Вы находитесь на странице: 1из 17

Laporan Kasus

“Hipoglikemia”

Disusun oleh:
Martha Revina Nadeak (212210095)
Susi Handayani Sigalingging (212210269)
Raja Umar Ali Siregar (7112081670)

Pembimbing :
dr. Zulfahmi Nizardi
dr. Erni Doris Ginting

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD Dr.PIRNGADI
MEDAN
2017
Latar Belakang
Hipoglikemia secara definisi didasarkan rendahnya kadar glukosa darah
pada seseorang. Ironisnya, kejadian hipoglikemia justru sering berkaitan
dengan diabetes mellitus, baik diabetes mellitus tipe 1 (DM Tipe 1)
maupun tipe 2 (DM Tipe 2), Semakin intensif pengendalian kadar glukosa
darah, resiko hipoglikemia semakin meningkat.

Faktor paling utama yang menyebabkan hipoglikemia sangat penting


dalam pengelolaan diabetes adalah ketergantungan jaringan saraf pada
asupan glukosa yang berkelanjutan. Glukosa merupakan bahan bakar
metabolisme yang utama untuk otak. Oleh karena otak hanya menyimpan
glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit, fungsi
otak yang normal sangat tergantung asupan glukosa dari sirkulasi.
Gangguan pasokan glukosa yang berlangsung lebih dari
beberapa menit dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat,
gangguan kognisi dan koma. Dalam keadaan puasa dan makan,
istirahat dan aktivitas jasmani, masuknya glukosa ke sirkulasi serta
ambilan dari sirkulasi sangat bervariasi. Untuk mempertahankan
kadar glukosa plasma dalam rentang batas yang sempit terdapat
mekanisme yang sangat peka dan terelaborasi. Kadar glukosa plasma
yang tinggi mengganggu keseimbangan air dijaringan, menimbulkan
glukosuria dan meningkatkan glikosilasi jaringan, sebaliknya kadar
yang terlalu rendah menyebabkan disfungsi otak, koma, dan
kematian.
Definisi
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darah < 70 mg/dl. Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi
glukosa serum dengan atau tanpa adanya gejala-gejala sistem
otonom, seperti adanya whipple’s triad :
• Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
• Kadar glukosa darah yang rendah
• Gejala berkurang dengan pengobatan
Epidemiologi
Berdasarkan penelitian, terjadi peningkatan insidensi hipoglikemi pada
penderita yang diobati dengan obat-obatan diabetes, sejalan dengan
kebijakan pengendalian kadar glukosa darah secara intensif.
Peningkatan angka kejadian/epidose hipoglikemia berat dari 20 episode
per 100 penderita/tahun (dengan pengobatan “konvensional” menjadi 60
episode per penderita/tahun) dengan pengobatan”intensif” pada diabetes
tipe 1 yang diobati dengan insulin. Angka kejadian hipoglikemi pada DM
Tipe 1 lebih tinggi dari DM Tipe 2, tapi dampak yang ditimbulkannya
justru lebih serius bila ini terjadi pada DM Tipe 2. Pada DM Tipe 2,
apalagi dengan usia lanjut, hipoglikemia tidak jarang mencetuskan
gejala serius seperti stroke, infark miokard, gagal jantung akut, dan
aritmia ventricular.
Etiologi
Hipoglikemia disebabkan oleh :
• Penggunaan obat-obatan diabetes seperti insulin, sulfonylurea yang berlebihan.
• Obat-obatan yang jarang terjadi namun dapat menyebabkan hipoglikemia
adalah beta blocker, pentamidine, kombinasi sulfometoksazole dan trimethoprim
• Sehabis minum alcohol, terutama bila telah lama berpuasa dalam keadaan lama
• Intake kalori yang sangat kurang
• Infeksi berat, kanker yang lanjut, gagal ginjal, gagal hepar
• Insufisiensi adrenal
• Kelainan congenital yang menyebabkan sekresi insulin berlebihan (pada bayi)
• Hepatoma, mesothelioma, fibrosarkoma
Manifestasi Klinis
Gejala Neurogenik Gejala Neuroglikopenik
Gemetaran Sulit berpikir
Kulit lembab dan pucat Bingung
Rasa cemas Sakit kepala
Keringat berlebihan Kejang-kejang
Mudah rangsang Koma
Penglihatan kabur atau kembar
Klasifikasi hipoglikemia dengan derajat
keparahannya
Hipoglikemia berat Pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk
pemberian karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya

Hipoglikemia simptomatik Kadar gula darah plasma < 70 mg/dL disertai gejala klinis
hipoglikemia

Hipoglikemia asimptomatik Kadar gula darah plasma < 70 mg/dL tanpa disertai gejala
klinis hipoglikemia

Hipoglikemia relatif Kadar gula darah plasma > 70 mg/dL dengan gejala klinis
hipoglikemia

Probable hipoglikemia Gejala klinis hipoglikemia tanpa disertai pemeriksaan


kadar gula darah plasma
Patofisiologi
Tubuh memerlukan kadar gula darah yang normal melalui regulasi
gula darah yang fisiologis untuk memenuhi kebutuhan energi jaringan

