Вы находитесь на странице: 1из 40

Subur Prajitno , dr., MS., AKK.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) , www.idionline.org

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) , www.pdui.org

Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) , www.pdki.net

Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas – Kesehatan Masyarakat


Indonesia (PDK3MI) , www.pdk3mi.org
 Sistem Kesehatan Nasional 2009
 Undang Undang no. 36 / 2009 tentang Kesehatan
 Undang Undang no. 29 / 2004 tentang Praktek Kedokteran
 Undang Undang no. 39 / 1999 tentang Hak Asasi Manusia
 Permenkes no. 512/Menkes/Per/IX/2007 tentang Ijin dan Pelaksanan Praktik Kedokteran
 Permenkes no. 28 / Menkes / Per / I / 2011 tentang Klinik
 Permenkes no. 269 / 2008 tentang Rekam Medis
 Permenkes no. 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
 Permenkes no. 971/Menkes/Per/XI/2009 tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural
Kesehatan
 Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia, no. 21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang Standar
Kompetensi Dokter
 Konsil Kedokteran Indonesia, 2006, tentang Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang
Baik
 Konsil Kedokteran Indonesia , 2006, tentang Manual Rekam Medis
 Konsil Kedokteran Indonesia, 2006, tentang Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran
 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) – Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) ,
2002 , tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI / KODEK IDI)
 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) - Badan P2KB Pusat IDI tentang Petunjuk Teknis Program
Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (Continuing Proffessional
Development) untuk Dokter Praktek Umum (DPU)
 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) , AD-ART, Hasil Muktamar ke 27 Palembang 2009
Terminologi :
 Kesehatan adalah Hak hak asasi manusia , harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai Upaya (Pelayanan) Kesehatan / Usaha
Kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh
masyarakat
 Sarana Pelayanan Kesehatan adalah tempat penyelenggaraan Upaya
Pelayanan Kesehatan yang digunakan untuk Praktik Kedokteran.
 Praktik Kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan Upaya
Kesehatan.
 Untuk dapat melakukan Praktik Kedokteran,seorang dokter harus
memenuhi persyaratan tertentu , antara lain memiliki Sertifikat
Kompetensi
 Profesi Kedokteran (Kedokteran Gigi) adalah suatu pekerjaan
kedokteran (gigi) yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan,
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang , dan
kode etik yang bersifat melayani masyarakat.
 Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan
Praktik Kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji
kompetensi. (UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
pasal 1 angka 4) . Sertifikat Kompetensi ini diterbitkan oleh
Kolegium bersangkutan yaitu Kolegium Dokter Indonesia
 Kolegium Kedokteran Indonesia dan Kolegium Kedokteran Gigi
Indonesia adalah badan yang dibentuk oleh organisasi profesi (IDI)
untuk masing-masing cabang disiplin ilmu yang bertugas mengampu
cabang disiplin ilmu tersebut (UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran pasal 1 angka 13)
 Organisasi Profesi untuk Dokter adalah Ikatan Dokter Indonesia
 Uji Kompetensi bagi Dokter merupakan salah satu dari Pengaturan
Praktik Kedokteran yang diatur dengan UU Praktik Kedokteran yang
bertujuan untuk : memberikan perlindungan kepada pasien,
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang
diberikan oleh dokter dan dokter gigi,dan memberikan kepastian
hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.
 Metode Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) selalu dievaluasi
dan diperbaiki sehingga soal-soal ujian tersebut dapat akuntabel
 Bagi dokter-dokter yang merasa tidak puas terhadap pelaksanaan
UKDI, dapat mengajukan keberatan kepada Pengurus Besar Ikatan
Dokter Indonesia (PB-IDI) atau melalui Kolegium Dokter Indonesia
 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia membina dan mengawasi
pelaksanaan Uji Kompetensi Dokter Indonesia
 Dokter wajib merujuk pasien ke dokter / gigi lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik apabila
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.
 Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya ttg
pasien , hidup / meninggal.
 Dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan , kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya.
 Dokter wajib menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran / gigi.
PRAKTIK KEDOKTERAN
 Praktik Kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada
kesepakatan antara dokter / dokter gigi dengan pasien
dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan , pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
 Setiap tindakan kedokteran / gigi yang akan dilakukan
dokter / dokter gigi terhadap pasien, harus mendapat
persetujuan, tertulis maupun lisan. Tindakan kedokteran
yang mengandung resiko tinggi, harus persetujuan tertulis.
 Standar pelayanan , dibedakan menurut jenis dan strata
sarana pelayanan kesehatan.
 Dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi & standar prosedur operasional &
kebutuhan medis pasien.
IZIN PRAKTEK
 Dokter wajib memiliki SIP (surat ijin praktek) dalam melakukan
praktik kedokteran, yang dikeluarkan oleh pejabat kesehatan
yang berwenang di kota/kabupaten tempat praktik kedokteran.
 SIP hanya diberikan untuk paling panyak 3 tempat praktik, 1 SIP
hanya berlaku untuk 1 tempat praktik kedokteran.
 SIP diperlukan syarat :
 Surat Tanda Registrasi (STR) dari Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI)
 Punya tempat praktik
 Rekomendasi dari Organisasi Profesi (IDI)
STANDAR KOMPETENSI DOKTER
Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia (Indonesian Medical
Council ), No. 21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang STANDAR
KOMPETENSI DOKTER

