Вы находитесь на странице: 1из 31

STATUS EPILEPTIKUS

Disusun oleh :
Nely Silvia

NEUROLOGY Celine
Nicole natassja
ROYAL TARUMA HOSPITAL
Pembimbing :
FACULTY OF MEDICINE
dr. Rini Andriani, Sp.S
TARUMANAGARA UNIVERSITY
DEFINISI EPILEPSI
Epilepsi = penyakit otak yg ditandai :

Minimal terjadi 2 bangkitan kejang spontan dengan jarak >24 jam

1 bangkitan tanpa provokasi (bangkitan reflex) dgn risiko rekurensi 10 tahun ke depan
(minimal 60%)

Diagnosis sindrom epilepsi tegak (sekumpulan tanda & gejala klinis (tipe kejang) yang
muncul bersamaan dalam suatu serangan epilepsi)
DEFINISI STATUS EPILEPTIKUS
Epilepsy Foundation of America (EFA) lebih dari 10th yang lalu  Kejang yg
berlangsung terus-menerus ≥30 menit atau berulang tanpa disertai pulihnya
kesadaran diantara kejang.
ILAE  Status epilepticus is a condition resulting either from the failure of the
mechanisms responsible for seizure termination or from the initiation of mechanisms,
which lead to abnormally, prolonged seizures. It is a condition, which can have
long‐term consequences, including neuronal death, neuronal injury, and alteration of
neuronal networks, depending on the type and duration of seizures
Kegawatdaruratan
Focal Onset Generalized Onset Unknown Onset

Aware
Impaired Motor Motor
Awareness tonic-clonic tonic-clonic
clonic epileptic spasms
Motor Onset tonic Non-Motor
automatisms myoclonic
behavior arrest
atonic2 myoclonic-tonic-clonic
clonic myoclonic-atonic
epileptic spasms2 atonic
epileptic spasms2
hyperkinetic Unclassified3
myoclonic Non-Motor (absence)
tonic typical
Non-Motor Onset atypical
myoclonic
autonomic
eyelid myoclonia
behavior arrest
cognitive
emotional 1 Definitions, other seizure types and descriptors are listed in the

sensory accompanying paper and glossary of terms.


2 These could be focal or generalized, with or without alteration of awareness
focal to bilateral tonic-clonic 3 Due to inadequate information or inability to place in other categories

Fisher et al. Instruction manual for the ILAE 2017 operational classification of seizure
types. Epilepsia doi: 10.1111/epi.13671
PATOFISIOLOGI EPILEPSI & SE
Faktor-faktor yang
menimbulkan kejang  fx Terbentuknya fokus kejang Aktivasi jalur apoptosis
predisposisi (mutasi Perubahan otak menjadi pada otak  saraf pada pada fokus kejang 
genetik/ riwayat epilepsi fokus mengalami pemeriksaan MRI &
lebih bersifat epileptik 
pada keluarga) + fx epileptogenesis depolarisasi paroksismal  ditemukan atrofi dan
presipitasi (infeksi, peningkatan eksitasi + sklerosis pada
gangguan metabolik, penurunan inhibisi. hippocampus
autoimun).
DIAGNOSIS
Deskripsi kejang  Kesadaran, pemeriksaan Darah perifer lengkap
Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Penunjang
Bentuk, lama, frekuensi, fisik ke arah etiologi Cairan serebrospinal
kesadaran saat kejang, kejang seperti 
dengan/tanpa demam, demam, hemodinamik, Gula darah
interval, kesadaran tanda-tanda dehidrasi Elektrolit darah
paska kejang, & maupun tanda-tanda
kelumpuhan paska hipoksia Analisis gas darah
kejang Pemeriksaan neurologi Elektroensefalografi
Pemicu kejang meliputi kaku kuduk, (EEG)
Riwayat kejang tanda rangsang CT/MRI
sebelumnya meningeal, nervus
kranialis, motorik,
Riwayat keluarga sensorik, refleks fisiologis
Riwayat pengobatan dan patologis
SE Dini SE Menetap SE Refrakter

5 menit 30 menit

Pra hospital IGD ICU


Diazepam rectal SE Dini SE Menetap SE Refrakter
10-20 mg, dapat 0-30 menit 0-60 menit 30-90 menit
diulang sekali Lorazepam iv 0.1 Phenytoin iv dosis 15-18 Propofol 1-2 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 2-10
setelah 15 menit mg/kgBB (diberikan 4 mg/kg dengan kecepatan mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol
ATAU mg bolus, diulang satu pemberian 50 mg/mnt ATAU
Midazolam kali setelah 10-20 DAN ATAU Midazolam 0.1-0.2 mg/kg bolus, dilanjutkan
buccal 10 mg menit) bolus Phenobarbital 10-15 0.05-0.5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE
Berikan OAE yang biasa mg/kg iv dengan kec terkontrol
digunakan bila pasien pemberian 100 mg/mnt ATAU
sudah pernah mendapat Thiopental sodium 3-5 mg/kg bolus,
terapi OAE dilanjutkan 3-5 mg/jg/jam dititrasi naik
sampai terkontrol

