Вы находитесь на странице: 1из 20

Kelompok 4 :

Fuad Hasan (150221100015)


Agustina Saputri (150221100016)
Naufal Hidayatullah (150221100017)
Shouma Irani (150221100018)
Auditing adalah proses pengumpulan, dan pengevaluasian bahan
bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan
independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi dimaksud dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan.
Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan
kompeten. Maka dari definii diatas dapat disimpulkan bahwa ada
tiga hal penting dalam auditing yaitu:

a. seorang auditor harus independen


b. auditor bekerja untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti
yang dapat digunakan untuk mendukung pendapatnya.
c. hasil pekerjaan auditor adalah laporan audit yang merupakan hasil
yang harus disampaikan auditor kepada pengguna laporan keuangan
Menurut Mulyadi dan Kanaka : 1998 bukti audit dapat diartikan
sebagai segala informasi yang mendukung angka-angka atau
informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan
pendapatnya.
Menurut Munawir, 1996 dalam Buku Danang Sunyanto Auditing
Pemerikasaan Akuntansi : 60 menyatakan bahwa dalam penugasan
umum, objek auditing adalah laporan keuangan, namun karena
laporan keuangan merupakan hasil dari prosesakuntansi, maka untuk
menentukan kewajaran laporan keuangan tersebut auditor harus
menguji catatan akuntansinya.
Tujuan auditor melakukan pengujianterhadap catatan akuntansi dan
prosedur audit lain adalah untuik memperoleh bukti bahwa :
1. Transaksi-transaksi telah dianalisis dan di catat dengan benar
2. Adanya ketelitian perjitungan dalam catatan tersebut
3. Pekerjaan peringkasan akun-akun dan penyajian laporan telah
dilakukan secara teliti dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum
4. Aktiva yang dicantumkan dalam neraca benar-benar ada dan
dimiliki oleh klien yang di buktikan dengan prosedur inspeksi
dan observasi terhadap fisik aktiva yang bersangkutan
5. Semua utang atau kewajiban lainnya telah seluruhnya disajikan
pada neraca
6. Semua aktiva dan utang telah dinilai dengan benar, pendapatan
dan biaya telah dialokasikan dengan benar.
Menurut Arens dan Lobecke, 1992 keputusan
auditor mengenai pengumpulan bukti
pendukung dapat dipisahkan menjadi empat
golongang, yaitu sebgai berikut :
1. Prosedur Audit
2. Ukuran Sample
3. Item-item yang dipilih
4. Pengaturan Waktu
Berikut adalah beberapa sumber bukti audit :
1. Bukti audit yang berasal dari data akuntansi meliputi :
- Buku pencatatan pertama kali (jurnal)
- Buku besar pembantu
- Pedoman akuntansi yang terkait
- Informasi dan catatan memorandum seperti kertas kerja,
perhitungan-perhitungan, dan rekonsiliasi
2. Bukti pendukung lainnya :
- Dokumen-dokumen seperti cek, faktur, perjanjian,notulen
rapat dan sebagainya
- Konfirmasi dan pernyataan tertulis lainnya
- Informai dari wawancara, observasi, inspeksi dan
pemeriksaan fisik
- Informasi lain yang diperoleh atau dikembangkan auditor
Faktor materialitas dan
risiko
Dalam menentukan
jumlah bukti yang cukup,
auditor perlu
mempertimbangkan 2
faktor, yaitu :
Faktor ekonomis dan
efisiensi
 Berkaitan dengan reabilitas bukti, bukti audit
dikatan tepat jika dapat diandalakan, dapat
dipercaya, atau layak untuk dipercaya.
 Dalam buku Elder, Beasley, dan Arens, 2008
menyebutkan secara umum kendala bukti audit
sangat bergantung pada :
1. Indepensi penyedia bukti
2. Efektivitas penegendalian internal kien
3. Perolehan secara langsung oleh auditor
4. Kualifikasi penyedia informasi dan juga auditor
5. Objektivitas
6. Ketepatan waktu
Macam-macam
bukti audit

