI
– Kelainan kulit akut
– Diawali dengan timbulnya makula/plak soliter (1 lesi)
berwarna merah muda dengan Skuama halus.
– Kemudian beberapa hari – minggu timbul lesi serupa
dengan ukuran lebih kecil dibadan dan ektrimitas
proksimal yang tersusun sesuai lipatan kulit.
PITYRIASIS ROSEA
PITYRIASIS ROSEA
• KRITERIA DIAGNOSIS
• Usia : 10 – 35 tahun (banyak dialami perempuan)
• Gejala subjektif biasanya tidak ditemukan, tetapi dapat disertai,
• Gatal ringan - sedang
• Demam yang tidak terlalu tinggi
• Lemas badan
• Diawali Lesinya primer (makula) yang diikuti lesi sekunder (makula
yang berukuran lebih kecil)
• timbul Lesi sekunder bervariasi antara 2 hari – 2 bulan setelah lesi
primer, kadang – kadang primer sekunder bersamaan.
• Dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
PITYRIASIS ROSEA
• Distribusi :
– Primer : terletak dibagian badan yang tertutup baju, tetapi kadang ditemukan di
leher atau ekstrimitas proksimal (paha atas, atau lengan atas) dan lesi primer jarang
ditemukan di wajah, penis atau kulit kepala berambut. (regional)
– Sekunder : mengikuti langer lines sehingga pada punggung membentuk christmas –
tree pattern.
• Karakteristik lesi :
– Jumlah : soliter (akut), multiple (kronis)
– Dapat discrete (lesi terpisah jarak) atau confluence (dua atau lebih lesi menjadi
satu)
– Bentuk : lonjong atau bulat (primer dan sekunder)
– Ukuran :
• Lesi primer : umumnya berdiameter 2 – 4 cm
• Lesi sekunder : umumnya berdiameter lebih kecil dari lesi primer
– Batas : berbatas tegas
– Lesi primer memiliki karakteristik berupa makula sewarna kulit/merah
mudah/hiperpigmentasi pada bagian tengah lesi memililiki karakteristik skuama
halus, bagian dalam tepinya terdapat skuama yang lebih jelas membentuk skuama
kolaret (squama dipinggir)
PITYRIASIS ROSEA
• PROGNOSIS
• Quo ad vitam : ad bonam (tidak ada komplikasi serius)
• Quo ad functionam : ad bonam (lesi umumnya mengalami resolusi
spontan dalam waktu 4 – 10 minggu dan sebagian kecil bertaha hingga 3
bulan. Lesi hipopigemntasi dan hiperpigemntasi pasca inflamasi dapat
terjadi)
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam (dapat rekuren, tetapi jarang
terjadi)
TERIMA KASIH
100