Monitoring EEG

Observasi jalan napas, tekanan darah, temperatur, akses IV, pemeriksaan kimia darah, darah lengkap, glukosa, elektrolit, kadar OAE, toksikologi

* Pedoman Tata Laksana Epilepsi PERDOSSI 2014


Blokade Voltage-
gated calcium Blokade T-type calcium
channels Blokade Voltage-
channels gated sodium channels
• Gabapentin • Asam valproat
• Pregabalin • Etosuksimid • Asam valproat
• Lamotrigine • Karbamasepin
• Felbamat • Okskarbasepin
• Fenitoin
• Felbamat
• Topiramat

Aktivasi reseptor
GABAA

• Fenobarbital
• Bensodiasepin
• Topitamat
• Felbamat
• Levetiracetam
TERAPI ANTI KEJANG
Penghentian pengobatan anti-kejang diindikasikan jika telah bebas kejang selama
minimal 2 tahun.
Jika pasien gagal dengan kombinasi 3 obat, maka kesempatan untuk mencapai
bebas kejang menggunakan obat anti-kejang <10%.
Diperlukan pertimbangan untuk dilakukan operasi jika pada pasien gagal dengan 2
atau 3 jenis obat anti-kejang dalam 2 tahun sejak onset epilepsi atau segera
sebelum 2 tahun (tersering  reseksi fokal)
Komplikasi Prognosis
Kerusakan otot Gejala sisa lebih sering terjadi pada status
epileptikus simtomatis:
Demam  Defisit neurologis permanen (37%)
Rhabdomiolisis  Disabilitas intelektual (48%).

Gagal ginjal Sekitar 3-56% pasien yang mengalami


status epileptikus akan mengalami kembali
Edema otak kejang yang lama atau status epileptikus
yang terjadi dalam 2 tahun pertama.
KASUS
IDENTITAS
Nama : An. MS Jenis Kelamin : Laki laki
TTL: Jakarta, 21– 02 - 2001
Usia : 17 tahun Suku Bangsa : Jakarta
Pendidikan : SMK Agama : Islam
Alamat : Kp. Duri Dalam no. 23 Tanggal Masuk RS : 10-12-2018
RT/RW: 010/05
Tanggal Pemeriksaan : 10-12-2018 Jam : 10.00
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Dilakukan alloanamnesis terhadap orangtua pasien pada tanggal 10 Desember 2018 jam
10.00 WIB
Keluhan Utama : Kejang sejak 2 hari SMRS
Anak perempuan usia 17 tahun datang ke RS Royal Taruma bersama orangtuanya dengan
keluhan riwayat kejang sejak 2 hari SMRS. Kejang berlangsung terus menerus selama ± 30
menit dan berulang tanpa pemulihan kesadaran. Hingga saat masuk rumah sakit, pasien
mengalami kejang sampai dengan 2x.
Selama kejang, orangtua pasien mengatakan seluruh tubuh anaknya kaku dan kelojotan
disertai dengan mata mendelik ke atas, keluar air liur dan pasien tidak sadar. Setelah kejang,
pasien lemas dan kemudian tertidur.
Sebelumnya pasien sempat mengalami keluhan serupa pada tahun 2016. Pasien diberikan
obat Depakote oleh dokter spesialis saraf. Namun, menurut orangtua pasien, pasien tidak rutin
minum obat.
Keluhan lainnya pada saat ini seperti demam, batuk, pilek disangkal oleh pasien. Nafsu
makan baik serta BAB-BAK dalam batas normal.
RIWAYAT PENYAKIT
Dahulu Keluarga
Riwayat kejang (+) sejak usia 1 tahun Ayah dan adik nya memiliki keluhan
serupa berupa kejang
Riwayat batuk, pilek, demam, diare,
mual-muntah disangkal Alergi obat (-)
Alergi obat (-)
RIWAYAT PERINATAL
Lahir cukup bulan dengan persalinan normal di bidan.
BBL 2.600 gram, PBL 48 cm
Selama kehamilan ibu pasien memeriksakan kehamilannya ke bidan
Tidak ada penyulit kehamilan (demam, nyeri berkemih, keputihan) maupun
persalinan (partus lama/macet, pecah ketuban sebelum persalinan, ketuban
hijau)
Keadaan saat lahir: Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, tonus otot baik,
dan bayi langsung menangis, kuning (-)
Riwayat Imunisasi Riwayat Pertumbuhan
Hep B: usia 0, 2, 3, 4 bulan BBL = 2.600 gr PBL = 48 cm
BBS = 38 kg TBS = 155 cm
Polio: usia 1,2,3,4 bulan
Riwayat Perkembangan :
BCG: usia 1 bulan, dengan skar BCG
(+) dilengan atas Tengkurap di usia 4 bulan