Pengembangan
Pendidikan
Kurikulum
dokter
LAMPIRAN
A. Lampiran 1 Daftar Masalah,
berisikan berbagai masalah yang akan dihadapi dokter di UKM & UKP
strata pertama dan dokter harus mampu menangani masalah tersebut.
Mahasiswa kedokteran perlu dipaparkan pada masalah-masalah
tersebut dan diberi kesempatan berlatih menangani masalah tersebut.
B. Lampiran 2 Daftar Penyakit
berisikan penyakit-penyakit yang merupakan diagnosis banding dari
daftar masalah pada lampiran 1. Fakultas Kedokteran perlu
memperhatikan tingkat kemampuan yang diharapkan, untuk
menentukan kedalaman dan keluasan (the depth and the breadth) dari
isi kurikulum.
C. Lampiran 3 Daftar Keterampilan Klinis.
berisikan keterampilan klinik yang perlu dikuasai oleh dokter di UKM &
UKP strata pertama di Indonesia. Pada setiap keterampilan telah
ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan. Fakultas Kedokteran
menentukan materi dan sarana untuk pembelajaran keterampilan klinik.
A. Lampiran 1 Daftar Masalah,
Daftar Masalah , dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Daftar Masalah Individu :
perlu dikuasai oleh lulusan dokter, karena merupakan masalah dan
keluhan yang paling sering dijumpai pada tingkat pelayanan
kesehatan primer, berisikan keluhan, gejala maupun hal-hal yang
membuat individu sebagai pasien / klien mendatangi dokter atau
institusi pelayanan kesehatan.
Demam , Kejang , Diare , Batuk, Sesak napas, Sakit tenggorok, Sakit
kepala , Sakit dada , Gatal-gatal, Nyeri perut
2) Daftar Masalah Komunitas :
berisikan daftar masalah yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar
tempat dokter praktik dan berpotensi dapat menimbulkan masalah
kesehatan di tingkat individu, keluarga dan masyarakat.
Kurang gizi pada balita, Tidak nafsu makan pada balita, Lecet pada
pantat, Cengeng, Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada
balita , Kecelakaan pada balita
B. Lampiran 2 Daftar Penyakit
Daftar Penyakit merupakan penyakit-penyakit yang dipilih menurut
perkiraan data kesakitan, data kematian serta case fatality rate di
Indonesia pada tingkat pelayanan primer, tingkat keseriusan problem
yang ditimbulkan dan efeknya terhadap individu, keluarga ,masyarakat.
Dokter yang akan bekerja di tingkat pelayanan primer harus
mempunyai tingkat kemampuan yang memadai agar mampu merujuk,
membuat diagnosis yang tepat, memberi penanganan awal , memberi
penanganan tuntas.
Pada setiap penyakit yang dipilih, ditetapkan tingkat kemampuan yang
diharapkan dimiliki dokter berdasarkan kewenangan yang akan
diberikan ketika bekerja di tingkat pelayanan kesehatan primer.
Dokter yang bekerja di daerah terpencil dengan kondisi pelayanan
kesehatan yang minimal / di daerah khusus sehingga membutuhkan
kemampuan yang lebih, pihak yang berwenang dapat memberikan
pembekalan sebelum penempatan dokter.
1) Tingkat Kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai
penyakit ini ketika membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat
mengenal gambaran klinik ini, dan tahu bagaimana mendapatkan
informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan overview level. Bila
menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga
penyakitnya, Dokter segera merujuk.
2) Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter
(misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter
mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan
mampu menindaklanjuti sesudahnya
3) Tingkat Kemampuan 3
3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter
(misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray).
Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter
(misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray).
Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
4) Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter
(misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter
dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri
hingga tuntas.
Aorta-arteries disorders

Essential hypertension 1 2 3A 3B 4
Secondary hypertension 1 2 3A 3B 4
Pulmonary hypertension 1 2 3A 3B 4
Raynaud's disease 1 2 3A 3B 4
Septic shock 1 2 3A 3B 4
C. Lampiran 3 Daftar Keterampilan Klinis.

