Вы находитесь на странице: 1из 72

EPILEPSI

Anthonius Charlos Ora Adja


11.2017.062
Pembimbing dr. Sekarsunan Sp.S
Identitas pasien
• Nama : Ny. T
• Umur : 38 Tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• T.T.L : 30 Desember 1979
• Status perkawinan : Menikah
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : Jl. Pemua RT 01/ RW 16 Kp. Bojong Jati – Depok Lama
• Dirawat di ruang : -
• Tanggal masuk RS : 26 Maret 2018
Keluhan utama
• Pasien datang ke poli saraf tanpa keluhan kejang. Ia datang untuk
kontrol rutin dikarenakan habis obat.
Riwayat penyakit sekarang
• Pasien datang ke poli saraf untuk kontrol bulanan dan obat telah habis. Tidak ada
keluhan kejang dalam 1 bulan terakhir. Pasien mengatakan ia mengalami kejang
saat ia kelas 3 SMP (15 Tahun)
• Pasien mengalami kejang-kejang pertama kali ketika jam istirahat sekolah.
Menurut orang yang berada di sekitarnya , mereka mengatakan tiba-tiba pasien
terjatuh lalu mulai kejang seluruh tubuh, tangan dan kaki pasien tampak kaku
serta dari mulut keluar busa selama kurang lebih 5 menit lalu ketika tersadar
pasien merasa lemas dan sedikit pusing.
• Kejadian seperti ini pun terus terjadi kurang lebih 2x dalam seminggu, dimana
terdapat juga keadaan dari mulut keluar darah akibat lidah tergigit. Pasien
mengatakan juga keadaan tersebut terjadi apabila ia merasa lapar,lelah, atau
terlalu banyak pikiran dan setelah kejang terkadang pasien tidak sadarkan diri
kira-kira 30 menit
Riwayat penyakit sekarang

• Orang tua pasien membawa pasien ke RS Bhakti Yudha untuk menjalini


pengobatan dan akhirnya perlahan-lahan kejang pada pasien ini pun berkurang
• pasien menceritakan kalau ia mengalami kejang juga akan tetapi ia bisa
merasakan kalau ia akan mengalami hal tersebut, biasanya dirasakannya itu
pertama dari mata.
• Bila ia merasa akan kejang ia akan duduk atau tiduran. kejang berlangsung 5-10
detik saja dan setelah kejang pun sekarang pasien bisa sadar kembali dan
melakukan aktivitas seperti biasanya.
• Kejadian seperti ini dialami pasien 1-2x dalam sebulan. Biasanya saat melamun
akibat banyak pikiran atau kecapekan.
Riwayat penyakit sekarang
• Pasien mengatakan ia tidak punya riwayat kejang atau kejang demam
ketika masih kecil. Pandangan buram (-), nyeri kepala (-), mulut
mencong (-), bicara pelo (-), badan terasa lemas sebelah (-),
kesemutan dan baal (-). BAK/BAB normal, demam (-), mual (-),
muntah (-), alergi obat disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat Hipertensi : (-)


• Riwayat Diabetes Mellitus : (-)
• Riwayat Penyakit Jantung : (-)
• Riwayat Stroke : (-)
• Riwayat trauma kepala : (-)
• Riwayat kejang demam : (-)
Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes, tuberculosis, epilepsi, kanker


dan stroke di keluarga pasien..
Riwayat Sosial, Riwayat Persalinan dan Tumbuh
Ekonomi, Pribadi: Kembang

• Keadaan sosial
ekonomi pasien cukup
baik. Tidak ada riwayat • Persalinan normal, menangis kuat,
gangguan kepribadian. tidak biru (hipoksia)
Pasien makan teratur,
tidak merokok, tidak • Bisa berbicara saat umur 3 tahun
minum alkohol, dan
tidak menggunakan
obat-obatan terlarang.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
• Keadaan umum : Tampak sehat
• Kesadaran : Compos mentis
• TD : 120/80 mmHg
• Nadi : 80x/menit
• Pernafasan : 20x/menit
• Suhu : 36,5 oC
• Kepala : normocephal, distribusi rambut merata
• Leher : pembesaran KGB (-), tiroid tidak teraba membesar
• Paru : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
• Perut : supel, BU (+) normal, NT abdomen (-), hepar,lien tidak
teraba
• Kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
• 2. Status Psikikus
• Cara berpikir : Baik
• Perasaan hati : Normotim
• Tingkah laku : Wajar dan pasien sadar
• Ingatan : Baik
Pemeriksaan Fisik
• 3. Status Neurologikus
 Kepala
• Bentuk : Normocephali
• Nyeri tekan : tidak ada
• Simetris : kanan sama dengan kiri
• Pulsasi : Tidak teraba

 Leher
• Sikap : Simetris
• Pergerakan : normal
• Kaku kuduk : (-)
• Brudzinski : (-)
• Laseque : >70o / >70o
• Kernig : >135o/ >135o
 Nerfus Kranialis
Kanan Kiri

N I. (Olfaktorius)

Subjektif Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Dengan bahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N II. (Optikus)

Tajam penglihatan Baik Baik

Lapangan penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N III. (Okulomotorius)

Celah mata Tidak ptosis Tidak ptosis

Pergerakan bola mata Aktif Aktif

Strabismus (-) (-)

