12.052 PENGERTIAN... Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa rangsang ensternal yang nyata ( Barbara, 1997 ). Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik (Carpenito, 1996). Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya ransangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001). JENIS-JRNIS HALUSINASI 1. Halusinasi Pendengaran 2. Halusinasi Penglihatan 3. Halusinasi Penghidung 4. Halusinasi Perabaan 5. Halusinasi Pengecap FAKTOR PRESIPITASI Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman / tuntutan yang memerlukan energi : ekstra untuk partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komuniksi, objek yang ada di lingkungan juga suasana sepi / isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Faktor perkembangan Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersional terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan. 2. Faktor Sosiokultular Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan. 3. Faktor biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffenon. 4. Faktor psikologis Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas. 5. Faktor genetik Gen apa yang berpengaruh dalam skizofren belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini Manifestasi Klinis 1. Tahap I - Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai - Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara - Gerakan mata yang cepat - Respon verbal yang lambat - Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikan. 2. Tahap II - Paningkatan system saraf otonom yang menunjukan ansietas, - Penyempitan kemampuan konsentrasi - Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas. 3. Tahap III - Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasimya daripada menolaknya - Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
- Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
- Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk. 4. Tahap IV - Perilaku menyerang teror seperti panic
- Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain..
- Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
- Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
Penatalaksanaan 1. Psikoterapi - Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) - Bimbing Pasien Mengungkapkan Perasaannya - Bantu dan bimning pasien menemukan cara menyelesaikan masalah ( keping ) yang konstruktif - Pendidikan Kesehatan - Kegiatan Hidup sehari – hari (ADL ) 2. Terapi Obat Halusinasi yang diduga dapat di atasi secara mudah dan cepat ( misalnya, halusinosis, halusinogenik atau timbul karena dukerta atau bergabung ) dapat diobati dengan benzodiazapin dan keduanya dapat mengatasi secara cepat gangguan perilakunya. Antidepresiva, litium (eskalith, priadel, teralitha ) dan antikonvulsiva biasanya tidak diberikan dalam UGD tetapi harus diberikan bila klien sebelumnya memang sudah menggunakan obat tersebut, karena khasiatnya baru timbul setelah penggunaan beberapa saat minimal 2 – 3 minggu dan sesuai dengan kepatuhannya. Psikopatologi Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor – faktor psikologik, fisiologik, dll. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya kea lam sadar. Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jimapai pada keadaan normal atau patologis, maka materi – materi yang ada dalam uneonsicius atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pohon Masalah C:\Users\userrrr\Documents\pohon masalah.docx Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 23 juni 2014 pukul 09.30 WIB. Dengan metode wawancara langsung dengan klien serta dokumentasi atau rekam medic. Dari wawancara tersebut didapatkan data klien yaitu Tn.B berusia 27 tahun berjenis jelamin laki-laki, pendidikan terakhir nya SLTP, Tn.B beragama islam, suku/bangsanya adalah jawa/Indonesia, klien beralamat di Wonogiri. Tn.B masuk rumah sakit jiwa pada tanggal 9 mei 2014 dengan diagnosa halusinasi. Dari dokumentasi juga didapatkan data penanggung jawab yaitu nama Tn.S umur 52 tahun, berjenis kelamin laki-laki, Tn.S beragam islam beralamat di Sragen, pendidikan terakhir S1,Tn.S bekerja di bank dan mempunyai hubungan dengan klien sebagai paman klien. Alasan Masuk RS Kurang lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien sering mengamuk dirumah, merusak barang-barang dirumah, sulit untuktidur, berbicara kacau dan suka mencoba kabur dari rumah. Factor predisposisinya klien pernah masuk dan dirawat di RSJ. Pasien sudah pernah berobat ke psikiatri tetapi tidak minum obat teratur sehingga hasilnya tidak optimal. Dan pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang sakit seperti dirinya. Factor presipitasi, pasien dibawa ke RSJD Surakarta karena gaduh gelisah, bicara kacau dan sering mengamuk. Pemeriksaan Fisik C:\Users\userrrr\Documents\pemeriksaan fisik dan terapi.docx Resum Keperawatan: analisa data, diagnosa keperawatan, pohon masalah, intervensi, implementasi, evaluasi C:\Users\userrrr\Documents\resum keperawatan hall.docx C:\Users\userrrr\Documents\PEMBAHASAN.docx Kesimpulan Pengkajian di lakukan pada tanggal 24 juni s/d 26 juni 2014 dengan metode wawancara langsung dengan pasien dan studi dokumentasi atau rekam medik. Dari wawancara tersebut didapatkan identitas pasien yaitu dengan nama inisial Tn. B berusia 27 tahun yang beralamat di Wonogiri dengan jenis kelamin Laki-laki, status lajang dan sudah lulus SMP, pekerjaan sebagai petani, agama Islam, suku bangsa indonesia tanggal masuk Rumah Sakit 9 mei 2014. Dengan diagnosa medis Halusinasi pendengaran (F.20.3) Pada tanggal 9 Mei 2014 Tn. B di bawa ke RSJD Surakarta. Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 24 mei 2014 klien mengatakan mendengar suara-suara tapi tidak jelas. Suara- suara itu datang biasanya pada pagi hari biasanya disaat klien sedang sendirian dan pada saat halusinasi datang klien merasa gelisah. Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah sakit seperti ini dan ini yang ketiga kalinya. Dan pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang sakit seperti dirinya. TERIMAKASIHH.......