DPT/ Hib: usia 2, 3, 4 bulan Duduk dan merangkak di usia 6 bulan


Meraih benda yang ada disekitarnya 6 bulan
Campak : 9 bulan
Berdiri usia 10 bulan
Program ORI / Difteri : tidak dilakukan
Berjalan usia 11 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan
sesuai usia
RIWAYAT ASUPAN NUTRISI
ASI dari lahir sampai usia 2 tahun
Makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan
Makanan padat sejak usia 18 bulan
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran (GCS) : E3 V4 M4 = 11  Somnolen
KU : Tampak lemas, mengantuk
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 86-90 x/min
Suhu : 36.8 – 37.0 ⁰C
Pernapasan : 21- 22 x / menit
BB : 39 kg
C/P : BJ I & II normal, murmur(-), gallop (-), vesikuler (+/+), Rh (-/-)
Wh (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala: normocephali, tidak teraba massa, rambut berwarna hitam, terdistribusi
merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan
Mata: bentuk simetris, pupil bulat, isokor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung (+/+),
refleks cahaya tak langsung (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
cekung (-)
Hidung: deviasi (-), sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-), mimisan (-)
Telinga: bentuk normal, nyeri tekan (-/-), sekret (-/-), refleks cone of light (+/+)
Mulut: sianosis (-), mukosa oral kering (-), faring hiperemis (-), tonsil T1/T1, hiperemis
(-), tremor lidah (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-)
Leher: trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk simetris dalam keadaan statis dan dinamis,
Palpasi : Tidak teraba massa, krepitasi (-), nyeri (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV MCLS.
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 dan S2 normal, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
 Inspeksi : tampak datar, jejas (-), massa (-)
 Auskultasi : BU (+) 6-9 x/ menit, bruit (-)
 Palpasi : supel, massa (-), nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
 Perkusi : timpani, shifting dullness (-), ketok CVA -/-
Tulang Belakang : dalam batas normal, kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT 2 detik, edema (-/-)
Kulit : dalam batas normal, sianosis (-), petekie (-)
KGB : Pembesaran KGB (+) coli sinistra
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS POST KEJANG
Rangsang meningeal
 Kaku kuduk (-)
 Bruzunky I – IV = Negatif

 Saraf cranialis  kesan : normal


 Reflek fisiologis : biceps (+/+), triceps (+/+), patella (+/+), achilles (+/+)
 Reflek patologis : babinski (-/-), chaddock (-/-), gordon (-/-), schaeffer (-/-), hoffman tromner (-/-), klonus paha (-/-), klonus
kaki (-/-), oppenheim (-/-)

 Normotoni, normotrofi
 Kekuatan 5555 5555 / 5555 5555
PEMERIKSAAN PENUNJANG
10 – 12 – 2018 Nilai normal 10 – 12 – 2018 Nilai normal
Eritrosit 4.91 4.50 – 5.90 juta / uL
Kalium 3.7
Hb 11,6 11.8 – 15.0 g/dL
Natrium 131
Ht 36,4 41 – 53 %
Chlorida 91
Leukosit 7000 4.0 – 11.0 Ribu/uL
Trombo 401 150 – 440 Ribu/uL

LED 11 0 – 10
mm/jam
Basofil 0 0 -1 %
Eosinofil 0 0–3%
Batang 0 0–6%
Segmen 80 50 – 70 %
Limfosit 17 0–8%
Monosit 3 0 – 10 %
RESUME
Telah diperiksa seorang pasien perempuan usia 17 tahun dengan keluhan kejang sejak 2 hari
SMRS. Kejang berlangsung selama ± 30 menit dan berulang dan tanpa diselangi pulihnya
kesadaran. Hingga saat masuk rumah sakit, pasien mengalami kejang sampai dengan 2x.
Selama kejang, orangtua pasien mengatakan seluruh tubuh anaknya kaku dan kelojotan disertai
dengan mata mendelik ke atas, keluar air liur dan pasien tidak sadar. Setelah kejang, pasien
lemas dan kemudian tertidur.
Riwayat keluhan serupa berupa kejang sejak usia 1 tahun dan pada tahun 2016 pasien diberikan
obat Depakote oleh dokter spesialis saraf namun tidak rutin diminum oleh pasien. Keluhan lainya
pada saat ini seperti demam, batuk, pilek disangkal oleh pasien. Nafsu makan baik serta BAB-
BAK dalam batas normal.
Dari tanda tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mm/Hg, nadi 86-90x/min, nafas 21-
22x / min, suhu 36,8 – 37oC. Dari pemeriksaan fisik post ictal didapatkan GCS E3V4M4 = 11
(Somnolen), keadaan umum tampak lemas, dan mengantuk, serta pemeriksaan sistem lainnya
dalam batas normal. Dari pemeriksaan lab didapatkan Hb : 11,6mg/dL, Leukosit : 7.000/uL
Pemeriksaan Penunjang : EEG
Diagnosis Kerja :
Status Epileptikus
TATALAKSANA
Non Farmakologis
Kebutuhan cairan:
 IV  Oral on demand (saat pasien sadar)
 IVFD phenitoin 700 mg max kecepatan 50 mg/menit
Farmakologis
 Phenitoin 75 mg 2x1/PO
 Depakote ER 250 mg 2x1/PO

Вам также может понравиться