2. Mareta Ika R. (P1337420717009) 3. Dwi Kusno S. (P1337420717015) 4. Hevin Nova R. (P1337420717021) 5. Asyifa Ridha A. (P1337420717029) 6. Itsnaini Wahyu P. D.(P1337420717040) Definisi Apendisitis Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering1. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan. Apendiks adalah ujung seperti jari – jari kecil panjangnya kira – kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katub ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi atau apendisitis ( Smeltzer & Bare, 2001 ). Apendisitis adalah peradangan apendiks yang relative sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendiks oleh tinja ( Corwin, 2001 ). Apendisitis merupakan suatu peradangan pada apendiks yang disebabkan oleh lumen seperti fekalit, tumor apendik dan cacing askaris. ( Jamsuhidajat dan Win De Jong, 2002 ). Apendiktomi adalah pengangkatan apendiks terinflamasi, dengan menggunakan pendekatan endoskopi. ( Doengoes, 2001 ). Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan peforasi. ( Smeltzer & Bare, 2002 ). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa apendisitis adalah peradangan pada apendiks ( ujung jari – jari yang melekat pada sekum tepat di bawah katub ileosekal ) yang disebabkan oleh bakteri, sumbatan lumen seperti fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris. Sedangkan apendiktomi adalah suatu tindakan pembedahan atau pemotongan organ bagian apendiks. Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel lymfoid, fecalid, benda asing , striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.( Mansjoer , 2000 : 307 ). Inflamasi akut pada kudran kanan bawah dari rongga abdomen, fekalit ( masa keras dari feses ), tumor, atau benda asing. ( Smeltzer,2002:1097). Penyebabnya belum diketahui dengan pasti,para ahli menduga timbulnya apendiksitis ada hubungannya dengan cara hidup seseorang, biasanya makan dan hidup yang takteratur dengan kerja badaniah yang keras, orang kota lebih banyak terserang apendiksitis daripada oranng desa dan orang barat lebih banyak daripada orang asia,kuman yang sering ditemukan dalam apendiks yang meradang adalah Escherichia coli dan Streptococcus (Oswari E 1993). Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007). Klasifikasi apendisitis terbagi atas 4 yakni : Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua. Pada kasus apendiksitis akut klasik, gejala awal adalah nyeri atau rasa tidak enak di sekitar umbilikus. Gejala ini umunya berlangsung lebih dari satu atau dua hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dengan disertai oleh anoreksia, mual, dan muntah. Dapat juga terjadi nyeri tekan di sekitar titik Mc Burney. Kemudian, dapat timbul spasme otot dan nyeri tekan lepas. Biasanya ditemukan demam ringan dan leukositosis sedang (Price, Sylvia Anderson, 2006). Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas (hasil atau intensifikasi nyeri bila tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai. a. Tanda awal Nyeri mulai di episgastrium atau regiomilikus disertai mual dan anoreksia. b. Nyeri rangsang peritonium tidak langsung Nyeri rangsang peritonium tidak langsung meliputi nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing), nyeri tekanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg), nyeri tekanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam berjalan, batuk, atau mengedan. (Brunner dan Suddarth, 2002). Apendiktomi biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendiktomi akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendiktomi supuratif akut. Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendiktomi ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional disebut apendiktomi perforasi. Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis. Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah. Penatalaksanaan pasien dengan apendisitis akut meliputi terapi medis dan terapi bedah. Terapi medis terutama diberikan pada pasien yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah, dimana pada pasien diberikan antibiotik. Namun sebuah penelitian prospektif menemukan bahwa dapat terjadi apendisitis rekuren dalam beberapa bulan kemudian pada pasien yang diberi terapi medis saja. Selain itu terapi medis juga berguna pada pasien apendisitis yang mempunyai risiko operasi yang tinggi. Namun pada kasus apendisitis perforasi, terapi medis diberikan sebagai terapi awal berupa antibiotik dan drainase melalui CT-scan pada absesnya. The Surgical Infection Society menganjurkan pemberian antibiotik profilaks sebelum pembedahan dengan menggunakan antibiotik spektrum luas kurang dari 24 jam untuk apendisitis non perforasi dan kurang dari 5 jam untuk apendisitis perforasi. Penggantian cairan dan elektrolit, mengontrol sepsis, antibiotik sistemik adalah pengobatan pertama yang utama pada peritonitis difus termasuk akibat apendisitis dengan perforasi. Cairan intravena : Cairan yang secara massive ke rongga peritonium harus di ganti segera dengan cairan intravena, jika terbukti terjadi toxix sistemik, atau pasien tua atau kesehatan yang buruk harus dipasang pengukur tekanan vena central. Balance cairan harus diperhatikan. Cairan atau berupa ringer laktat harus di infus secara cepat untuk mengkoreksi hipovolemia dan mengembalikan tekanan darah serta pengeluaran urin pada level yang baik. Darah di berikan bila mengalami anemia dan atau dengan perdarahan secara bersamaan. Pemberian antibiotik intraven diberikan untuk antisipasi bakteri patogen, antibiotik initial diberikan termasuk gegerasi ke 3 cephalosporins, ampicillin– sulbaktam, dll, dan metronidazol atau klindanisin untuk kuman anaerob. Pemberian antibiotik postops harus di ubeah berdasarkan kulture dan sensitivitas. Antibiotik tetap diberikan sampai pasien tidak demam dengan normal leukosit. Setelah memperbaiki keadaan umum dengan infus, antibiotik serta pemasangan pipa nasogastrik perlu di lakukan pembedahan sebagai terapi definitif dari appendisitis perforasi. Perlu dilakukan insisi yang panjang supaya mudah dilakukan pencucian rongga peritonium untuk mengangkat material seperti darah, fibrin serta dilusi dari bakteria. Pencucian cukup dengan larutan kristaloid isotonis yang hangat, penambahan antiseptik dan antibiotik untuk irigasi cenderung tidak berguna bahkan malah berbahaya karena menimbulkan adhesive (misal tetrasiklin atau provine iodine), anti biotik yang diberikan secara parenteral dapat mencapai rongga peritonium dalam kadar bakterisid. Laparoskopik apendiktomi mulai diperkenalkan pada tahun 1987, dan telah sukses dilakukan pada 90-94% kasus apendisitis dan 90% kasus apendisitis perforasi. Saat ini laparoskopik apendiktomi lebih disukai. Prosedurnya, port placement terdiri dari pertama menempatkan port kamera di daerah umbilikus, kemudian melihat langsung ke dalam melalui 2 buah port yang berukuran 5 mm. Ada beberapa pilihan operasi, pertama apakah 1 port diletakkan di kuadran kanan bawah dan yang lainnya di kuadran kiri bawah atau keduanya diletakkan di kuadran kiri bawah. Sekum dan apendiks kemudian dipindahkan dari lateral ke medial. Berbagai macam metode tersedia untuk pengangkatan apendiks, seperti dectrocauter, endoloops, stapling devices. Mengenai pemilihan metode tergantung pada ahli bedahnya. Apendiks kemudian diangkat dari abdomen menggunakan sebuah endobag. Laparoskopik apendiktomi mempunyai beberapa keuntungan antara lain bekas operasinya lebih bagus dari segi kosmetik dan mengurangi infeksi pascabedah. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa laparoskopik apendiktomi juga mempersingkat masa rawatan di rumah sakit. Kerugian laparoskopik apendiktomi antara lain mahal dari segi biaya dan juga pengerjaannya yang lebih lama, sekitar 20 menit lebih lama dari apendiktomi terbuka. Namun lama pengerjaanya dapat dipersingkat dengan peningkatan pengalaman. Kontraindikasi laparoskopik apendiktomi adalah pada pasien dengan perlengketan intra-abdomen yang signifikan. Hari / Tanggal : Senin, 5 Februari 2018 RSU /Ruang / Kelas : RSUD Temanggung / Anggrek / VIP. No Register : 1001 Nama : Tn. D Umur : 60 tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Status : Menikah Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Alamat :Bakalan, Wonokerso, Tembarak, Temanggung Nama : Ny. P Umur : 56 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Status : Menikah Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat :Bakalan, Wonokerso, Tembarak, Temanggung Hubungan dengan klien : Istri Keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada luka post operasi . Alasan pasien masuk rumah sakit: karena keluarga sudah tidak dapat mengatasi rasa nyeri yang dialami klien. Riwayat kesehatan sekarang : klien datang ke UGD RSUD Temanggung pada tanggal 05 Februari 2018 pukul 15.30 WIB dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu seperti tertusuk tusuk dengan skala 8, nyeri bertambah sakit saat berjalan. Keluhan yang dirasakan sekarang nyeri luka post operasi. Pasien di operasi tanggal 06 Februari 2018 pukul 08.00-09.30 WIB, operasi laparatomi dengan anastesi spinal. Saat dikaji klien mengeluh nyeri luka post operasi pada perut kanan bawah seperti tertusuk tusuk dan nyerinya terus menerus dengan skala 6. Klien mengatakan mual, muntah 1x dan tidak mengalami pusing. Penyakit yang pernah di derita : - Riwayat alergi :- Kebiasaan merokok :klien kadang- kadang merokok Minuman keras/ narkoba :- Riwayat kesehatan keluarga :di dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit menular seperti TBC dan hepatitis. Riwayat sosial :pekerjaan klien yaitu wiraswasta A. POLA MANAJEMEN KESEHATAN DAN PERSEPSI KESEHATAN Arti sehat dan sakit bagi pasien :
Arti sehat menurut klien adalah kondisi dimana
bahwa dirinya tidak merasakan kesakitan baik secara rohani ataupun jasmaninya dan ia merasakan kenyamanan dan tidak ada tekanan apapun. Sedangkan arti sakit menurut pasien adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial. Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini : klien merasakan sakit pada perut bagian bawah dan kemudian memeriksakan dirinya ke RSUD Temanggung. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan: sebelum dibawa ke RSUD Temanggung klien mencoba untuk mengompres perut bagian bawah dengan menggunakan air hangat B. POLA METABOLIK – NUTRISI Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan : klien terlalu banyak memakan sambal dan terlalu banyak memakan buah jambu biji. Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan : pola makan selama 3 hari terakhir klien memakan makanan dengan terlalu pedas, porsi yang dihabiskan dalam sehari bisa mencapai 5x, dan klien sangat menyukai makanan yang pedas sehingga tidak bisa mengontrol nafsu makannya. Setelah dia merasakan sakit pada perut pada bagian bawah, nafsu makan klien menurun. Kepuasan akan berat badan : berat badan klien yang tadinya 60 kg menurun menjadi 57 kg dalam waktu 2 hari terakhir sehingga klien merasa tidak puas dan sedih. Faktor pencernaan : klien merasakan nafsu makan menurun, bahkan mual dan muntah 1x pada pukul 15.00 WIB . Klien juga merasa perutnya kembung dan sulit buang angin. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan ( berat badan saat ini dan SMRS ) : berat badan klien menurun yaitu 57 kg. Pengobatan / tindakan yang berkaitan: pasien telah mencoba untuk melakukan kompres hangat pada perutnya bagian bawah. C. POLA ELIMINASI Kebiasaan pola buang air kecil : klien terpasang catteter, BAK kurang lebih 150ml pada pukul 16.30 WIB, berwarna kuning jernih. Kebiasaan pola buang air besar : klien belum buang air besar. Kemampuan perawatan mandiri : karena klien telah dipasang catteter sehingga klien tidak perlu ke kamar mandi sedangkan kebersihan diri klien dilakukan dengan perawat dan keluarga klien membantu klien membersihkan diri dengan menggunakan washlap. D. POLA AKTIVITAS – LATIHAN Kemampuan untuk melawan diri sendiri : untuk berpakaian, makan dll klien membutuhkan bantuan dari perawat dan keluarga klien. Data pemeriksaan fisik :