Keterampilan adalah kegiatan mental &/ fisik yang terorganisasi serta


memiliki bagian-bagian kegiatan yang saling bergantung dari awal
hingga akhir. Dalam melaksanakan praktik , Dokter perlu menguasai
keterampilan klinis yang akan digunakan dalam mendiagnosis
maupun menyelesaikan suatu masalah kesehatan.
Daftar keterampilan klinis dikelompokkan menurut bagian atau
departemen terkait. Pada setiap keterampilan klinik ditetapkan tingkat
kemampuan menggunakan Piramid Miller (knows, knows how, shows,
does) yang diharapkan dicapai Dokter.

1) Tingkat kemampuan 1 : Mengetahui dan Menjelaskan


Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai
keterampilan ini, sehingga dapat menjelaskan kepada teman
sejawat, pasien maupun klien tentang konsep, teori, prinsip
maupun indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul, dan
sebagainya.
2) Tingkat kemampuan 2 : Pernah melihat / pernah didemonstrasikan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini
(baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi,
dan sebagainya). Selama pendidikan pernah melihat / pernah
didemonstrasikan keterampilan ini.
3) Tingkat kemampuan 3 : Pernah melakukan /pernah menerapkan di
bawah supervisi .
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini
(baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi,
dan sebagainya). Selama pendidikan pernah melihat / pernah
didemonstrasikan keterampilan ini & pernah menerapkan keterampilan
ini beberapa kali di bawah supervisi.
4) Tingkat kemampuan 4 : Mampu melakukan secara mandiri
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini
(baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi,
dan sebagainya). Selama pendidikan pernah melihat / pernah
didemonstrasikan ketrampilan ini, pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi , memiliki pengalaman
untuk menggunakan & menerapkan keterampilan ini dalam konteks
praktik dokter secara mandiri.
Internal Medicine: Physical examination
General Survey
 Level of expected ability
 assessment of mental status -1- -2- -3- -4-
 assessment of apparent state of health -1- -2- -3- -4-
 assessment of nutritional condition -1- -2- -3- -4-
 assessment of respiration -1- -2- -3- -4-
 palpation of pulse -1- -2- -3- -4-
 measurement of blood pressure -1- -2- -3- -4-
 measurement of height and weight -1- -2- -3- -4-
 inspection and palpation of skin -1- -2- -3- -4-
PUBLIC HEALTH MEDICINE (4)
 Prevention (vaccination policy included)
 Recognition of hazardous behaviour and life style
 Performing directed medical examination
 Assessment of absent due to illness
 Performance of environmental research
 Performance of several interventions in the domain of primary,
secondary and tertiary prevention like vaccination, periodical
medical examination, social medical support and management,
prevention of accident and set up a programme/ plan for
individuals, their environment or an institution.
 Patient safety
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN
Acuan :
PETUNJUK TEKNIS
PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN (CONTINUING PROFFESSIONAL
DEVELOPMENT)
UNTUK DOKTER PRAKTIK UMUM (DPU)
Badan P2KB Pusat
Ikatan Dokter Indonesia
Jakarta, Desember 2007
P2KB IDI Online.Org
1. Permenkes No. 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI 666/Menkes/SK/VI/2007 , 13 Juni
2007 tentang Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar
3. Pedoman Penyelenggaraan Balai Pengobatan , Departemen Kesehatan
RI Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina
Pelayanan Medik Dasar 2007
4. Pedoman Penyelenggaraan Klinik Kecantikan Estetika , Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar
Departemen Kesehatan RI , 2007
5. Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan ,
Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar - Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik - Departemen Kesehatan RI - Jakarta 2008
6. Pedoman Pemberian Izin Praktek Dokter Keluarga , Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar
Departemen Kesehatan RI , 2008
 Permenkes no. 28 / Menkes / Per / I / 2011 tentang Klinik ,
4 Januari 2011

