Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
$↑ $↓
Pakan Ternak Rumput kering
Protein
Penyakit Metabolik Sapi Bunting, Beranak, Menyusui
Manusya Mriga Satwa Sewaka fkh.ugm.ac.id
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas tentang tinjauan penyakit metabolit
dan pengaruhnya terhadap performa reproduksi pada sapi.
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi dan
pengetahuan terhadap penyakit metabolit dan pengaruhnya terhadap
performa reproduksi pada sapi
Penyakit metabolik ialah penyakit yang disebabkan gangguan pada sistem homeostasis
internal tubuh, meliputi perubahan abnormal pada satu atau lebih proses metabolisme
yang penting di dalam tubuh (Martidah. 2018). Maka dari itu penyakit metabolit erat
hubungannya dengan pakan. Karena pakan di dalam tubuh akan mempengaruhi proses
fisiologis tubuh. Penyakit metabolik yang sering terjadi pada ternak ruminansia
meliputi : Milk Fever, Acidosis, Ketosis dan laminitis yang terjadi kebanyakan juga
karena faktor pakan dan tingkah laku.
Penyakit metabolit yang sering terjadi setelah melahirkan pada induk yang menyusui
antara lain milk fever. Penyakit ini ditunjukan dengan gambaran kalsium darah yang
rendah sehingga membuat ternak yang menyusui tampak adanya gejala hipokalsemia.
Menurut Kronfeld (1980) Milk fever ditandai dengan penurunan kadar kalsium didalam
darah, yang normal kadar kasium dalam darah 9-12 mg/dl menjadi kurang dari 5 mg/dl
kadar kalsium dalam darah. Kalsium berperan penting dalam pembuatan air susu dan
kontraksi otot begitupun syarafi jika terdapat ternak yang sedang menyusui maka
asupan kalsium sangat dibutuhkan secara maksimal untuk pembuatan air susu dan
proses kesembuhan dari pasca melahirkan, maka dari itu jika asupan kalsium dan
nutrisi pakan yg diberikan pada ternak paska melahirkan kurang maka akan terjadi
kasus milk fever.
Menurut Goff ( 2008) Tujuan dari pengobatan dalam Milk fever adalah mengembalikan
konsentrasi serum kalsium secukupnya untuk mendukung fungsi seluler. Itu tercapai
dengan pemberian intravena garam kalsium seperti boroglukonat dengan laju 2 g / 100
kg berat badan.
ketosis adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan penimbunan benda- benda
keton yaitu asam asesoasetat (AAA), betahidroxybutirat (BOB) dan hasil
dekarboksilasinya yaitu aseton dan isopropanol di dalam cairan tubuh (Subroto. 2004).
Pembentukan benda- benda keton tersebut akibat dari kurangnya asupan dari
karbohidrat sehingga terjadi metabolisme lemak dan hasil samping dari metabolisme
lemak adalah benda keton.
Subronto (2004) pada ruminansia hasil hidrolisis pati secara fermentatif berupa asam-
asam cuka (asetat), propionat dan asam butirat. Hanya asam propionat saja yang
bersifat antiketogenik, asam asetat bersifat ketogenik ringan dan asam butirat
ketogenik kuat. Hasil fermentasi di dalam rumen dan BOB merupakan predisposisi
terjadinya ketosis.
Pada penderita ketosis menunjukan perubahan sikap antara lain, malas bergerak,
memisahkan diri dari kelompoknya, anoreksia, jalan tidak beraturan (inkoordinasi), dan
lama-lama tidak mau bangun. Penderita dengan gejala syarafi mengalami kematian
dalam 6-7 hari sejak gejala sakit terdeteksi (Subronto. 2004).
Perawatan yang telah digunakan pada sapi yang sangat terpengaruh termasuk larutan
metabolik intravena (misalnya 4-in-1; Ca, Mg, P, glukosa), suntikan dekstrosa intravena
dan multivitamin (DairyNZ Technical Series 2012).
Asidosis rumen merupakan gangguan fermentasi dalam rumen yang ditandai dengan
lebih rendah dari pH rumen normal, tetapi mencerminkan ketidakseimbangan antara
produksi mikroba, pemanfaatan mikroba, dan penyerapan rumen asam lemak mudah
menguap (VFA) (Hernandez dkk. 2014).
Dalam hal ini lambung ruminansia adalah poligastrik yang memanfaatkan mikroba
sebagai fermentasi dan kecernaan. Maka dari itu keasaman dari suatu produk pakan
dalam rumen bergantung dari jumlah mikroorganisme dan kandungan nutrisi dari
pakan tersebut.
Pengobatan kasus ringan asidosis termasuk menahan konsentrat dan makan jerami
untuk merangsang air liur mengalir. Terapi tambahan termasuk antasida oral seperti
magnesium hidroksida, magnesium oksida atau natrium bikarbonat pada 1 g / kg berat
badan (Anonim. 2007).
Laminitis adalah istilah yang mengacu pada peradangan pada konektif jaringan yang
terletak di kuku (Blowey, 1993). Manajemen nutrisi telah diidentifikasi sebagai
komponen kunci dalam perkembangan laminitis, khususnya pemberian makan
peningkatan karbohidrat yang dapat difermentasi, yang menghasilkan keadaan asam.
Asidosis akut dan serangan berulang asidosis subakut merusak permukaan dinding
rumen dan mungkin usus yang menyebabkan penyerapan nutrisi kurang dan juga
bakteri masuk ke sirkulasi akirnya membuat lapisan tanduk pada kuku melunak dan
mudah terluka.
Anonim. 2007. Ruminal Acidosis – understandings, prevention and treatment. A review for
veterinarians and nutritional professionals by the Reference Advisory Group on Fermentative
Acidosis of Ruminants (RAGFAR).
Blowey, R. 1993. Cattle lameness and hoofcare. An illustrated guide. Farming Press, Ipswich, UK pp
86.
Bregsten, C. 2003. Causes, Risk Factors, and Prevention of Laminitis and Related Claw Lesions. Acta
vet. scand. 2003, Suppl. 98, 157-166.
DairyNZ Technical Series (2012). Issue 10. Avoiding metabolic diseases. Pages 13-18.
Goff J.P. 2008. The monitoring, prevention and treatment of milk fever and subclinical hypocalcemia
in dairy cows. The Veterinary Journal, 171, 50–57.
Kronfeld, D.S. 1980. Metabolic Disolders. Dalam Bovine Medicine & Surgery, 2th ed. Amstrutz, H.E.
Am. Vet. Publ., California, USA, 1980: 547-596.
Martindah, ny. Sani Yulvian dan Noor M, Susan. 2018. PENYAKIT ENDEMIS PADA SAPI PERAH DAN
PENANGGULANGANNYA. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor Balai Besar
Penelitian Veteriner, Bogor.