Kaji pernafasan : klien tidak mengeluh sesak
nafas, ekspansi dada simetris, tidak ada sumbatan jalan nafas, RR 24x/ menit. E. POLA ISTIRAHAT – TIDUR Kebiasaan tidur sehari-hari : klien mengatakan sebelum dilakukan operasi beberapa kali terbangun di malam hari karena merasakan nyeri pada perut bagian bawahnya. Kemudian, setelah dilakukan operasi klien mengatakan nyeri pada bagian post operasi dengan panjang kurang lebih 12 cm dan tampak meringis kesakitan menahan nyeri tersebut. Penggunaan alat mempermudah tidur: klien mengatakan setelah meminum obat dapat tidur dengan nyenyak. F. POLA PERSEPSI – KOGNITIF Data pemeriksaan fisik yang berhubungan
Kaji neurologis : refleksi pupil isokor. kaki
dapat di gerakkan. G. POLA KONSEP DIRI – PERSEPSI DIRI Ancaman terhadap konsep diri: klien mengatakan selama Tn.D dirawat di rumah sakit, peran sebagai kepala keluarga digantikan oleh anak laki-lakinya yang paling tua. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan: klien tetap mau berinteraksi dengan masyarakat sekitar untuk mengalihkan rasa sakitnya. H. POLA HUBUNGAN – PERAN Pentingnya keluarga: klien mengatakan bahwa peran keluarga sangatlah penting bagi dirinya, karena keluarga adalah orang-orang yang selalu ada dikala senang maupun sedih dan sehat maupun sakit. Struktur dan dukungan keluarga: klien mengatakan bahwa keluarga selalu memberi motivasi dan dukungan agar klien dapat cepat sembuh. I. POLA REPRODUKSI - SEKSUALITAS Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi: klien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi berupa kondom. Masalah atau perhatian seksual: klien tidak memiliki masalah seksualitas. J. POLA TOLERANSI TERHADAP STRES- KOPING Sifat pencetus stres yang dirasakan baru-baru ini: klien mengatakan stres memikirkan biaya kesehatan rumah sakit. Strategi mengatasi stres yang biasa di gunakan dan keefektifannya: klien mengatakan mengatasi stres dengan cara menonton acara televisi yang dapat menghiburnya. K. POLA KEYAKINAN-NILAI Latar belakang budaya atau etnik: klien berasal dari keluarga yang religius. Pentingnya agama atau spiritualitas: klien mengatakan bahwa dari kecil sudah ditanamkan nilai-nilai keagamaan sehingga klien menjadi pribadi yang taat dalam beragama. a. Kesadaran : compos mentis b. Keadaan umum : sedang c. TTV : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36oC
Nadi : 84x /menit
RR : 24x /menit d. Pemeriksaan Kepala Bagian Keadaan
Kepala Mesochepal, rambut bersih, tidak ada lesi, rambut hitam.
Mata Isokor, pandangan tidak kabur, conjungtiva anemis, sklera
tidak terdapat irterik.
Telinga Bersih, tidak ada serumen
Hidung Bersih, tidak ada polip
Mulut Gigi bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis.
Leher Tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
e. Pemeriksaan Dada
Pemeriksaan Paru – paru Jantung
Inspeksi Simetris, Ictus cordis tidak pengembangan paru tampak kanan dan kiri sama Palpasi Tidak ada nyeri tekan, Ictus cordis tidak tidak ada benjolan, teraba vocal fremitus sama
Perkusi Sonor Redup
Auskultasi Vesikuler Reguler f. Abdomen Inspeksi : ada luka insisi diabdomen ( bawah umbilikus), panjang kurang lebih 12cm, terpasang drain dengan produk 10cc. Auskultasi : bising usus 8x/ menit
Palpasi : nyeri tekan abdomen,
tidak ada distensi kandung kemih. Perkusi : tympani. g. Ekstremitas Superior : terpasang infus RL 20 tpm ditangan kiri. Inferior : tidak ada edema dan luka. h. Genetalia Bagian genetalia klien bersih, dan terpasang catteter urine i. Antropometri BB : 57kg TB :167cm