Sistem
Catatan
Pengawasan
Akuntansi
Intern

Bukti
Bukti Fisik
Dokumenter
 Menurut Arens dan Loebbecke (1992) terdapat
tujuh kategori macam-macam bukti audit,
yaitu :
1. Pemeriksaan Fisik
2. Konfirmasi
3. Dokumentasi
4. Observasi
5. Pertanyaan terhadap Klien
6. Ketepatan Mekanis
7. Prosedur Analitis
 Sebagai seorang auditor harus bersikap
profesional dalam menilai kompetensi bukti
audit dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Kemampuan pemberi bukti
2. Kepercayaan auditor terhadap bukti audit
perusahaan
3. Bukti audit yang diperoleh oleh auditor
4. Integritas manajemen
5. Kondisi keuangan klien
Compouter
Assisted Audit
Techniques Pengamatan
Inspeksi

Permintaan
Scanning
Keterangan

Prosedur
Audit
Penghitungan Konfirmasi

Pemeriksaan
Bukti Penelusuran
Pendukung
Pelaksanaan
Ulang
(reperforming)
Menurut standar auditing dokumentasi audit adalah catatan utama
tentang prosedur audit yang diterapkan, bukti yang diperoleh, dan
kesimpulan yang dihasilkan auditor dalam melaksanakan penugasan.
Tujuan dokumentasi audit adalah secara keseluruahan Untuk
membantu auditor dalm memberikan kepastian yang layak bahwa
audit yang memadai telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit.
Secara sepesifik dokumentasi audit merupakan (messier, Glover, dan
prawitt):
1. Dasar bagi perencanaan audit berikutnya
2. Catatan mengenai bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian
3. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat
4. Dasar bagi penelaahan oleh supervison dan partner
Istilah dan definisi Contoh Prosedur Audit Jenis-jenis Bukti
Memeriksa (Studi yang Memeriksa sampel Dokumentasi
cukup terinci mengenai faktur penjualan untuk
dokumenatau catatan menetapkan apakah
untuk menetapkan barang atau jasa yang
bukti- bukti khusus diterima cukup wajar
mengenai dokumen dan contoh dari jenis
tersebut yang biasa digunakan
dalam bidang usaha
klien
Menurut(pemeriksaan Mengurut( buku harian) prosedur analisis
yang tidak begitu terinci jurnal penjualan, sambal
atas dokumen atau mencari transaksi-
catatan untuk transaksi besar dantidak
memutuskan apakah ada umum
sesuatu yang tidak
umum yang mewajibkan
diadakannya
penyelidikan lebih
 Pengertian Materialitas
Materialitas meerupakan pertimbangan utama dalam menentukan
laporan audit yang tepat untuk diterbitkan. Financial Accounting
Standar Board (FASB) mendefinisikan materialitas yaitu besarnya
nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat
dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan
atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang peletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, Karena adanya
penghilangan atau salah saji tersebut.
 Pentingnya konsep materialitas
Dari definisi materialitas diatas mengharuskan auditor
mempertimbangkan yaitu: 1). Keadaan yang berkaitan dengan entitas
dan 2). Kebutuhan informasi pihak yang meletakkan kepercayaan
atas laparan keuangan audit.
 Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah
yang disajikan dalam laporan keuangan beserta
pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan dan
dikomilasi.
 Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa iya telah
mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk memberikan penddapat atas laporan keuangan
auditan.
 Auditor dapat memberikan keyakinan dalam bentuk pendapat
atau memberikan informasi dalam hal terdapat pengecualian
bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara
wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan
ketidak beresan.
SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah
saji gabungan dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap
material pada awal audit ketika sedang mengembangkan strategi
audit secara keseluruhan. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam
melakukan pertimbangan awal tentang materialitas pada setiap
tingkat dijelaskan berikut ini :

1. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan


2. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Sebagian besar alokasi materialitas pada pos-pos
neraca karena neraca memiliki lebih sedikit
komponen. Kesulitan materialitas pada akun
neraca :
1. Anggapan bahwa akun tertentu lebih banyak
kekeliruan daripada yang lain.
2. Perlunya mempertimbangkan apakah
kekeliruan tsb. lebih saji atau kurang saji.
3. Biaya audit relatif dari prosedur audit yang
mempengaruhi alokasi untuk tiap akun sulit
diramalkan.
jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat
materialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit
yang di kumpulkan. Jika auditor mempertahankan tingkat
materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang
dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat. Jika auditor
menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat
menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan
jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu
tingkat materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan
tingkat materialitas secara bersama-sama

Вам также может понравиться