Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBANGUNAN NASIONAL
• Oleh karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis
manusia sbg subyek pendukung pokok sila-sila Pancasila sekaligus pendukung
pokok Negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan obyektif – bahwa Pancasila
sebagai dasar neg dan neg adalah organisasi persekutuan hidup manusia. Oleh
karenanya – neg dalam mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional
untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya - > harus dikembalikan pada dasar-
dasar hakikat manusia sbg makhluk “monopluralis”.
• Unsur-unsur hakikat manusia sbg “monopluralis” – meliputi susunan kodrat
manusia – rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat manusia sbg makhluk individu
dan makhluk social serta kedudukan kodrat manusia sbg makhluk Tuhan YME.
• Oleh karena pembangunan nasional sebagai upaya praksis untuk mewujudkan
tujuan Negara dan seluruh warga negaranya -> maka pembangunan harus
mendasarkan pada paradigm hakikat manusia “monopluralis” tsb.
• Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan nasional berbagai bidang untuk
mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten
berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia tsb.
• Maka pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa (rohani) – yang
mencakup akal, rasa, dan kehendak dan aspek raga (jasmani), aspek individu,
aspek makhluk social, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan Ketuhanannya.
• Oleh karena itu pengembangan ipteks harus didasarkan pada hakikat tujuan
demi kesejahteraan umat manusia.
• Ipteks bukan untuk kesombongan, kecongkakan dan keserakahan manusia –
namun harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.
• Sila Persatuan Indonesia – mengkomplementasikan universalitas dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yg lain.
• Pengembangan ipteks diarahkan demi kesejahteraan umat manusia, termasuk di
dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia.
• Pengembangan ipteks hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme
Indonesia, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat
manusia di dunia.
• Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan – mendasari pengembangan ipteks secara
demokratis.
• Artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan
ipteks.
• Selain itu, dalam pengembangan ipteks – ilmuwan juga harus menghormati dan
menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap yg terbuka untuk
dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan teori lainnya.
• Sila Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia – mengkomplementasikan
pengembangan ipteks haruslan menjaga keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemanusiaan – yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya
dengan diri sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain,
manusia dengan masyarakat bangsa dan Negara serta manusia dengan alam
lingkungannya.
• Dalam pembangunan pengembangan aspek sosial budaya – hendaknya didasarkan atas sistem
nilai yg sesuai dengan nilai-nilai budaya yg dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan.
• Sebagai anti klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai social
budaya dalam masy sehingga tidak mengherankan jikalau diberbagai wilayah Indonesia saat ini
terjadi berbagai macam gejolak yg memprihatinkan – antara lain amuk masa yg cenderung
anarkhis, bentrok antar kelompok masy yg muaranya pada masalah politik.
• Oleh karena itu dalam pengembangan sosbud pada masa reformasi dewasa ini - kita harus
mengangkat nilai-nilai yg dimiliki bangsa Indonesia sbg dasar nilai – yaitu nilai-nilai Pancasila itu
sendiri.
• Dalam prinsip etika Pancasila - hakikatnya bersifat humanistik – artinya nilai-nilai Pancasila
mendasarkan pada nilai yg bersumber pada harkat dan martabat manusia sbg makhluk
berbudaya. Rumusan Sila ke-2 Pancasila – ‘Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
• Dalam rangka pengembangan social budaya – Pancasila merupakan sumber
normative bagi peningkatan humanisasi dalam bidang social budaya.
• Sebagai kerangka kesadaran - Pancasila dapat merupakan dorongan untuk :
• universalisasi – yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur;
• transendentalisasi - yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan
kebebasan spiritual (Koentowijoyo, 1986).
*mpri*