Nistagmus (-) (-)

Eksoftalmus (-) (-)

Pupil
Besar pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Isokor Isokor

Reflex terhadap sinar (+) (+)

Reflex konversi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflex konsensual (+) (+)

Diplopia (-) (-)


N IV. (Troklearis)

Pergerakan mata Baik Baik


( kebawah-dalam )

Strabismus (-) (-)

Diplopia (-) (-)

N V. (Trigeminus)

Membuka mulut (+) (+)

Mengunyah Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Menggigit Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflex kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N VI. (Abduscens)

Pergerakan mata ke lateral Baik Baik

Sikap bulbus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Diplopia (-) (-)

N VII. (Fascialis)

Mengerutkan dahi (+) (+)


Mengangkat alis (+) (+)

Menutup mata (+) (+)

Memperlihatkan gigi (+) (+)

Menggembungkan pipi (+) (+)

Perasaan lidah bagian 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan


NVIII.
(Vestibulokoklear)

Suara berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N IX. (Glossofaringeus)

Perasaan bagian lidah belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pharynx Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N X. (Vagus)

Arcus pharynx Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Bicara Baik Baik

Menelan Bisa Bisa

Nadi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N XI. (Asesorius)

Mengangkat bahu Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Memalingkan kepala Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N XII. (Hypoglossus)

Pergerakan lidah Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi

Tremor lidah (-) (-)

Artikulasi Baik Baik


Badan dan Anggota Gerak

Badan
Motorik
 Respirasi : Simetris dalam keadaan statis-dinamis
 Duduk : Pasien dapat duduk dengan normal
 Bentuk Kolumna Vertebralis : Normal
 Pergerakan Kolumna Vertebralis : Baik
Badan dan Anggota Gerak

 Sensibilitas
Kanan Kiri

Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Badan dan Anggota Gerak

 Refleks

Kanan Kiri

Refleks kulit perut atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks kulit perut Tidak dilakukan Tidak dilakukan

bawah
Refleks kulit perut Tidak dilakukan Tidak dilakukan

tengah

Refleks kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Anggota gerak atas

• Motorik

Kanan Kiri

Pergerakan Baik Baik

Kekuatan 5-5-5-5 5-5-5-5

Tonus Normotonus Normotonus

Atrofi - -
Anggota gerak atas

• Sensibilitas
Kanan Kiri

Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Refleks
Kanan Kiri

Biceps + +

Triceps + +

Radius Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ulna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hoffman-Trommer Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Anggota gerak bawah

• Motorik

Kanan Kiri

Pergerakan Normal Normal

Kekuatan 5-5-5-5 5-5-5-5

Tonus Normotonus Normotonus

Atrofi - -
Anggota gerak bawah

• Sensibilitas

Kanan Kiri

Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Anggota gerak bawah

• Refleks
Kanan Kiri

Patella + +
Achilles + +
Babinski - -
Chaddock - -
Schaefer - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Koordinasi, gait dan keseimbangan

Cara berjalan Baik

Tes Romberg Tidak dilakukan

Disdiadokokinesia Tidak dilakukan

Ataksia Tidak dilakukan

Rebound phenomenon Tidak dilakukan

Dismetria Tidak dilakukan


Gerakan-gerakan abnormal

Tremor -

Miokloni -

Khorea -
Ringkasan
 Subjektif
• Pasien datang ke poli saraf untuk kontrol bulanan dan obat telah habis.
Tidak ada keluhan kejang dalam 1 bulan terakhir. Pasien mengatakan ia
mengalami kejang saat ia kelas 3 SMP (15 Tahun). Pasien mengalami
kejang-kejang pertama kali ketika jam istirahat sekolah. Menurut orang
yang berada di sekitarnya,mereka mengatakan tiba-tiba pasien terjatuh lalu
mulai kejang seluruh tubuh, tangan dan kaki pasien tampak kaku serta dari
mulut keluar busa berlangsung selama kurang lebih 5 menit lalu ketika
tersadar pasien merasa lemas dan sedikit pusing. Kejadianseperti ini pun
terus terjadi 2x dalam seminggu, dimana terdapat juga keadaan dari mulut
keluar darah akibat lidah tergigit. Pasien mengatakan juga keadaan
tersebut terjadi apabila ia merasa lapar,lelah, atau terlalu banyak pikiran
dan setelah kejang terkadang pasien tidak sadarkan diri kira-kira 30 menit.
Ringkasan

• Orang tua pasien membawa pasien ke RS Bhakti Yudha untuk


menjalini pengobatan dan akhirnya perlahan-lahan kejang pada
pasien ini pun berkurang
• pasien menceritakan kalau ia mengalami kejang juga akan tetapi ia
bisa merasakan kalau ia akan mengalami hal tersebut, biasanya
dirasakannya itu pertama dari mata. Bila ia merasa akan kejang ia
akan duduk atau tiduran.kejang berlangsung 5-10 detik saja dan
setelah kejang pun sekarang pasien bisa sadar kembali dan
melakukan aktivitas seperti biasanya dan dialami pasien 1-2x dalam
sebulan. Biasanya saat melamun akibat banyak pikiran atau
kecapekan
Ringkasan

