Вы находитесь на странице: 1из 29

Geothermal

Power From The Depth


History
SEJARAH GEOTHERMAL

Geothermal di bumi ini telah ada sejak zaman Paleolithikum. Saat itu manusia
telah menggunakan energi ini untuk mandi air panas berbentuk sebuah kolam batu di
Gunung Lisan Cina dibangun pada Dinasti Qin pada abad ke-3 SM, di situs yang sama
dimana istana Huaqing Chi kemudian dibangun. Pada abad pertama Masehi, Roma
menaklukkan Aquae sulis, yang sekarang adalah Bath, Somerset, Inggris, dan
memanfaatkan sumber air panas tersebut untuk pemandian umum dan pemanasan
ruangan (Pawawoi, 2013). Pemanfaatan industri awal dimulai pada 1827 dengan
menggunakan uap air panas untuk mengekstrak asam borat dari lumpur gunung berapi di
Larderello, Italia.
Pada abad ke-20 permintaan listrik yang mendesak menyebabkan
pertimbangan listrik tenaga panas bumi sebagai sumber pembangkit.
Pangeran Conti Pierro Ginori seorang Pangeran sekaligus pengusaha dan
politikus dari Trevignano, Italia bekerja sama dengan Larderello menguji
generator listrik pertama panas bumi pada tanggal 4 Juli 1904 dengan
mengekstrasi asam panas bumi. Hal ini berhasil menyalakan empat bola
lampu. Kemudian, pada tahun 1911, pembangkit listrik komersial pertama
di dunia dibangun. Pada saat itu, Lord Kelvin seorang matematikawan
sekaligus fisikawan sudah menemukan pompa panas tahun 1852, dan
Heinrich Zoelly ilmuwan dari Meksiko-Swiss telah mematenkan ide
menggunakannya untuk menarik panas dari tanah pada tahun 1912.
Kemudian pada tahun 1918 pengembangan geothermal untuk pembangkit
listrik yang merupakan awal pengusahaan panas bumi di dunia, yaitu di
Larnderello, Italia.
Rumah seorang mantri dari Dinas Vulkanologi di Kawah Kamojang
sebelum Perang Dunia II.
Awal mula masuknya geothermal ke tanah air ini adalah saat masa penjajahan
Belanda. Ide awal eksplorasi panas bumi di Kamojang, Jawa Barat dicetuskan oleh
seorang ilmuwan dari Belanda yang bernama J.B. van Dijk pada tahun 1918. Dia
terinspirasi dari proyek geothermal yang baru dilakukan untuk menghasilkan tenaga listrik
di Italia. Akan tetapi, usulan tersebut tidak langsung dilaksanakan, karena banyak kendala
dan pertimbangan dari pemerintah Hindia Belanda.
pada tahun 1925 ide untuk mengeksplorasi sumber panas bumi di Kamojang
dicetuskan kembali oleh N.J.M. Taverne (De Mijningenieur, Jg. 6, 1925) setelah melihat
hasil-hasil yang nyata pemanfaatan panas bumi yang dikembangkan di Italia dan di
California. Akhirnya Pemerintah kolonial Belanda menyetujui usulan tersebut, pada tahun
1926-1928 dilakukan pengeboran di 5 titik lokasi eksplorasi panas bumi di Kamojang.
Pemboran tersebut merupakan yang pertama dilakukan oleh perusahaan swasta milik
Pemerintah kolonial Belanda The Netherland East Indies Vulcanologycal Survey di
Indonesia (Asosiasi Panas bumi Indonesia, 2004). Dari ke-5 titik pengebotan tersebut
hanya ada satu yang dapat dimanfaatkan, yaitu pada sumur KMJ-3 yang menghasilkan uap
kering dengan suhu 140° C dan tekanan 2,5 atmosfer (atm).
Pada pertengahan tahun 1928 perusahaan tersebut berhenti melakukan
pengeboran karena pada saat itu pemerintah Belanda sedang terkena krisis
ekonomi yang diakibatkan perang dan korupsi. Saat itu merupakan masa-masa
adaptasi setelah berakhirnya Perang Dunia I. Penelitian mengenai geothermal pun
dilanjutkan kembali pada tahun 1971. Pemerintah Republik Indonesia dengan
Pemerintah Selandia Baru mengadakan proyek kerjasama penelitian studi
kelayakan potensi panas bumi di Indonesia. Kerjasama tersebut terbentuk karena
beberapa tahun sebelumnya Selandia Baru menjadi penghasil listrik tenaga panas
bumi terbesar kedua setelah Pembangkit Wairakei dioperasikan, setelah itu
Selandia Baru mengirim utusan Geothermal Energy Ltd (GENZL) untuk
mengunjungi beberapa lapangan panas bumi di Indonesia yang sebelumnya telah
diamati dan diselidiki. Hasilnya adalah bentuk kerjasama yang tertuang
dalamColombo Plan Technical Aidprogram yang di lakukan oleh Selandia
Baru Geothermal Project danGeological survey of Indonesia (GSI).
Kegiatan eksplorasi panas bumi di Indonesia baru dilakukan secara luas
pada tahun 1972. Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan Pemerintah
Perancis dan Selandia Baru melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah
Indonesia. Dari hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek
panas bumi, yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera, terus
ke Pulau Jawa, Bali, Nusatenggara dan kemudian membelok ke arah utara melalui
Maluku dan Sulawesi. Survey yang dilakukan selanjutnya telah berhasil menemukan
beberapa daerah prospek baru sehingga jumlahnya meningkat menjadi 256 prospek,
yaitu 84 prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21
prospek di Nusatenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di
Kalimantan. Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim
hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225° C), hanya beberapa
diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150‐225° C).
Seiring dengan perkembangan penelitian panas bumi
maka pemerintah menunjuk Pertamina untuk melakukan
eksploitasi dan eksplorasi panas bumi. Dalam hal ini Pertamina
membentuk Divisi Geothermal berdasarkan Keputusan Presiden
(Kepres) no. 6 tanggal 20 Maret 1974. Salah satu daerah
penelitiannya adalah kawasan panas bumi Kamojang. Tidak
hanya mengirimkan para ahli geothermal saja, pemerintah
Selandia Baru pun memberikan dana yang diperlukan untuk
melakukan eksplorasi ini. Kerjasama Pemerintah Indonesia
dengan Selandia Baru selesai, maka penelitian dan
pengembangan potensi panas bumi di Kamojang dilakukan oleh
Pertamina, hinggah saat ini.
Lapangan Panas Bumi Kamojang
Basic of Geothermal Energy
Kerak Bumi adalah sumber energi yang berlimpah - dan bahan bakar fosil
hanyalah sebagian dari cerita. Panas atau energi panas adalah sumber daya
yang jauh lebih banyak.

