Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
“ANEMIA APLASTIK”
Oleh :
Siti Atikah Nurjannah
Pembimbing
dr. Hj. Musyawarah, Sp. A
Kepanitraan Klinik
SMF Ilmu Penyakit Anak
Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari Sulawesi Tenggara
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
PENDAHULUAN
Kongenital Didapat:
•IDIOPATIK
•Drugs (Kloramfenikol)
•Radiasi (radioaktif)
•Chemicals (benzene)
•Virus (Parvovirus)
PATOFISIOLOGI
Ada 3 teori yang dapat menerangkan
patofisiologi penyakit ini yaitu:
• Kerusakan sel induk hematopoitik
• Kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
• Proses imunologik yang menekan
hematopoisis
TANDA DAN GEJALA KLINIS
Gambaran lain:
• Tidak memperlihatkan pembesaran hati,
limpa, maupun kelenjar getah bening
DIAGNOSIS
• Dibuat berdasarkan gejala klinis berupa
demam, pucat, perdarahan, tanpa adanya
organomegali (hepato splenomegali)
• Gambaran darah tepi menunjukkan
pansitopenia dan limfositosis relatif
• Diagnosis pasti ditentukan dengan
pemeriksaan biopsi sumsum tulang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Biopsi bone marrow (hiposeluler marrow dan
absence progenitor cells)
• Pemeriksaan darah lengkap
• Apusan darah tepi (anemia normositik dan
normokromik)
• Nuclear Magnetic Resonance Imaging (NMRI)
DIAGNOSIS BANDING
Purpura Trombositopenik Imun
• Perdarahan (trombositopenia)
• Eritrosit dan leukosit normal
Myelodisplastic Syndrome
• Biopsi sumsum tulang abnormalitas cytogenetic yaitu
adanya abnormalitas pada tangan kromosom 5q, monosomi
7q, dan trisomi 8. Pada MDS juga mungkin ditemukan adanya
cincin sideroblas (akumulasi besi pada mitokondria)
PENATALAKSANAAN
• Pengobatan terhadap infeksi
• Tranfusi darah
• Terapi definitif :
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Terapi imunosupresif
KOMPLIKASI
• Infeksi berat (dapat berakibat fatal),
perdarahan, gagal jantung pada anemia berat.
PROGNOSIS :
Prognosis bergantung pada :
• Gambaran sumsum tulang hiposeluler, dimana
jaringan adiposa masih lebih mendominasi dibanding
daerah seluler.
• Kadar Hb F yang lebih dari 200 mg% memperlihatkan
prognosis yang lebih baik.
• Jumlah granulosit lebih dari 2000/mm³ menunjukkan
prognosis yang lebih baik.
• Adanya infeksi sekunder, terutama di Indonesia karena
kejadian infeksi masih tinggi. Gambaran sumsum
tulang merupakan parameter yang terbaik untuk
menentukan prognosis.