Objektif
• Saat diperiksa, pasien dalam keadaan compos mentis dengan hasil
TTV; tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit,, pernapasan
20x/menit dan suhu badan 36,5oC. Pada pemeriksaan motorik tidak
didapatkan tanda-tanda kelainan. Pada pemeriksaan refleks fisiologis
ekstremitas atas dan bawah, didapati refleks bisep, trisep, pattela dan
achilles normal. Tidak ada reflex patologis pada pasien.
DIAGNOSIS

• Klinis : Kejang tonik-klonik


• Topis : Korteks serebri
• Etiologi : fokal epileptik
• Patologis : Gangguan impuls listrik
PENATALAKSANAAN

• Non medika- mentosa:


• Menerangkan bahwa penyakit ini dapat dikendalikan dengan minum
obat teratur dan kontrol rutin.
• Medika mentosa:
• Medika mentosa untuk kejang:
• Depakote 2 x 250 mg
• Carbamazepine 3 x 200mg
• Clobazam 2 x 1
PROGNOSIS

• Ad vitam : ad bonam
• Ad fungsionam : ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

• Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh


bangkitan (seizure) berulang sebagai akibat dari adanya gangguan
fungsi otak secara intermiten yang disebabkan oleh lepas muatan
listrik abnormal dan berlebihan di neuron-neuron secara paroksismal,
didasari oleh berbagai faktor etiologi.

• Bangkitan epilepsy (epileptic seizure) adalah manifestasi klinik dari


bangkitan serupa (stereotipik), berlangsung secara mendadak dan
sementara dengan atau tanpa perubahan kesadaran, disebabkan oleh
hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak, bukan disebabkan
oleh suatu penyakit otak akut (unprovoked).
• Definisi konseptual • Definisi operasional
1. Epilepsi merupakan kelainan otak 1. Epilepsi merupakan suatu penyakit
yang ditandai dengan otak yang ditandai dengan kondisi
atau gejala berikut:
kecenderungan untuk
menimbulkan bangkitan epileptik 2. Minimal terdapat dua bangkitan
yang terus menerus, dengan
tanpa provokasi atau dua
bangkitan refleks dengan jarak
konsekuensi neurobiologist, waktu antarbangkitan pertama dan
kognitif, psikologis, dan sosial. kedua lebih dari 24 jam.
Definisi ini mensyaratkan 3. Satu bangkitan tanpa provokasi
terjadinya minimal satu kali atau satu bangkitan refleks dengan
bangkitan epileptik. kemungkinan terjadinya bangkitan
2. Bangkitan epileptik merupakan berulang dalam 10 tahun kedepan
sama dengan minimal 60% bila
terjadinya tanda atau gejala yang terdapat dua bangkitan tanpa
bersifat sesaat akibat aktivitas provokasi atau bangkitan reflex (
neuronal yang abnormal dan misalkan bangkitan pertama yang
berlebihan di otak. terjadi 1 bulan setelah kejadian
stroke, bangkitan pertama pada
anak yang disertai lesi structural
dan epileptiform discharges).
4. Sudah ditegakkan sindrom epilepsi.
Klasifikasi
1. Bangkitan parsial/fokal
Bangkitan parsial sederhana
• Manifestasi Motorik
• Manifestasi Sensorik
• Manifestasi Autonomic
• Manifestasi Psikis
Bangkitan parsial kompleks
Bangkitan partial kompleks dapat dibagi menjadi dua yaitu :
I.Bangkitan parsial sederhana, yang diikuti diikuti gangguan kesadaran.
II.Bangkitan parsial yang disertai gangguan kesadaran saat awal
bangkitan.
Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
oParsial sederhana yang menjadi umum tonik-klonik.
oParsial kompleks menjadi umum tonik-klonik.
oParsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik-
klonik.
Karakteristik Tipikal Atipikal

Klasifikasi Durasi
Hilangnya kesadaran
10-20 detik
lengkap
Lama
Sering tidak lengkap
Onset mendadak Kurang
Bangkitan umum Penghentian mendadak Kurang

• Lena/Petit Mal (absence) Jumlah serangan


Hiperventilasi
Beberapa kali
Sering memicu
Jarang
Kurang memicu
• Mioklonik Fotosensitivitas ada Jarang

• Tonik Fenomena yang terkait Kelopak mata berkedip Gejala automastism,


perubahan otot
• Atonik/astatik Usia 4-10 tahun Semua

• Klonik Klinis idiopatik Epilepsy simtomatik,


abnormalitas neurologi,
• Tonik-klonik/Grand Mall tipe kejang multiple

EEG Background normal, Abnormal background,


bilateral, symmetric asymmetric 2.0 – 2.5 Hz ,
bisynchronous 2-4 Hz spike irregular spike wave, spike
wave activity sharp wave bursts,
paroxysmal fast activity

Respons terhadap terapi baik Kurang baik


1. Bangkitan Umum
Terjadi pada seluruh area otak. Kesadaran akan terganggu pada awal kejadian
kejang. Kejang umum dapat terjadi diawali dengan kejang parsial simpleks atau
kejang parsial kompleks. Jika ini terjadi, dinamakan kejang umum tonik-klonik
sekunder.