1. KLINIK adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan
medis dasar dan / atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari
satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang Tenaga
medis.
2. Tenaga medis adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau dokter
gigi spesialis
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
JENIS
Jenis Keterangan
Pelayanan
Klinik Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar.
Pratama Dapat mengkhususkan pada satu bidang tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur , organ atau
jenis penyakit tertentu
Klinik Utama Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.
Dapat mengkhususkan pada satu bidang tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur , organ atau
jenis penyakit tertentu
PENYELENGGARAAN & KEPEMILIKAN
1. Klinik dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah
atau masyarakat.
2. Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan
tersebut dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, one day care,
rawat inap dan/atau home care.
3. Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua puluh
empat) jam harus menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain
sesuai kebutuhan yang setiap saat berada di tempat.
4. Kepemilikan Klinik Pratama yang menyelenggarakan rawat jalan
dapat secara perorangan atau berbentuk badan usaha.
5. Kepemilikan Klinik Pratama yang menyelenggarakan rawat inap
dan Klinik Utama harus berbentuk badan usaha.
LOKASI
1. Lokasi pendirian klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah
masing-masing.
2. Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran
klinik yang diselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan
memperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio
jumlah penduduk.
3. Ketentuan mengenai lokasi dan persebaran klinik , tidak
berlaku untuk klinik perusahaan atau klinik instansi pemerintah
tertentu yang hanya melayani karyawan perusahaan atau
pegawai instansi pemerintah tersebut.
BANGUNAN DAN RUANGAN DAN SARANA PRASARANA
1. Klinik diselenggarakan pada bangunan yang permanen dan tidak
bergabung dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya.
2. Bangunan klinik harus memenuhi persyaratan lingkungan sehat
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Bangunan klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.
4. Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas :
a. ruang pendaftaran/ruang tunggu;
b. ruang konsultasi dokter;
c. ruang administrasi;
d. ruang tindakan;
e. ruang farmasi;
f. kamar mandi/wc;
g. ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.
5. Prasarana klinik meliputi:
instalasi air; instalasi listrik; instalasi sirkulasi udara; sarana pengelolaan
limbah; pencegahan dan penanggulangan kebakaran; ambulans, untuk klinik
yang menyelenggarakan rawat inap; dan sarana lainnya sesuai kebutuhan.
6. Prasarana tsb harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan
baik.
7. Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang
memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
8. Peralatan medis dan nonmedis tsb harus memenuhi standar mutu,
keamanan, dan keselamatan
9. Selain memenuhi standar tsb peralatan medis harus memiliki izin edar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Peralatan medis yang digunakan di klinik harus diuji dan dikalibrasi
secara berkala oleh Balai Pengarnanan Fasilitas Kesehatan dan/atau
institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
11. Peralatan medis yang menggunakan radiasi pengion harus
mendapatkan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
12. Penggunaan peralatan medis untuk kepentingan penegakan diagnosis,
terapi dan rehabilitasi harus berdasarkan indikasi medis.
KETENAGAAN
1. Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
2. Pimpinan Klinik Utama adalah dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang memiliki kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya.
3. Pimpinan klinik sebagaimana tsb merupakan penanggung jawab klinik
dan merangkap sebagai pelaksana pelayanan.
4. Ketenagaan klinik terdiri atas tenaga medis, tenaga kesehatan lain dan
tenaga non kesehatan.
5. Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang
dokter dan/atau dokter gigi.
6. Tenaga medis pada Klinik Utama minimal terdiri dari I (satu) orang
dokter spesialis dari masing-masing spesialisasi sesuai jenis pelayanan
yang diberikan.
7. Klinik Utama dapat mempekerjakan dokter dan/atau dokter gigi
sebagai tenaga pelaksana pelayanan medis.
8. Dokter atau dokter gigi tsb harus memiliki kompetensi setelah
mengikuti pendidikan atau pelatihan sesuai dengan jenis pelayanan
yang diberikan oleh klinik.
9. Jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga
non kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan
yang diberikan oleh klinik.
10. Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai
Surat Tanda Registrasi dan Surat lzin Praktik (SIP) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
11. Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus
mempunyai Surat Izin sebagai tanda registrasi/Surat Tanda
Registrasi dan Surat lzinKerja (SIK) atau Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
12. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di klinik harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar
pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien,
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien.
