Вы находитесь на странице: 1из 24

CASE

DIFTERI
OLEH :

Dr. TEZA TAUFIQ AR

PUSKESMAS CIJANGKAR
DEFINISI
• Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang
sangat menular, disebabkan oleh karena toxin
dari bakteri dengan ditandai pembentukan
pseudomembran pada kulit dan atau mukosa
dan penyebarannya melalui udara.
ETIOLOGI
Corynebacterium Diphteriae
– kuman batang gram-positif (basil aerob)
– tidak bergerak, pleomorfik, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora
– mati pada pemanasan 60ºC, tahan dalam keadaan
beku dan kering
– media loeffler, maka terjadi granul yang berwarna
metakromatik dengan metilen blue, pada medium ini
koloni akan berwarna krem.
– kemampuannya memproduksi eksotoksin baik in-vivo
maupun in-vitro
Corynebacterium diphteriae
Kontak langsung dengan orang yang
terinfeksi atau barang-barang yang
terkontaminasi

Masuk ke dalam tubuh melalui


saluran pencernaan atau pernafasan

Aliran sistemik
PATOGENESIS
Masa inkubasi 2-5 hari

Mengeluarkan toksin
(eksotoksin)
Nasal Laring
Tonsil/faringeal

Tenggorokan sakit, demam, anoreksia,


Peradangan mukosa hidung lemah membran berwarna putih atau abu- Demam, suara serak, batuk,
(flu, sekret hidung serosa) abu, linfadenitis (bull’s neck), toxemia, syok obstruksi saluran nafas, sesak
septik nafas, sianosis

Bersihan jalan nafas tidak efektif Pemenuhan nutrisi berkurang, RR tidak efektif
dan ansietas terhadap adanya sehingga berat badan
sekret menurun
MANIFESTASI
• DIFTERI HIDUNG

awalnya menyerupai common cold, dengan gejala pilek ringan tanpa atau
disertai gejala sistemik ringan
Infeksi nares anterior (lebih sering pada bayi) menyebabkan rhinitis erosif,
purulen, serosanguinis dengan pembentukan membrane
Ulserasi dangkal nares luar dan bibir sebelah dalam adalah khas
Pada pemeriksaan tampak membrane putih pada daerah septum nasi
• DIFTERI TONSIL

Gejala awal nyeri tenggorokan


Dalam 1-2 hari kemudian timbul membrane yang melekat
berwarna putih kelabu
Timbul Bull neck (Edema jaringan lunak dibawahnya dan
pembesaran limfonodi)
Kasus Berat : kegagalan pernafasan atau sirkulasi, paralisis
palatum molle, kesukaran menelan dan regurgitasi hingga
Stupor, koma, kematian
Kasus Sedang: penyembuhan terjadi secara berangsur-
angsur dan bias disertai penyulit miokarditis atau neuritis
Kasus Ringan : membrane akan terlepas dalam 7-10 hari
dan biasanya terjadi penyembuhan sempurna
• DIFTERI LARING

perluasan difteri faring


cenderung tercekik karena edema jaringan lunak
dan penyumbatan lepasan epitel pernapasan
tebal dan bekuan nekrotik
Pada Obstruksi laring yang berat terdapat retraksi
suprasternal, interkostal dan supraklavikular
Bila terjadi pelepasan membrane yang menutup
jalan nafas biasa terjadi kematian mendadak
• DIFTERI KULIT

berupa tukak dikulit, tepi jelas dan terdapat membrane


pada dasarnya, kelainan cenderung menahun
ulkus yang tidak menyembuh, superficial, ektimik
dengan membrane coklat keabu-abuan.
Tungkai lebih sering terkena dari pada badan atau
kepala
Nyeri, sakit, eritema, dan eksudat khas
• DIFTERI VULVOVAGINAL, KONJUNGTIVA, DAN
TELINGA

kadang menimbulkan infeksi mukokutan pada tempat-tempat lain,


seperti telinga (otitis eksterna), mata (konjungtivitis purulenta dan
ulseratif), dan saluran genital (vulvovginitis purulenta dan ulseratif)

ulserasi, pembentukan membrane dan perdarahan submukosa


DIAGNOSIS
• Diagnosis pasti dengan isolasi C diphtheriae
dengan pembiakan pada media loeffler
dilanjutkan dengan tes toksinogenitas secara in-
vivo(marmot) dan in-vitro (tes Elek)

• membran pada difteri agak berbeda dengan


membran penyakit lain, warna membran pada
difteri lebih gelap dan lebih keabu-abuan disertai
dengan lebih banyak fibrin dan melekat dengan
mukosa di bawahnya. Bila diangkat terjadi
perdarahan
DIAGNOSIS BANDING
• Difteria Hidung, penyakit yang menyerupai
difteria hidung ialah rhinorrhea (common cold,
sinusitis, adenoiditis), benda asing dalam hidung,
snuffles (lues congenital).

• Difteria Faring, harus dibedakan dengan tonsillitis


membranosa akut yang disebabkan oleh
streptokokus (tonsillitis akut, septic sore throat),
mononucleosis infeksiosa, tonsillitis membranosa
non-bakterial, tonsillitis herpetika primer,
moniliasis, blood dyscrasia, pasca tonsilektomi.
• Difteria Laring, gejala difteria laring
menyerupai laryngitis, dapat menyerupai
infectious croups yang lain yaitu spasmodic
croup, angioneurotic edema pada laring, dan
benda asing dalam laring.