TONIK – KLONIK (GRAND MAL)


Diawali dengan hilangnya kesadaran dan sering penderita akan menangis. Jika berdiri, orang
akan terjatuh, tubuh menegang (tonik) dan diikuti sentakan otot (klonik). Bernafas dangkal
dan sewaktu-waktu terputus menyebabkan bibir dan kulit terlihat keabuan/ biru. Air liur dapat
terakumulasi dalam mulut, terkadang bercampur darah jika lidah tergigit. Dapat terjadi
kehilangan kontrol kandung kemih. Kejang biasanya berlangsung sekitar dua menit atau
kurang. Hal ini sering diikuti dengan periode kebingungan, agitasi dan tidur. Sakit kepala dan
nyeri juga biasa terjadi setelahnya.
ABSENS (PETIT MAL)
Kejang ini biasanya dimulai pada masa anak-anak (tapi bisa terjadi pada orang dewasa),
seringkali keliru dengan melamun atau pun tidak perhatian. Sering ada riwayat yang sama
dalam keluarga. Diawali mendadak ditandai dengan menatap, hilangnya ekspresi, tidak
ada respon, menghentikan aktifitas yang dilakukan. Durasi kurang lebih 10 detik dan
berhenti secara tiba-tiba. Penderita akan segera kembali sadar dan melanjutkan aktifitas
yang dilakukan sebelum kejadian, tanpa ingatan tentang kejang yang terjadi.
MIOKLONIK
Kejang berlangsung singkat, biasanya sentakan otot secara intens terjadi pada
anggota tubuh atas. Meski kesadaran tidak terganggu, penderita dapat
merasa kebingungan dan mengantuk jika beberapa episode terjadi dalam
periode singkat. Terkadang dapat memberat menjadi kejang tonik-klonik.
TONIK
Terjadi mendadak. Kekakuan singkat pada otot seluruh tubuh,
menyebabkan orang menjadi kaku dan terjatuh jika dalam posisi berdiri.
Pemulihannya cepat namun cedera yang terjadi dapat bertahan. Kejang
tonik dapat terjadi pula saat tertidur.

ATONIK
Terjadi mendadak, kehilangan kekuatan otot, menyebabkan penderita
lemas dan terjatuh jika dalam posisi berdiri. Biasanya terjadi cedera dan
luka pada kepala. Tidak ada tanda kehilangan kesadaran dan cepat
pemulihan kecuali terjadi cedera
2. Bangkitan Parsial / Fokal
Terjadi pada satu area otak dan terkadang menyebar ke area lain. Jika
menyebar, akan menjadi kejang umum (sekunder), paling sering terjadi kejang
tonik klonik. 60 % penderita epilepsi merupakan kejang parsial dan kejang ini
terkadang resisten terhadap terapi antiepileptik
PARSIAL SEDERHANA
Karakteristik Absans Parsial Kompleks
Kejang singkat ini diistilahkan “aura” atau “warning” dan terjadi sebelum kejang
Status
parsial kompleks neurologi
atau Normal
kejang tonik klonik. Tidak ada penurunan kesadaran,Riwayat
dengankejang
durasi kurang dari satu menit
usia Anak-anak Semua usia
PARSIAL KOMPLEKS
durasi Detik Menit
Serangan ini dapat sangat bervariasi, bergantung pada area dimulai dan penyebaran
di otak. Banyak kejang parsial kompleks dimulai
Frekuensi dengan tatapan kosong, kehilangan
Sering Jarang
ekspresi atau samar-samar, penampilan bingung. Kesadaran terganggu dan orang
mungkin tidakDiprovokasi
merespon.hiperventilasi Mungkinmengunyah, gelisah, berjalan
Perilaku umum termasuk Jarang di
sekitar atau bergumam. Kejang parsial dapat berlangsung dari 30 detik sampai tiga
Etiologi
menit. Setelah Idiopatic
kejang, penderita sering bingung dan /mungkin
Genetictidak ingat apa-apa
Kriptogenik ,simptomatik
tentang kejang
EEG Gelombang umum 2-4 Hz Normal gelombang tajam

Automatisme Muncul jika durasi > dari 10 Jarang


detik

Respon terhadap OAE Baik Resisten


Etiologi
• Idiopatik
Tidak terdapat lesi structural di otak atau defisit neurologis. Diperkirakan
mempunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan dengan usia.
• Kriptogenik
Dianggap simtomatik tapi penyebabnya belum diketahui termasuk di sini
adalah sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut, dan epilepsi mioklonik.
Gambaran klinik sesuai dengan ensefalopati difus.
• Simtomatik
Disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat, misalnya cedera
kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan
peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan neuro
degenerative.
Prevalensi
• Prevalensi di negara sedang berkembang ditemukan lebih tinggi
daripada negara maju. Dilaporkan prevalensi di negara maju berkisar
antara 4-7 per 1000 orang dan 5-74 per 1000 orang di negara sedang
berkembang.
• Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(Pokdi Epilepsi PERDOSSI) mengadakan penelitian pada 18 rumah sakit
di 15 kota pada tahun 2013 selama 6 bulan. Didapatkan 2288 pasien
terdiri atas 487 kasus baru dan 1801 kasus lama. Rerata usia kasus baru
adalah 25,06±16,9 tahun sedangkan rerata usia pada kasus lama adalah
29,2±16,5 tahun. Sebanyak 77,9% pasien berobat pertama kali ke dokter
spesialis saraf, 6,8% berobat ke dokter umum, sedangkan sisanya
berobat ke dukun dan tidak berobat.
Diagnosis