Dalam perspektif, energi Panas pada enam mil dari kerak bumi jumlahnya 50.000
kali energi sumber daya minyak dan gas di dunia!
The origin of earth heat
Aliran panas bumi ke permukaan 80% diakibatkan oleh konveksi
mantel melalui konduksi
hanya sekitar 1% akibat dari aktivitas vulkanik
Sisanya berasal dari kerak bumi sendiri

Datang dari dua sumber utama :

radiogenic heat : panas yang diasilkan dari peluruhan


radioaktif

primordial heat :sisa panas dari pembentukan bumi


Temperature Gradient
laju peningkatan suhu dengan kedalaman di bumi
Heat Flow or The transport of heat

modified after Chapman, 1986)


Geothermal System and Resource
Sumber daya geotermal dapat dengan mudah didefinisikan sebagai reservoir di
dalam Bumi dari panas yang dapat diekstraksi secara ekonomis (biaya yang lebih
murah daripada atau setara dengan sumber energi konvensional lainnya seperti
tenaga hidroelektrik atau bahan bakar fosil) dan dimanfaatkan untuk
menghasilkan tenaga listrik atau aplikasi industri, pertanian atau domestik lainnya
yang sesuai dalam waktu dekat.

reservoir panas bumi dapat menampung panas :

batuan padat

cairan yang mengisi celah dan pori atau ruang-ruang di dalam batuan.
Perkiraan sumber daya panas bumi dibuat berdasarkan data geologi dan
geofisika seperti

(i) kedalaman, ketebalan dan tingkat/jangkauan akuifer geotermal,

(ii) sifat formasi batuan,

(iii) salinitas dan geokimia dari fluid pada akuifer

(iv) suhu, porositas dan permeabilitas formasi batuan

(Rummel dan Kappelmeyer, 1993).


TYPES OF GEOTHERMAL SYSTEMS

Persyaratan paling mendasar untuk suatu sistem geotermal dikatakan ada

1. sumber panas yang besar,


2. sebuah reservoir untuk mengakumulasi panas
3. penghalang untuk menahan akumulasi panas.
Ada serangkaian kondisi geologi yang dapat menghasilkan berbagai sistem geo-
thermal. konsekuensinya, semua bidang geotermal berbeda satu sama lain.
Namun, tergantung pada karakteristik umum tertentu, ini secara luas dapat
diklasifikasikan ke dalam kategori berikut:

(1)Hydrorthermal

Satu Fasa : Vapor-dominated atau liquid-dominated

Dua Fasa : Campuran

(2) geopressured

(3) hot dry rock (HDR)

(4) magma.
Geothermal Power Plant
Hydrothermal dan permeable

For our needs, we converted to electricity


Application
Aplikasi geotermal secara langsung (direct) :

People has been used

Heat pump Greenhouses, Fish Farms (aquaculture), farming, Resort, Spa,


industrial use

pabrik gula aren masarang


Konstribusi Geotrmal

4% dari Total Penggunaan Energi Dunia


Geothermal Energy In Indonesia
A Clear Advantage

As a renewable enrgy

Geothermal energy
delivers some power-
environmental and
economic benefits

Make it as one of the


hottest technologies on
the energy horizon
Challange and Issue

Enhanced Plant construction


geothermal systems can adversely affect
can trigger land stability
earthquakes as part
of hydraulic
fracturing. capital costs tend
to be high
Other Enviromental
Issue
reference
https://energyeducation.ca/encyclopedia/Geothermal_gradient

https://geothermalenergyosu.weebly.com/different-types-of-geothermal-
energy.html

https://blogs.agu.org/martianchronicles/2013/01/24/where-does-earth-get-its-heat/

http://nzgeothermal.org.nz/emissions/

https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/energi-panas-
bumi/item268?

Вам также может понравиться