• Difteria Kulit, perlu dibedakan dengan


impetigo dan infeksi kulit yang disebabkan
oleh streptokokus atau stafilokokus
KOMPLIKASI
kematian mendadak pada
kasus difteria dapat
disebabkan oleh karena :
(1) Obstruksi jalan nafas
mendadak diakibatkan oleh
terlepasnya difteria,
(2) Adanya miokarditis dan
gagal jantung,
(3) Paralisis difragma sebagai
akibat neuritis nervus
nefrikus.
PENGOBATAN UMUM
• Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan
hapusan tenggorok negative 2 kali berturut-turut.
• Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu
• pemberian cairan serta diet yang adekuat, makanan lunak
yang mudah dicerna, cukup mengandung protein dan kalori
• diawasi ketat atas kemungkinan terjadinya komplikasi
antara lain dengan pemeriksaan EKG pada hari 0, 3, 7 dan
setiap minggu selama 5 minggu
• Khusus pada difteri laring di jaga agar nafas tetap bebas
serta dijaga kelembaban udara dengan menggunakan
nebulizer.
PENGOBATAN KHUSUS
1. Antitoksin : Anti Diphtheria Serum (ADS)
segera setelah dibuat diagnosis difteria
Tipe Difteria Dosis ADS (KI) Cara pemberian

Difteria Hidung 20.000 Intramuscular


Difteria Tonsil 40.000 Intramuscular /

Intravena
Difteria Faring 40.000 Intramuscular /

Intravena
Difteria Laring 40.000 Intramuscular /

Intravena
Kombinasi lokasi diatas 80.000 Intravena
Difteria + penyulit, bullneck 80.000-100.000 Intravena
Terlambat berobat (>72 jam) 80.000-100.000 Intravena
2. Antibiotik

untuk membunuh bakteri dan menghentikan produksi


toksin dan juga mencegah penularan organisme

Dosis :
 Penisilin prokain 25.000-50.000 U/kgBB/hari i.m. , tiap 2 jam selama
14 hari atau bila hasil biakan 3 hari berturut-turut (-).
 Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari, maks 2 g/hari, p.o. , tiap 6 jam
selama 14 hari.
 Penisilin G kristal aqua 100.000-150.000 U/kgBB/hari, i.m. atau i.v. ,
dibagi dalam 4 dosis.
 Amoksisilin.
 Rifampisin.
 Klindamisin.
3. Kortikosteroid
diberikan kepada kasus difteria yang disertai
dengan gejala obstruksi saluran nafas bagian
atas (dapat disertai atau tidak bullneck) dan
bila terdapat penyulit miokarditis.

Dosis : Prednison 1,0-1,5 mg/kgBB/hari, p.o.


tiap 6-8 jam pada kasus berat selama 14 hari.
PENGOBATAN KARIER
(Pengobatan Terhadap Kontak Difteria)
Biakan Uji Schick Tindakan

(-) (-) Bebas isolasi : anak yang telah mendapat imunisasi


dasar diberikan booster toksoid difteria

(+) (-) Pengobatan karier : Penisilin 100 mg/kgBB/hari


oral/suntikan, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari
selama 1 minggu

(+) (+) Penisilin 100 mg/kgBB/hari oral/suntikan atau


eritromisin 40 mg/kgBB + ADS 20.000 KI

(-) (+) Toksoid difteria ( imunisasi aktif), sesuaikan dengan


status imunisasi
PROGNOSIS
tergantung dari umur, virulensi kuman, lokasi
dan penyebaran membran, status imunisasi,
kecepatan pengobatan, ketepatan diagnosis,
dan perawatan umum
PENCEGAHAN

 Untuk anak umur 6 minggu sampai 7 tahun , beri 0,5 mL dosis


vaksin mengandung-difteri (D). seri pertama adalah dosis pada
sekitar 2,4, dan 6 bulan. Dosis ke empat adalah bagian intergral seri
pertama dan diberikan sekitar 6-12 bulan sesudah dosis ke tiga.
Dosis booster siberikan umur 4-6 tahun (kecuali kalau dosis primer
ke empat diberikan pada umur 4 tahun).

 Untuk anak-anak yang berumur 7 tahun atau lebih, gunakan tiga


dosis 0,5 mL yang mengandung vaksin (D). Seri primer meliputi dua
dosis yang berjarak 4-8 minggu dan dosis ketiga 6-12 bulan sesudah
dosis kedua.

 Untuk anak yang imunisasi pertusisnya terindikasi digunakan DT


atau Td.
KESIMPULAN
• Difteri merupakan penyakit yang harus di diagnosa dan
di therapi dengan segera, oleh karena itu bayi-bayi
diwajibkan di vaksinasi
• Diagnosis dini difteri sangat penting karena
keterlambatan pemberian antitoksin sangat
mempengaruhi prognosa penderita
• Dasar dari therapi ini adalah menetralisir toksin bebas
dan eradikasi C. diphtheriae dengan antibiotik
• Prognosis umumnya tergantung dari umur, virulensi
kuman, lokasi dan penyebaran membran, status
imunisasi, kecepatan pengobatan, ketepatan diagnosis,
dan perawatan umum.

Вам также может понравиться