• Ada tiga langkah dalam menegakkan diagnosis epilepsi, yaitu sebagai


berikut:
• Pastikan adanya bangkitan epileptik
• Tentukan tipe bangkitan berdasarkan klasifikasi ILAE 1981
• Tentukan sindrom epilepsi berdasarkan klasifikasi ILAE 1989
Diagnosis
Anamnesis: auto dan alloanamnesis dari orang tua atau saksi mata mengenai hal-
hal terkait di bawah ini.
• Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pascabangkitan:
Selama bangkitan/gejala prodromal:
- Kondisi fisik dan psikis yang mengindikasikan akan terjadinya bangkitan, misalnya
perubahan perilaku, perasaan lapar, berkeringat, hipotermi, mengantuk, menjadi
sensitif, dan lain-lain.
Selama bangkitan/iktal:
- Apakah terdapat aura, gejala yang dirasakan pada awal bangkitan?
- Bagaimana pola/bentuk bangkitan, mulai dari deviasi mata, gerakan kepala,
gerakan tubuh, vokalisasi, automatisasi, gerakan pada salah satu atau kedua
lengan dan tungkai, bangkitan tonik/klonik, inkontinensia, lidah tergigit, pucat,
berkeringat, dan lain-lain.
- Apakah terdapat lebih dari satu pola bangkitan?
- Apakah terdapat perubahan pola dari bangkitan sebelumnya?
- Aktivitas penyandang saat terjadi bangkitan, misalnya saat tidur, saat terjaga,
bermain video game, berkemih, dan lain-lain.
Pasca bangkitan/post-iktal:
-Bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah, Todd’s paresis.
Diagnosis
• Faktor pencetus: kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis, alkohol.
• Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang
antarbangkitan, kesadaran antarbangkitan.
• Terapi epilepsi sebelumnya dan respons terhadap OAE sebelumnya:
• Jenis obat antiepilepsi (OAE)
• Dosis OAE
• Jadwal minum OAE
• Kepatuhan minum OAE
• Kadar OAE dalam plasma
• Kombinasi terapi OAE
Diagnosis
• Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologis, psikiatrik
maupun sistemik yang mungkin menjadi penyebab maupun
komorbiditas
• Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
• Riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran, dan tumbuh
kembang
• Riwayat bangkitan neonatal/kejang demam
• Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf pusat (SSP), dan
lain-lain
Pemeriksaan Fisik Umum
• Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan dengan
epilepsi, misalnya:
• Trauma kepala
• Tanda-tanda infeksi
• Kelainan kongenital
• Kecanduan alkohol atau napza
• Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
• Tanda-tanda keganasan
Pemeriksaan Neurologis
• Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau
difus yang dapat berhubungan dengan epilepsi. Jika
dilakukan dalam beberapa menit setelah bangkitan, makan
akan tampak tanda pascabangkitan terutama tanda fokal
yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi,
seperti:
• Paresis Todd
• Gangguan kesadaran pascaiktal
• Afasia pascaiktal
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan elektro-ensefalografi (EEG)
• Rekaman EEG merupakan pemeriksaan yang paling berguna pada
dugaan suatu bangkitan untuk:
• Membantu menunjang diagnosis
• Membantu penentuan jenis bangkitan maupun sindrom epilepsi
• Membantu menentukan prognosis
• Membantu penentuan perlu/tidaknya pemberian OAE
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan pencitraan otak
• Berguna untuk mendeteksi lesi epileptogenik di otak. MRI
beresolusi tinggi dapat mendiagnosis secara non-invasif
berbagai macam lesi patologik misalnya mesial temporal
sclerosis, glioma, ganglioma, malformasi kavernosus,
Dysembryoplastic Neuroepithelial Tumor (DNET), tuberous
sclerosis.
• Functional brain imaging seperti Positron Emission
Tomography (PET), Single Photon Emission Computed
Tomography (SPECT) dan Magnetic Resonance Spectroscopy
(MRS) bermanfaat dalam memberika informasi tambahan
mengenai dampak perubahan metabolik dan perubahan
aliran darah regional di otak berkaitan dengan bangkitan
Indikasi CT scan
• Semua kasus serangan kejang yang pertama kali dengan dugaan ada
kelainan struktural di otak.
• Perubahan serangan kejang.
• Ada defisit neurologis fokal.
• Serangan kejang parsial.
• Serangan kejang yang pertama diatas usia 25 tahun.
• Untuk persiapan operasi epilepsi.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hematologis
• Pemeriksaan ini mencakup hemoglobin, lekosit dan hitung jenis, hematokrit,
trombosit, apusan darah tepi, elektrolit, kadar glukosa darah sewaktu, fungsi
hati, ureum, kreatinin, albumin
Pemeriksaan kadar OAE
• Pemeriksaan ini idealnya dilakukan untuk meliat kadar OAE dalam plasma saat
bangkitan belum terkontrol, meskipun sudah mencapai dosis terapi maksimal
atau untuk memonitor kepatuhan pasien

Pemeriksaan penunjang lainnya


• Dilakukan sesuai dengan indikasinya misalnya pungsi lumbal atau
elektrokardiografi (EKG)
Kejang Epileptik Syncope Non Epileptic Attack Disorder Aritmia Jantung Hiperventilasi atau Serangan Panik
Riwayat Trauma kepala, alkohol, ketergantungan obat, Menggunakan obat Wanita (3:1) Penyakit jantung Ansietas
kejang demam yang berkepanjangan, antihipertensi, antidepressan kongenital
Ketergantungan seksual dan fisik
meningitis, ensefalitis, stroke.