Pada keadaan hipoglikemia, mekanisme pertahanan tubuh yang berfungsi akan


mengaktifasi beberapa sistem neuroendokrin, tidak berlangsung secara adekuat
atau mengalami gangguan

Gangguan mekanisme tersebut menyebabkan keadaan hipoglikemi, karena tubuh


gagal mempertahankan kadar normal gula darah baik oleh penyebab dari luar
maupun dalam tubuh sendiri
Kemampuan regulasi glukosa secara normal diatur melalui rangkaian beberapa
proses yang terjadi secara seimbang dalam tubuh di antaranya absorbsi glukosa
disaluran cerna, uptake glukosa oleh jaringan dan glukoneogenesis.

Glukoneogenesis di pengaruhi oleh beberapa hormon utama yang berperan dalam


mengatur keseimbangan dalam tubuh di antaranya insulin, glucagon, epinefrin
(adrenalin), kortisol, dan growth hormon.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis hipoglikemia :

1. Anamnesa
• Rasa gemetar
• Perasaan lapar
• Pusing
• Keringat dingin
• Jantung berdebar
• Gelisah
• Penurunan kesadaran sampai koma dengan atau tanpa kejang
• Pada pasien atau keluarga perlu ditanyakan adanya pemakaian preparat insulin
atau obat hipoglikemia oral, dosis terakhir, waktu pemakaian terakhir, perubahan
dosis, waktu makan terakhir, jumlah asupan makanan, dan aktivitas fisik yan
dilakukan.
2. Pemeriksaan Fisik
• Pucat
• Keringat dingin
• Tekanan darah menurun
• Frekuensi denyut jantung meningkat
• Penurunan kesadaran
• Defisit neurologic (reflek patologis + pada satu sisi tubuh) sesaat

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar glukosa darah, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati,
C- peptide.
Diagnosa Banding

Hipoglikemia karena penyebab lain, seperti :


• Obat :
– Sering : alcohol, insulin, sulfonilurea
– Kadang : kinin, pentamidine
– Jarang : salisilat, sulfonamid
• Hiperinsulinisme endogen : insulinoma, autoimun, sekresi insulin ektopik
• Gagal ginjal, sepsis, starvasi, gagal hati, gagal jantung
• Defisiensi endokrin : kortisol, growth hormone, glucagon, epinefrin
• Tumor non sel : sarcoma, tumor adrenokortikal, hepatoma, leukemia,
limfoma, melanoma
Pencegahan
1. Lakukan edukasi tentang tanda dan gejala hipoglikemi
2. Anjurkan melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM), khususnya
bagi pengguna insulin atau obat oral golongan insulin sekretagog.
3. Lakukan edukasi tentang insulin atau obat-obatan yang dikonsumsi
4. Bagi dokter yang menghadapi penyandang DM dengan kejadian hipoglikemi
perlu melalukan:
– Evaluasi secara menyeluruh tentang status kesehatan pasien
– Evaluasi program pengobatan yang diberikan dan bila diperlukan
melakukan program ulang dengan memperhatikan berbagai aspek seperti :
jadwal makan, kegiatan oleh raga, atau adanya penyakit penyerta yang
memerlukan obat lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah
– Bila diperlukan mengganti obat-obatan yang lebih kecil kemungkinan
menimbulkan hipoglikemi.
Penatalaksanaan
Rekomendasi pengobatan hipoglikemia:
Hipoglikemia Ringan :
• Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa (karbohidrat
sederhana)
• Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk
karbohidrat lain yang berisi glukosa juga efektif untuk menaikkan
glukosa darah
• Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon
kenaikkan glukosa darah
Pengobatan pada hipoglikemia berat :
• Jika di dapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan
berupa pemberian dekstrose 20% sebanyak 50 cc (bila terpaksa
bisa diberikan dekstrose 40% sebanyak 25 cc), diikuti dengan infus
D5% atau D10%
• Periksa glukosa darah 15 menit setelah pemberian i.v tersebut. Bila
KGD belum mencapai target, dapat diberikan ulang pemberian
dextrose 20%
• Selanjutnya lakukan monitoring glukosa darah setiap 1-2 jam kalau
masih terjadi hipoglikemia berulang pemberian dextrose 20%
dapat diulang
• Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia
Daftar Pustaka
1. Alwi I, Salim S, dkk. 2016. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam
Panduan Praktis Klinis. Jakarta: Interna Publishing
2. Setiawati, Siti, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing
3. Simadibrata, Marcalius. Dkk. 2001. Pedoma Diagnosis dan Terapi di Bidang
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Media Aesculapius
4. Soemadji DW. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing
5. Tanto, C. Dkk. 2014. Kapita selekta kedokteran jilid II edisi IV. Jakarta: Media
Aesculapius
6. PERKENI. 2015. Konsensus pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Indonesia
7. Prof. Dr. A. Halim M. 2010. Panduan Praktis Kedaruratan Penyakit Dalam
Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC

Вам также может понравиться