Вы находитесь на странице: 1из 22

GOITER Disusun oleh :

Radya Agna Nugraha


1610211011
DEFINISI
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Kelenjar tiroid yang
membesar disebut goiter. Goiter dapat menyertai hipo maupun hiperfungsi tiroid.
KLASIFIKASI GOITER BERDASARKAN FISIOLOGIS
Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

A. Eutiroidisme
 Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan
stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar hipofisis
menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacm ini biasanya
tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi secara
berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.
B. Hipotiroidism
 Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga sintesis
dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar untuk mempertahankan kadar
plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang
mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop
atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi.

C. Hipertiroidisme
 Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai respon
jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan.
Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah yang
merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan tetapi
ukuran kelenjar tiroid menjadi besar.
KLASIFIKASI GOITER
 Menurut American Society for Study of Goiter membagi goiter menjadi :
 Goiter Nodusa Non Toksik

 Goiter Diffusa Non Toksik

 Goiter Diffusa Toksik

 Goiter Nodusa Toksik

Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi fungsi
fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotiroid.

sedangkan istilah nodusa dan diffusa lebih kepada perubahan bentuk anatomi.
A. GOITER NODUSA NON TOKSIK
Struma nodosa nontoksik merupakan struma nodosa tanpa disertai tanda- tanda
hipertiroidisme. Pada penyakit struma nodosa nontoksik tiroid membesar dengan
lambat.
Pembesaran kelenjar tiroid ini bukan merupakan proses inflamasi atau neoplastik
dan tidak berhubungan dengan abnormalitas fungsi tiroid.
B. GOITER DIFFUSA NON TOKSIK
Goiter difus adalah bentuk goiter yang membentuk satu buah pembesaran yang tampak tanpa membentuk
nodul. Bentuk ini biasa ditemukan dengan sifat non-toksik (fungsi tiroid normal), oleh karena itu bentuk ini
disebut juga goiter simpel.

Pada goiter simpel, terdapat dua fase evolusinya yaitu hiperplastik dan involusi koloid.

1. Pada fase hiperplastik, kelenjar tiroid membesar secara difus dan simetris, walaupun pembesarannya
tidak terlalu besar (hingga 100-150 gram). Folikel-folikelnya dilapisi oleh sel kolumner yang banyak
dan berdesakan. Akumulasi sel ini tidak sama di keseluruhan kelenjar. Apabila setelah itu konsumsi iodin
ditingkatkan atau kebutuhan tubuh akan hormon tiroid menurun

2. terjadi involusi sel epitel folikel sehingga terbentuk folikel yang besar dan dipenuhi oleh koloid.
Biasanya secara makroskopik tiroid akan terlihat coklat dan translusen, sementara secara histologis akan
terlihat bahwa folikel dipenuhi oleh koloid serta sel epitelnya gepeng dan kuboid.
C. GOITER DIFFUSA TOKSIK
Struma diffusa toksik (tirotoksikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan
tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab
tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exopthalmic goiter), bentuk
tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan di antara hipertiroidisme lainnya.
D. GOITER NODUSA TOKSIK
Struma nodular toksik adalah kelenjar tiroid yang mengandung nodul tiroid yang
mempunyai fungsi yang otonomik, yang menghasilkan suatu keadaan hipertiroid.
KLASIFIKASI GOITER
 Menurut WHO di klasifikasikan sebgai berikut :
1. Stadium O – A : tidak ada goiter.
2. Stadium O – B : goiter terdeteksi dari palpasi tetapi tidak terlihat walaupun
leher terekstensi penuh.
3. Stadium I : goiter palpasi dan terlihat hanya jika leher terekstensi penuh.
4. Stadium II : goiter terlihat pada leher dalam ekstensi ringan dan
5. Stadium III : goiter yang besar dan terlihat.
EPIDEMIOLOGI
1. Perempuan dan laki –laki adalah 5-10 : 1.
2. Struma nodular toksik lebih sering terjadi pada wanita daripada pria
3. Pada masa kanak – kanak >> non toksik ec iodium
4. Daerah yang kurang iodium (pegunungan) >>
5. Struma nodular toksik terjadi sekitar 40 % dari kasus,10 % berbentuk nodul
toksik yang solid (mononoduler/adenoma toksik),30% berbentuk multinoduler, dan
Grave disease terjadi sekitar 58 % dari seluruh kasus.
6. Lingkungan (lifestyle : goitrogen)  makanan dan obat2an.
ETIOLOGI
Untuk etiologi sebenarnya masih belum diketahui,tapi adanya keterkaitan dengan :
1. Faktor genetik : diturunkan lewat gen yang mengkode antigen HLA
2. Faktor imunologis (autoantibody)
3. Mediator pertumbuhan (endothelin, IGF dan EGF )
4. Asupan iodium.
5. Terpapar radiasi.
6. Dishormonogenesis : Kerusakan dalam jalur biosintetik hormon kelejar tiroid.
7. Goitrogen : zat dalam beberapa bahan makanan baik itu buah atau pun sayur
yang berpotensi menimbulkan goiter.
GEJALA KLINIS
Gejala utama : Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :

• Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil • Tingkat peningkatan denyut nadi
untuk sebuah benjolan besar, di bagian depan leher
tepat di bawah Adam’s apple. • Detak jantung cepat
Gejala
• Perasaan sesak di daerah tenggorokan. • Diare, mual, muntah Hipertiroid

• Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi • Berkeringat


(karena kompresi batang tenggorokan).

• Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).


• Parastesia
• Suara serak.
• Peningkatan weight
• Distensi vena leher. Gejala Hipotiroid
• Konstipasi
• Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
• Bradikardi
• Kelainan fisik (asimetris leher)
PATOFISIOLOGI
PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan
untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko
2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara
dini suatu penyakit, mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh,
menghambat progresifitas penyakit (diagnosis)
TALAK MEDIKAMENTOSA
Perawatan akan tergantung pada penyebab :
I. Defisiensi Yodium Gondok disebabkan kekurangan yodium dalam makanan
maka akan diberikan suplementasi yodium melalui mulut. Hal ini akan
menyebabkan penurunan ukuran gondok, tapi sering gondok tidak akan benar-
benar menyelesaikan.
II. Hashimoto Tiroiditis Jika gondok disebabkan Hashimoto tiroiditis dan hipotiroid,
maka akan diberikan suplemen hormon tiroid sebagai pil setiap hari.
Perawatan ini akan mengembalikan tingkat hormon tiroid normal, tetapi biasanya
tidak membuat gondok benar-benar hilang. Walaupun gondok juga bisa lebih
kecil, kadangkadang ada terlalu banyak bekas luka di kelenjar yang
memungkinkan untuk mendapatkan gondok yang jauh lebih kecil. Namun,
pengobatan hormon tiroid biasanya akan mencegah bertambah besar.
I. Hipertiroidisme
Jika goiter karena hipertiroidisme, perawatan akan tergantung pada penyebab hipertiroidisme.
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara
menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal)
 Obat antitiroid

Thioureas (Thionamides)
Mekanisme kerja: menghambat sintesis hormon tiroid
dengan menghambat secara kompetitif enzim tiroid
peroksidase dari kelenjar tiroid; menghambat konversi
T4 ke T3.

 Pengobatan dengan yodium.


 Operasi Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme.
 Indikasi :
 Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.
 Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
 Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
 Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
 Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
 Multinodular
PROGNOSIS
Tergantung dari pengobatan
Rekurensi >>
TERIMAKASIH

Вам также может понравиться