Riwayat keluarga (+)


Faktor Pencetus Sleep deprivation Perubahan posisi Stres Olahraga Situasi sosial

Putus alkohol Prosedur medis Distress sosial

Stimulasi fotik Berdiri lama

Gerakan leher (carotis


baroreceptor)
Karakteristik Klinis Steriotipi Lightheadedness Gejala awal tidak khas Palpitasi Ketakutan
Menjelang Serangan
Paroksismal (detik) Gejala visual Perasaan tidak realistis

Bisa disertai aura Gelap, kabur Sulit bernapas, kesemutan


Karakteristik Klinis Saat Gerakan: Tonik (kaku) diikuti gerakan jerking Pucat Mirip kejang epileptik tetapi Pucat Agitasi
Serangan yang ritmis gerakan lengan tidak beraturan,
Bisa disertai kaku atau Bisa disertai kaku atau Napas cepat
pengangkatan pelvis, kadang tidak
Gerakan otomatism menghentak-hentak sebentar menghentak-hentak
bergerak sama sekali Kaku pada tangan (carpopedal spasm)
sebentar
Sianosis

Bisa terjadi di mana saja dan kapan pun


Gejala Sisa Setelah Mengantuk Lesu Lesu
Serangan
Lidah tergigit

Nyeri anggota gerak


Terapi
• Prinsip Terapi Farmakologi
• Obat antiepilepsi (OAE) diberikan bila:
• Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
• Terdapat minimum dua bangkitan dalam setahun
• Penyandang dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan tentang tujuan
pengobatan
• Penyandang dan atau keluarganya telah diberitahu tentang kemungkinan efek
samping yang timbul dari OAE
• Bangkitan terjadi berulang walaupun faktor pencetus sudah dihindari
Terapi
• Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan OAE pilihan
sesuai jenis bangkitan dan jenis sindrom epilepsi
• Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan
bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul efek
samping
• Kadar obat dalam plasma ditentukan bila:
• Bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif
• Diduga ada perubahan farmakokinetik OAE
• Diduga penyandang tidak patuh pada pengobatan
• Setelah penggantian dosis/regimen OAE
• Untuk melihat interaksi antar OAE atau obat lain
Terapi
• Bila dengan penggunaan OAE pertama dosis maksimum tidak
dapat mengontrol bangkitan, maka diganti dengan OAE
kedua. Bila OAE kedua telah mencapai kadar terapi, maka OAE
pertama diturunkan bertahap. Bila terjadi bangkitan saat
penurunan OAE pertama, kedua OAE tetap diberikan. Bila
respons yang didapat buruk, kedua OAE harus diganti dengan
OAE yang lain. Penambahan OAE ketiga baru dilakukan bila
terdapat respons dengan OAE kedua, tetapi respons tetap sub
optimal walaupun penggunaan kedua OAE pertama sudah
maksimal.
Terapi
• OAE kedua harus memiliki mekanisme kerja yang berbeda dengan OAE pertama
• Penyandang dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk dimulai terapi bila kemungkinan
kekambuhan tinggi, yaitu bila:
• Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG
• Pada pemeriksaa CT scan atau MRI otak dijumpai lesi yang bekorelasi dengan bangkitan; misalnya
meningioma, neoplasma otak, AVM, abses otak, ensefalitis herpes
• Pada pemeriksaan neurologis dijumpai kelainan yang mengarah pada adanya kerusakan otak
• Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung
• Riwayat bangkitan simtomatis
• Terdapat sindrom epilepsi yang beresiko kekambuhan tinggi seperti JME (Juvenile Myoclonic Epilepsy)
• Riwayat trauma kepala terutama yang disertai penurunan kesadaran, stroke, infeksi SSP
• Bangkitan pertama berupa status epileptikus
Terapi
• Efek samping OAE perlu diperhatikan, demikian pula halnya
dengan profil farmakologis tiap OAE dan interaksi
farmakokinetik antar OAE
• Strategi untuk mencegah efek samping:
• Pilih OAE yang paling cocok untuk karakteristik penyandang
• Gunakan titrasi dengan dosis terkecil dan rumatan terkecil mengacu
pada sindrom epilepsi dan karekteristik penyandang
Pemilihan OAE berdasarkan bentuk bangkitan
Bangkitan Fokal Bangkitan Umum Bangkitan Tonik Bangkitan Lena Bangkitan Mioklonik
Sekunder Klonik
OAE
Phenytoin + (A) +A +C - -
Carbamazepine +A +A +C - -

Valproic acid +B +B +C +A +D

Phenobarbital +C +C +C 0 ?+

Gabapentin +C +C +D 0 ?-

Lamotrigine +C +C +C +A ±

Topiramate +C +C +C ? ?+D
Zonisamide +A +A ?+ ?+ ?+
Levetiracetam +A +A ?+D ?+ ?+