13. Klinik dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan warga negara
asing.
PERIZINAN
1. Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin
dari pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan
rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
2. Dinas kesehatan kabupaten /kota mengeluarkan rekomendasi tsb
setelah klinik memenuhi ketentuan persyaratan klinik dalam Peraturan
ini.
3. Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan :
a. surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat;
b. salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan;
c. identitas lengkap pemohon;
d. surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat;
e. bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan
untuk penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal
selama 5 {lima) tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan
kegiatan ;
f. dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL);
g. profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan, tenaga
kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang diberikan; dan
h. persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Izin klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan
mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum
habis masa berlaku izinnya.
5. Pemerintah daerah kabupaten / kota, dalam waktu 3 (tiga) bulan
sejak permohonan diterima harus menetapkan menerima atau
menolak permohonan izin atau permohonan perpanjangan izin.
6. Permohonan yang tidak memenuhi syarat ditolak oleh
pemerintah daerah kabupaten / kota dengan memberikan alasan
penolakannya secara tertulis.
PENYELENGGARAAN
1. Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap harus
menyediakan:
a. ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;
b. tempat tidur pasien minimal 5 (lima) dan maksimal 10 (sepuluh);
c. tenaga medis dan keperawatan yang sesuai jumlah dan
kualifikasinya;
d. tenaga gizi, tenaga analis kesehatan, tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan dan/atau tenaga non kesehatan lain sesuai kebutuhan:
e. dapur gizi;
f. pelayanan laboratorium Klinik Pratama.
2. Pelayanan rawat inap hanya dapat dilakukan maksimal selama 5 (lima)
hari.
3. Klinik dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium klinik.
4. Perizinan laboratorium klinik terintegrasi dengan perizinan kliniknya.
5. Apabila laboratorium klinik memiliki sarana, prasarana, ketenagaan dan
kemampuan pelayanan melebihi kriteria dan persyaratan klinik pratama
maka laboratorium klinik tsb harus memiliki izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
6. Persyaratan laboratorium klinik meliputi ketenagaan,
bangunan, peralatan, dan kemampuan pemeriksaan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
7. Klinik yang menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan
kefarmasian melalui ruang farmasi yang dilaksanakan oleh
apoteker yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk itu.
8. Apabila klinik berada di daerah yang tidak terdapat apoteker
tsb, pelayanan kefarmasian dapat dilaksanakan oleh tenaga
teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
9. Ruang farmasi tsb hanya dapat melayani resep dari tenaga
medis yang bekerja di klinik yang bersangkutan.
Dalam memberikan pelayanan, klinik berkewajiban:
a. memberikan pelayanan yang aman , bermutu dengan
mengutamakan kepentingan terbaik pasien sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional;
b. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai
dengan kemampuan pelayanannya tanpa meminta uang muka
terlebih dahulu atau mendahulukan kepentingan finansial;
c. memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan
(informed consent);
d. menyelenggarakan rekam medis ;
e. melaksanakan sistem rujukan;
f. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar
profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan;
g. menghormati hak-hak pasien;
h. melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan
ketentuan
i. peraturan perundang-undangan ;
j. memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional;
k. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik
secara regional maupun nasional.
Penyelenggara klinik wajib:
a. memasang papan nama klinik;
b. membuat daftar tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang
bekerja di klinik beserta nomor Surat Tanda Registrasi dan Surat
Izin Praktik (SIP) bagi tenaga medis dan surat izin sebagai tanda
registrasi atau Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA) atau Surat lzin Kerja (SIK) bagi tenaga kesehatan
lain;
c. melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit tertentu dan
melaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dalam
rangka pelaksanaan program pemerintah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
TARIP
1. Besarnya tarif pelayanan klinik berpedoman pada komponen jasa
pelayanan dan jasa sarana.
2. Komponen jasa pelayanan sebagaimana tsb meliputi:
a. jasa konsultasi;
b. jasa tindakan;
c. jasa penunjang medik;
d. biaya pelayanan kefarmasian;
e. ruang perawatan (untuk rawat inap);
f. administrasi; atau
g. komponen lainnya yang menunjang pelayanan.
3. Tarif atas jasa sarana tsb merupakan biaya penggunaan sarana dan
fasilitas klinik, akomodasi, sediaan farmasi, bahan dan/atau alat
kesehatan habis pakai yang digunakan dalam rangka pelayanan.
4. Besarnya biaya masing-masing komponen ditentukan dalam bentuk
nominal, bukan dalam bentuk persen dari biaya lainnya.
KLINIK

Вам также может понравиться