Oxcarbazepine +C +C +C - -

Clonazepam +D - - - -
Pemilihan OAE didasarkan atas OAE Lini Pertama OAE Lini Kedua OAEv lain yang dipertimbangkan OAE yang sebaiknya dihindariyang dihindari
Jenis Bangkitan
Bangkitan umum Tonik klonik SodiumValproate Clobazam Clonazepam

Lamotrigine Levetiracetam Phenobarbital

Topiramate Topiramate Phenytoin

Carbamazepine Acetazolamide
Bangkitan lena SodiumValproate Clobazam Carbamazepine

Lamotrigine Topiramate Oxcarbazepine

Gabapentin
Bangkitan Mioklonik Sodium Valproate Clobazam Carbamazepine

Topiramate Topiramate Oxcarbazepine

Levetiracetam Gabapentin

Lamotrigine

Piracetam
Bangkitan tonik SodiumValproate Clobazam Phenobarbital Carbamazepine

Lamotrigine Levetiracetam Phenytoin Oxcarbazepine

Topiramate
Bangkitan atonik SodiumValproate Clobazam Phenobarbital Carbamazepine

Lamotrigine Levetiracetam Acetazolamide Oxcarbazepine

Topiramate Phenytoin

Bangkitan fokal dengan/tanpa Carbamazepine Clobazam Clonazepam Carbamazepi ne


umum sekunder
Oxcarbazepine Gabapentin Phenobarbital Gabapentin

SodiumValproate Levetiracetam Acetazolamide Oxcarbazepine

Topiramate Phenytoin

Lamotrigine Tiagabine
Efek samping OAE
Obat Efek Samping yang Mngancam Jiwa Efek Samping Minor
Carbamazepin Anemia aplastik, hepatotokisitas, sindrom Steven Johnson, lupus like Dizziness, ataksia, diplopia, mual, kelelahan, lekopeni, trombositopenia,
syndrome ruam, gnagguan perliaku, tics

Phenytoin Anemia aplastik, gangguan fungsi hati, sindroma Steven Johnson, lupus Hipertrofi gusi, hirsutisme, ataksia, nistagmus, diplopia, ruam,
like syndrome, pseudolymphoma anoreksia, mual, makrositosis, neuropati perifer

Phenobarbital Hepatotoksik, ganggunan jaringan ikat dan sumsum tulang, sindroma Mengantuk ataksia, nistagmus, ruam kulit, depresi, hiperaktif pada
Steven Johnsons anak, gangguan belajar

Valproate Hepatotoksisitas, hiperamonemia, leopeni, trombositopeni, pankreatitis Mual, muntah, rambut menipis, tremor, amenore, peningkatan berat
badan, konstipasi
Levetiracetam Belum diketahui Mual, nyeri kepala, dizziness, kelamahan, mengantuk, gangguan
perilaku
Gabapentin Belum diketahui Somonlen, kelelahan, ataksia, dizziness, peningkatan berat badan,
gangguan perilaku pada anak

Lamotrigine Sindrom Stevens Johnson, gangguan hepar akut, kegagalan multi organ Ruam, dizziness, tremor, ataksia, diplopia, padnangan kabur, nyeri
kepala, mual, muntah, insomnia

Oxcarbazepine Ruam kulit Dizziness, ataksia, nyeri kepala, mual, kelelahan, hiponatremia

Topiramate Batu ginjal, hipohidrosis, gangguan fungsi hati Gangguan kognitif, kesulitan menemukan kata, dizziness, ataksia, nyeri
kepala, kelelahan, mual, penurunan berat badan, parestesia, glukoma

Zonisamide Batu ginjal, hipohidrosis, ganemia apalstik Mual, nyeri kepala, dizziness, eklelahan, parestesia, ruam, gangguan
berbahasa
Pregabalin Belum diketahui Peningkatan berat badan
Penghentian OAE
• Syarat umum untuk menghentikan pemberian OAE adalah
sebagai berikut:
• Setelah minimal 3 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG normal
• Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau keluarganya
• Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula setiap bulan
dalam jangka waktu 3-6 bulan
• Bila digunakan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai dari 1
OAE yang bukan utama
Penghentian OAE
• Kekambuhan setelah penghentian OAE akan lebih besar
kemungkinannya pada keadaan sebagai berikut:
• Semakin tua usia, kemungkinan timbul kekambuhan semakin tinggi
• Epilepsi simtomatis
• Gambaran EEG yang abnormal
• Bangkitan yang sulit dikontrol dengan OAE
• Tergantung bentuk sindrom epilepsi yang diderita; sangat jarang
pada sindrom epilepsi benigna dengan gelombang tajam pada
daerah sentrotemporal, 5-25% pada epilepsi lena masa anak kecil,
25-75% epilepsi parsial kriptogenik/simtomatis, 85-95% pada
epilepsi mioklonik pada anak, dan JME
• Penggunaan lebih dari satu OAE
• Telah mendapat terapi 10 tahun atau lebih
Terapi non farmakologis
• Stimulasi N vagus  terapi adjuvan untuk mengurangi
frekuensi bangkitan pada penyandang epilepsi refrakter usia
dewasa dan anak-anak yang tidak memenuhi syarat operasi.
Dapat digunakan pada bangkitan parsial dan bangkitan
umum.
• Deep brain stimulation
• Diet ketogenik
• Intervensi psikologi
• Relaksasi, behavioral cognitive therapy dan biofeedback
Bab III
PEMBAHASAN
• Diagnosa klinis pada kasus ini adalah epilepsi bangkitan umum tonik
klonik karena terdiri dari beberapa perilaku motorik,karena ada
gerakan ritma klonik disertai gangguan kesadaran dan kebingungan
postiktal. Sedangkan diagnosa topis adalah di korteks serebri.
Diagnosis etiologi adalah idiopatik karena belum diketahui
penyebabnya. Diagnosis patologi adalah karena adanya gangguan
impuls listrik akibat dari ketidaseimbangan antara kekuatan
eksitatorik dan inhibitorik di dalam jaringan neuron korteks
• Pemilihan OAE berdasarkan bentuk bangkitan umum pasien ini asam
valproate. Pada pasien diberikan depakote dengan dosis 2x250mg
sehari dikombinasi dengan carbamazepine 2x200mg dan clobazam
2x10mg Terapi OAE ini sesuai dengan tipe bangkitan yang didahului
bangkitan fokal yang berkembang menjadi bangkitan tonik klonik.
• Prognosis vitam dan fungsionam bonam karena keadaan umum
pasien masih stabil, pasien sadar dan tidak ada defisit neurologis.
Untuk sanationam dubia ad bonam karena kerusakan otak bersifat
ireversibel sehingga ada kemungkinan epilepsi kambuh tergantung
pada kepatuhan minum obat dan kemampuan pasien untuk
menghindar dari faktor pencetus
Thank You

Вам также может понравиться

  • Lampiran
    Lampiran
    Документ20 страниц
    Lampiran
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Skabies
    Skabies
    Документ1 страница
    Skabies
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Family Folder Hipertensi
    Family Folder Hipertensi
    Документ18 страниц
    Family Folder Hipertensi
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • EVALUASI PROGRAM UPAYA KESEHATAN LANSIA DI PUSKESMAS
    EVALUASI PROGRAM UPAYA KESEHATAN LANSIA DI PUSKESMAS
    Документ40 страниц
    EVALUASI PROGRAM UPAYA KESEHATAN LANSIA DI PUSKESMAS
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Distorsia Bahu
    Distorsia Bahu
    Документ15 страниц
    Distorsia Bahu
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Family Folder Hipertensi Reydel
    Family Folder Hipertensi Reydel
    Документ17 страниц
    Family Folder Hipertensi Reydel
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Ukm - HT Lansia
    Ukm - HT Lansia
    Документ3 страницы
    Ukm - HT Lansia
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • UJIAN - Skizofrenia Paranoid
    UJIAN - Skizofrenia Paranoid
    Документ1 страница
    UJIAN - Skizofrenia Paranoid
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Novena Hati Kudus Yesus
    Novena Hati Kudus Yesus
    Документ1 страница
    Novena Hati Kudus Yesus
    Florensia Indriani
    Оценок пока нет
  • Translate Gaje
    Translate Gaje
    Документ3 страницы
    Translate Gaje
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Translate Gaje
    Translate Gaje
    Документ3 страницы
    Translate Gaje
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Case HEG Berlie
    Case HEG Berlie
    Документ23 страницы
    Case HEG Berlie
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Novena Hati Kudus Yesus
    Novena Hati Kudus Yesus
    Документ1 страница
    Novena Hati Kudus Yesus
    Florensia Indriani
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ19 страниц
    Bab Ii
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ19 страниц
    Bab Ii
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Fixed Drug Eruption: Pembimbing: Dr. Ika Soelistina, Sp. KK
    Laporan Kasus Fixed Drug Eruption: Pembimbing: Dr. Ika Soelistina, Sp. KK
    Документ28 страниц
    Laporan Kasus Fixed Drug Eruption: Pembimbing: Dr. Ika Soelistina, Sp. KK
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAmarlina
    FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAmarlina
    Документ10 страниц
    FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAmarlina
    regin
    Оценок пока нет
  • Presentasi Luka Tembak
    Presentasi Luka Tembak
    Документ45 страниц
    Presentasi Luka Tembak
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Presentationcephalgia
    Presentationcephalgia
    Документ78 страниц
    Presentationcephalgia
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • PERITONITIS
    PERITONITIS
    Документ23 страницы
    PERITONITIS
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • PR Saraf
    PR Saraf
    Документ13 страниц
    PR Saraf
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Fraktur Tibia-Fibula
    Fraktur Tibia-Fibula
    Документ78 страниц
    Fraktur Tibia-Fibula
    yayaisyoyo
    Оценок пока нет
  • Appendisitis Kronis Raydel
    Appendisitis Kronis Raydel
    Документ7 страниц
    Appendisitis Kronis Raydel
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Referat Airway Management
    Referat Airway Management
    Документ24 страницы
    Referat Airway Management
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Demensia - Referat - Elisa
    Demensia - Referat - Elisa
    Документ21 страница
    Demensia - Referat - Elisa
    Fransisca Febriana
    Оценок пока нет
  • Ujian Case
    Ujian Case
    Документ49 страниц
    Ujian Case
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • Case HEG Berlie
    Case HEG Berlie
    Документ23 страницы
    Case HEG Berlie
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет
  • PR Ujian Case
    PR Ujian Case
    Документ6 страниц
    PR Ujian Case
    ChaKer Adja
    Оценок пока нет